Senin, 05 April 2021

Hebohkan Dunia 'Per-COVID-an' Jepang, Sebenarnya Varian 'Eek' Itu Apa Sih?

  Varian 'Eek' alias mutasi E484K kini ramai diperbincangkan. Setelah dilaporkan ditemukan di Jepang, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI kini baru saja melaporkan 1 temuan kasus di Indonesia, yang belum disebutkan lokasinya.

Di Jepang, khususnya Tokyo, varian ini ditemukan pada 70 persen kasus yang ditemukan bulan lalu. Pada 10 kasus yang ditemukan di Tokyo Medical and Dental University, pasien tidak punya riwayat perjalanan ke luar negeri.


Beberapa fakta terkait varian Eek adalah sebagai berikut.


1. Sebenarnya bukan varian virus Corona

Sebenarnya Eek alias E484K bukanlah sebuah varian virus Corona, melainkan mutasi yang terjadi pada virus Corona. Beberapa varian memiliki mutasi ini, di antaranya varian Inggris B117 dan varian Afrika Selatan B1351.


Di kalangan beberapa ilmuwan, mutasi ini dikenal dengan julukan 'Eek' atau 'Eric'.


Dikutip dari 9News, mutasi mengubah protein lonjakan yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Yang dikhawatirkan, mutasi ini tidak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sehingga virus tidak dapat dilawan, meski tubuh telah menerima vaksin COVID-19 sebelumnya.


E484K ini disebut 'escaped mutant', yakni versi mutan virus Corona yang terbukti dapat lepas dari antibodi pada tubuh yang dibentuk oleh vaksin.


2. Varian yang mengandung 'Eek'

Awalya, mutasi E484K ditemukan pada mutasi virus Corona asal Afrika Selatan yakni B1351. Namun seiring perkembangannya, mutasi ini juga ditemukan pada varian di Inggris B117 dan varian P1 di Brazil.


3. Pengaruh Eek pada efektivitas vaksin

Menurut penelitian di Afrika Selatan, ada kemungkinan varian Eek membentuk kombinasi dengan mutasi lain. Maka itu dikhawatirkan, vaksin Corona yang ada kini tak mempan mengatasi infeksi oleh mutasi E484K.


Uji coba University of Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan menunjukkan, vaksin AstraZeneca mengurangi gejala COVID-19 ringan hingga sedang hanya sebanyak 22 persen.


Lainnya, vaksin Novavax mengklaim vaksinnya 89 persen terbukti efektif melalui uji coba Fase 3 di Inggris. Namun dalam uji coba Fase 2b lainnya di Inggris, Novavax terbukti hanya bekerja efektif 60 persen.


Sedangkan berdasarkan uji coba Fase 3 vaksin Johnson & Johnson, terdapat sejumlah laporan berbeda soal efektivitas vaksin. Uji coba di Amerika Serikat menunjukkan efektivitas 72 persen, sementara di Afrika Selatan tercatat 57 persen.

https://nonton08.com/movies/back-to-the-90s-2/


Heboh di Jepang, Kemenkes Sebut COVID-19 Varian 'Eek' Sudah Masuk RI


Kementerian Kesehatan RI memastikan bahwa varian 'Eek' atau mutasi E484K dari virus Corona sudah ada di Indonesia. Disebutkan, sudah ada satu kasus yang terdeteksi.

"Iya betul ada 1 kasus," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML), Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi detikcom, Senin (5/4/2021).


'Eek' atau mutasi E484K baru-baru ini menggemparkan Jepang, karena kasusnya merebak di tengah persiapan olimpiade musim panas Juli mendatang. Mutasi E484K juga diyakini bisa mengurangi efektivitas vaksin Corona.


Baru-baru ini, mutasi 'Eek' ditemukan pada 10 dari 14 pasien COVID-19 di Tokyo Medical and Dental University, Jepang, sepanjang Maret 2021. Kasus-kasus tersebut ditemukan pada pasien yang tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri, maupun kontak dengan orang yang habis bepergian ke luar negeri.


Mutasi E484K sebenarnya bukan hal yang baru. Beberapa varian memiliki mutasi ini, di antaranya varian Inggris B117 dan varian Afrika Selatan B1351.


Di kalangan beberapa ilmuwan, mutasi ini dikenal dengan julukan 'Eek' atau 'Eric'.

https://nonton08.com/movies/back-to-the-90s/

Viral Cerita Bayi Kena TBC Diduga karena Dicium Orang Lain

 Cerita seorang ibu mengenai bayinya yang terinfeksi tuberkulosis (TBC/TB) viral di media sosial. Rima Amalia (27) dari Tangerang, Banten, menduga sang buah hati tertular TB karena suka sembarangan dicium oleh orang lain.

Dalam video TikTok yang sudah ditonton lebih dari 2,7 juta kali sejak pertama kali diunggah pada 25 Maret lalu, Rima mengaku curiga ketika melihat foto anaknya, Terra, tampak kurus di usia 1 tahun lebih. Awalnya ia mengira ini masalah nutrisi sehingga Terra diberi susu formula tambahan.


Namun, setelah sebulan diberi susu formula, berat badan sang anak tak juga kunjung naik. Rima akhirnya memutuskan untuk cek ke dokter.



Peringatan buat semuanya. Waspada anak stunting. yuk bisa yuk bun!. ##stunting ##fyp ##foryourpage ##tiktokpintar ##tiktoksamasamabelajar♬ Bahasa Kalbu - Raisa & Andi Rianto

Terra kemudian didiagnosis positif TB pada Agustus 2020 dan harus rutin mengonsumsi obat selama sekitar sembilan bulan. Rima mengaku kaget karena selama ini menurut sepengetahuannya tidak ada orang yang batuk-batuk atau memiliki riwayat TB di sekitar sang anak.


"Ya saya kaget karena di rumah engga ada yang punya riwayat TBC. Tapi dokternya bilang, di kota saya tinggal ini angka TBC-nya memang tinggi. Dan TBC itu engga selalu batuk-batuk, jadi engga ketauan siapa orang yang punya TBC," ungkap Rima pada detikcom, Senin (5/4/2021).


"Setelah saya info ke mertua saya (kebetulan saya tinggal di rumah mertua), barulah saya dapat info kalau memang di keluarga besar dan tetangga itu ada yang punya riwayat sakit TBC. Bahkan ada juga yang pengobatannya tidak tuntas," lanjutnya.


TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menular lewat droplet atau percikan liur dari orang yang terinfeksi ketika batuk, bersin, tertawa, atau bicara.


Rima menduga sang anak tertular ketika kerap dicium oleh orang lain. Ia mengaku sengaja membuat video soal anaknya sebagai sarana edukasi agar netizen lebih berhati-hati tidak asal cium saat bertemu dengan bayi atau anak-anak.


"Sekali lagi saya enggak menyalahkan ya. Mungkin sayanya juga yang enggak tegas sama orang lain karena merasa gak enak mau ngelarang... Yang pasti saya bikin postingan itu buat mengingatkan banyak orang aja kalau sama anak orang jangan sembarangan dipegang-pegang kalau enggak diizinin orang tuanya. Apalagi kalau dirinya lagi sakit," pungkas Rima.

https://nonton08.com/movies/the-caretaker-4/


Hebohkan Dunia 'Per-COVID-an' Jepang, Sebenarnya Varian 'Eek' Itu Apa Sih?


 Varian 'Eek' alias mutasi E484K kini ramai diperbincangkan. Setelah dilaporkan ditemukan di Jepang, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI kini baru saja melaporkan 1 temuan kasus di Indonesia, yang belum disebutkan lokasinya.

Di Jepang, khususnya Tokyo, varian ini ditemukan pada 70 persen kasus yang ditemukan bulan lalu. Pada 10 kasus yang ditemukan di Tokyo Medical and Dental University, pasien tidak punya riwayat perjalanan ke luar negeri.


Beberapa fakta terkait varian Eek adalah sebagai berikut.


1. Sebenarnya bukan varian virus Corona

Sebenarnya Eek alias E484K bukanlah sebuah varian virus Corona, melainkan mutasi yang terjadi pada virus Corona. Beberapa varian memiliki mutasi ini, di antaranya varian Inggris B117 dan varian Afrika Selatan B1351.


Di kalangan beberapa ilmuwan, mutasi ini dikenal dengan julukan 'Eek' atau 'Eric'.


Dikutip dari 9News, mutasi mengubah protein lonjakan yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Yang dikhawatirkan, mutasi ini tidak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sehingga virus tidak dapat dilawan, meski tubuh telah menerima vaksin COVID-19 sebelumnya.


E484K ini disebut 'escaped mutant', yakni versi mutan virus Corona yang terbukti dapat lepas dari antibodi pada tubuh yang dibentuk oleh vaksin.

https://nonton08.com/movies/finding-dory/