Peningkatan kasus COVID-19 sehabis momen mudik dan lebaran diprediksi mencapai puncaknya di akhir Juni 2021. Pakar memperkirakan laju penambahan kasus mencapai 50-100 ribu perhari.
"Puncak Corona di Indonesia yang kesekian ini nanti akhir Juni diperkirakan, menurut saya, kasusnya bisa sampai 50-100 ribu per hari," kata pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, Selasa (1/6/2021).
Tingginya laju penambahan kasus bisa terjadi karena akumulasi kasus COVID-19 imbas beberapa libur yang mencakup lebaran dan tahun baru. Karenanya, tidak menutup kemungkinan akan muncul puncak-puncak berikutnya.
"Sebagian klaster itu kan mayoritas itu sudah tidak bisa dideteksi, sehingga pandeminya terus memanjang, menguat," sambung Dicky, menjelaskan mengapa gelombang pertama Corona Indonesia tak kunjung selesai.
Menurut Dicky, pandemi virus Corona di Indonesia masih berada pada first wave atau gelombang pertama. Gelombang ini naik turun sehingga memiliki beberapa puncak.
Kenapa kok tidak selesai-selesai?
Dicky mengatakan, minimnya testing dan tracing berkontribusi pada gelombang virus Corona yang berkepanjangan. Untuk saat ini, Dicky menyarankan untuk fokus memantau kasus Corona di rumah-rumah karena 80 persen kasus terjadi di rumah tangga.
https://kamumovie28.com/movies/kung-fu-killer/
Satgas COVID-19 Jelaskan Pengaruh Varian Baru Corona pada Efikasi Vaksin
Berbagai varian baru virus Corona bermunculan dengan mutasi tertentu yang mengubah sifatnya. Muncul kekhawatiran efikasi dan efektivitas vaksin berkurang karena perubahan tersebut.
Faktanya, efikasi vaksin tertentu memang berubah terhadap beberapa varian baru. Hal ini diungkap oleh juru bicara Satgas Penganangan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam jumpa pers Selasa (1/6/2021).
Menurut Prof Wiku, beberapa penelitian yang dilakukan ada varian baru Corona membuktikan adanya pengaruh terhadap efikasi vaksin yang ada saat ini. Beberapa vaksin yang terpengaruh di antaranya:
Varian B117 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca
Varian B1351 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax
Varian P1 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna dan Pfizer
Varian B1617 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna dan Pfizer
Meski demikian, tidak berarti vaksin kehilangan manfaatnya sama sekali. Menurut Prof Wiku, perubahan efikasi bisa terjadi karena vaksin yang ada saat ini dikembangkan dengan varian asli yang terdeteksi di Wuhan pada awal pandemi.
"Perubahan efikasi vaksin atau kemampuan vaksin dalam mencegah penyakit pada penerima vaksin tidak membuat besar efikasinya turun di bawah 50 persen yang menjadi ambang batas minimal efikasi yang ditolerir oleh WHO untuk sebuah produk vaksin yang layak," tegas Prof Wiku.
"Bahkan beberapa di antaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen," lanjutnya.
Prof Wiku juga menekankan, pengaruh munculnya varian baru virus Corona terhadap efikasi vaksin masih bersifat sementara. Studi lanjutan bisa memunculkan temuan baru di kemudian hari.