Sama seperti Miss V, cairan sperma pada pria juga punya bau khas yang tidak pernah bisa wangi semerbak seperti bunga. Tetapi tidak mudah menentukan bau yang normal seperti apa, karena selalu berbeda pada tiap pria.
Para pakar mengatakan, ada banyak faktor yang mempengaruhi bau sperma. Mulai dari kondisi kesehatan, hingga diet atau asupan makanan tertentu. Infeksi juga mempengaruhi bau sperma, sehingga bisa digunakan untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan.
Bau amonia atau pemutih
Dari berbagai macam bau sperma, bau seperti klorin atau cairan pemutih dan amonia paling sering ditemukan. Sebabnya, berbagai komponen penyusun semen atau cairan sperma memiliki sifat alkali atau basa.
Bau amis dan tidak sedap
Beberapa makanan atau minuman seperti bawang atau kafein bisa membuat bau sperma berubah. Walau tidak mungkin jadi wangi semerbak, bau yang menyengat dan sangat tidak sedap tidak termasuk bau yang bisa dikatakan normal. Sperma berbau amis dan seperti telur busuk umumnya indikasi masalah pada kesehatan.
Beberapa infeksi yang ditandai dengan bau sperma tidak sedap antara lain:
Trichomoniasis: disertai gejala lain seperti penis gatal atau perih
Gonorrhea atau kencing nanah: bisa disertai testis bengkak, nyeri saat buang air kecil
Prostatitis: disebut juga radang kelenjar prostat, bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, dan menyebabkan nyeri saat buang air kecil maupun ejakulasi.
https://kamumovie28.com/movies/the-tantana/
Prediksi 50-100 Ribu Kasus Perhari di Bulan Juni, Tandai Puncak Corona RI
Peningkatan kasus COVID-19 sehabis momen mudik dan lebaran diprediksi mencapai puncaknya di akhir Juni 2021. Pakar memperkirakan laju penambahan kasus mencapai 50-100 ribu perhari.
"Puncak Corona di Indonesia yang kesekian ini nanti akhir Juni diperkirakan, menurut saya, kasusnya bisa sampai 50-100 ribu per hari," kata pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, Selasa (1/6/2021).
Tingginya laju penambahan kasus bisa terjadi karena akumulasi kasus COVID-19 imbas beberapa libur yang mencakup lebaran dan tahun baru. Karenanya, tidak menutup kemungkinan akan muncul puncak-puncak berikutnya.
"Sebagian klaster itu kan mayoritas itu sudah tidak bisa dideteksi, sehingga pandeminya terus memanjang, menguat," sambung Dicky, menjelaskan mengapa gelombang pertama Corona Indonesia tak kunjung selesai.
Menurut Dicky, pandemi virus Corona di Indonesia masih berada pada first wave atau gelombang pertama. Gelombang ini naik turun sehingga memiliki beberapa puncak.
Kenapa kok tidak selesai-selesai?
Dicky mengatakan, minimnya testing dan tracing berkontribusi pada gelombang virus Corona yang berkepanjangan. Untuk saat ini, Dicky menyarankan untuk fokus memantau kasus Corona di rumah-rumah karena 80 persen kasus terjadi di rumah tangga.
Satgas COVID-19 Jelaskan Pengaruh Varian Baru Corona pada Efikasi Vaksin
Berbagai varian baru virus Corona bermunculan dengan mutasi tertentu yang mengubah sifatnya. Muncul kekhawatiran efikasi dan efektivitas vaksin berkurang karena perubahan tersebut.
Faktanya, efikasi vaksin tertentu memang berubah terhadap beberapa varian baru. Hal ini diungkap oleh juru bicara Satgas Penganangan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam jumpa pers Selasa (1/6/2021).
Menurut Prof Wiku, beberapa penelitian yang dilakukan ada varian baru Corona membuktikan adanya pengaruh terhadap efikasi vaksin yang ada saat ini. Beberapa vaksin yang terpengaruh di antaranya:
Varian B117 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca
Varian B1351 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax
Varian P1 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna dan Pfizer
Varian B1617 mempengaruhi efikasi vaksin COVID-19 Moderna dan Pfizer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar