Rabu, 09 Juni 2021

Diduga Terkait Varian Delta, Sejumlah Pasien COVID-19 di India Diamputasi

 Varian B1617.2 atau yang kini disebut varian Delta diduga menyebabkan sederet gejala yang lebih berat dibanding gejala-gejala yang sebelumnya dilaporkan. Gejala tersebut mencakup gangguan pendengaran, masalah lambung, hingga pembekuan darah yang berujung amputasi.

"Kami membutuhkan lebih banyak penelitian ilmiah untuk menganalisis apakah presentasi klinis yang lebih baru ini terkait dengan B1617 atau tidak," kata Abdul Ghafur, dokter penyakit menular di Rumah Sakit Apollo di Chennai, dikutip dari Bloomberg, Selasa (8/6/2021).


"Tahun lalu, kami pikir kami telah belajar tentang musuh baru kami, tetapi itu berubah. Virus ini telah menjadi sangat tidak terduga," lanjutnya.


Berdasarkan rekapan oleh dokter-dokter di India, gejala yang dialami pasien COVID-19 mencakup sakit perut, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi.


Namun kini dilaporkan, beberapa pasien mengalami mikrotrombus atau gumpalan darah yang menyebabkan kematian jaringan. Ahli jantung di Mumbai, Ganesh Manudhane mengaku, telah menangani 8 pasien dengan komplikasi trombotik di Rumah Sakit Seven Hills selama 2 bulan terakhir. 2 di antaranya harus menjalani amputasi jari atau kaki.


"Saya melihat 3 hingga 4 kasus sepanjang tahun lalu, dan sekarang menjadi satu pasien dalam seminggu," kata Manudhane.


Seiring gelombang tsunami kedua, India melaporkan 18,6 juta kasus COVID-19 pada 2021, dibandingkan 10,3 juta tahun lalu. Hasil studi terbaru pemerintah India menunjukan, varian Delta adalah penyebab utama dengan potensi penularan 50 persen lebih tinggi daripada varian Alfa yang pertama kali ditemukan di Inggris.


Peneliti pula menduga, peningkatan kasus komplikasi COVID-19 terkait erat dengan penyebaran varian Delta. Namun, Manudhane mengaku belum bisa memberikan kepastian soal penyebab gumpalan darah pada pasien COVID-19 yang ditanganinya.


"Kami menduga bisa karena varian virus baru," ujarnya.


Kini, Manudhane masih melakukan pencarian perihal penyebab ada dan tidaknya masalah gumpalan pada pasien COVID-19.


Mengingat, dokter pula menemukan gejala sakit perut pada pasien COVID-19. Rupanya, beberapa kasus tersebut disebabkan gumpalan di pembuluh darah yang memasok usus.

https://tendabiru21.net/movies/the-big-boss/


Atta Halilintar Bantah Keluarganya Langgar Prokes Malaysia


Beberapa waktu lalu, keluarga Atta Halilintar yang saat ini tengah menetap di Malaysia sempat menjadi sorotan. Pasalnya, keluarga Atta dituding melanggar protokol kesehatan yang berlaku di negara tersebut.

Akibat kabar tersebut, sebuah petisi sempat akan dilayangkan untuk keluarga Atta Halilintar agar tidak datang ke Malaysia. Kabar ini viral di salah satu akun gosip yang dimulai dari salah satu warga Malaysia bernama Karinda Warsito.


"Di Malaysia banyak yang mulai muak sama kelakuan mertua dan adek-adek iparnya mbak Loli. Sampai bikin petisi nyuruh keluarga bledek di banned masuk Malaysia," tulis Karinda, yang diunggah ulang akun gosip.


"Kelakuanya.. Udah di Malaysia kasus covid lagi tinggi, disuruh ikut aturan SOP malah petentengan. Dih yang begini kok nggak mereka videoin ya," imbuhnya, dikutip dari InsertLive.


Menanggapi hal ini, Atta Halilintar menegaskan bahwa kabar yang berkaitan dengan keluarganya itu hanya gosip. Ia mengatakan pihak yang membuat berita bohong tersebut pun sudah meminta maaf.


"Nggak itu gosip aja. Biasa itu ada orang yang bikin cerita-cerita, orang yang bikin berita itu juga sudah minta maaf," kata Atta yang dikutip dari InsertLive.


Ia juga mengatakan keluarganya di Malaysia saat ini baik-baik saja dan bersahabat dengan masyarakat setempat. Atta pun menekankan jika keluarganya selalu taat akan peraturan yang berlaku.


"Keluarga nggak ada yang diusir-usir, malah bersahabat kok sama masyarakat sana. Kita kalau tinggal di suatu tempat itu yang penting keamanan, kenyamanan. Udah gitu keluarga aku itu taat sama peraturan apapun," pungkasnya.


TERUSKAN MEMBACA, KLIK DI SINI.

https://tendabiru21.net/movies/lady-with-a-sword/

Pemicu Kanker Payudara yang Wajib Dipahami Wanita, Tak Melulu karena Genetik

 Seiring pertambahan usia, semakin tinggi risiko wanita terkena kanker payudara. Berdasarkan data, kanker ini paling banyak dialami oleh wanita berusia di atas 50 tahun yang sudah mengalami menopause.

Kabar baiknya, kanker payudara adalah jenis kanker dengan harapan sembuh yang besar. Mengacu pada American Cancer Society (ACS), kemungkinan setiap wanita meninggal akibat kanker payudara adalah sekitar 1 dari 38 (2,6%).


Kerap dikhawatirkan, kanker payudara adalah penyakit genetik, terlepas dari faktor gaya hidup dan pola makan. Biasanya, wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker payudara atau kanker ovarium disebut berisiko tinggi terkena kanker payudara.


Umumnya, gejala kanker payudara berupa sakit pada area payudara dan ketiak, perubahan siklus bulanan, perubahan warna puting, hingga keluar cairan dari puting yang terkadang berdarah.


Gejala lainnya yakni puting terlihat cekung, perubahan bentuk dan ukuran payudara, serta pengelupasan kulit di area puting dan payudara.


Tak melulu disebabkan faktor genetik, jenis kanker yang paling banyak dialami wanita ini pula berpotensi besar dipicu gaya hidup. Dikutip dari National Health Service Inggris (NHS), berikut beberapa gaya hidup pemicu kanker payudara yang bisa dihindari para wanita:


1. Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas adalah salah satu pemicu terbesar kanker payudara. Tak jarang, wanita yang telah berusia acuh tak acuh soal asupan makan. Padahal bukan cuma perihal barat badan, salah risiko terbesarnya adalah kanker payudara.


Terlebih, jika pengidap obesitas telah mengalami menopause. Pasalnya, semakin parah obesitas pasca menopause, semakin berlebih estrogen diproduksi.


2. Konsumsi alkohol

Bukan lagi rahasia, alkohol memiliki sederet imbas pada tubuh. Salah satu risiko terbesarnya, yakni kanker payudara.


Penelitian oleh National Cancer Institute (NCI) menunjukan, wanita dengan konsumsi alkohol yang rutin memiliki risiko kanker payudara jauh lebih besar dibandingkan yang jarang dan tidak minum sama sekali.


3. Paparan radiasi

Prosedur medis seperti sinar-X dan CT scan menggunakan radiasi. Pada kadar penggunaan tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.


Pada pasien wanita yang menjalani radioterapi di area dada untuk limfoma Hodgkin, tak ada salahnya melakukan check up lebih lanjut untuk melihat potensi kanker payudara.

https://tendabiru21.net/movies/elysium-3/


Diduga Terkait Varian Delta, Sejumlah Pasien COVID-19 di India Diamputasi


Varian B1617.2 atau yang kini disebut varian Delta diduga menyebabkan sederet gejala yang lebih berat dibanding gejala-gejala yang sebelumnya dilaporkan. Gejala tersebut mencakup gangguan pendengaran, masalah lambung, hingga pembekuan darah yang berujung amputasi.

"Kami membutuhkan lebih banyak penelitian ilmiah untuk menganalisis apakah presentasi klinis yang lebih baru ini terkait dengan B1617 atau tidak," kata Abdul Ghafur, dokter penyakit menular di Rumah Sakit Apollo di Chennai, dikutip dari Bloomberg, Selasa (8/6/2021).


"Tahun lalu, kami pikir kami telah belajar tentang musuh baru kami, tetapi itu berubah. Virus ini telah menjadi sangat tidak terduga," lanjutnya.


Berdasarkan rekapan oleh dokter-dokter di India, gejala yang dialami pasien COVID-19 mencakup sakit perut, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi.


Namun kini dilaporkan, beberapa pasien mengalami mikrotrombus atau gumpalan darah yang menyebabkan kematian jaringan. Ahli jantung di Mumbai, Ganesh Manudhane mengaku, telah menangani 8 pasien dengan komplikasi trombotik di Rumah Sakit Seven Hills selama 2 bulan terakhir. 2 di antaranya harus menjalani amputasi jari atau kaki.


"Saya melihat 3 hingga 4 kasus sepanjang tahun lalu, dan sekarang menjadi satu pasien dalam seminggu," kata Manudhane.

https://tendabiru21.net/movies/elysium-2/