Jumat, 11 Juni 2021

Vaksin Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Mana Paling Manjur?

 - Indonesia saat ini menggunakan 3 jenis vaksin Corona yakni buatan Sinovac, Sinopharm, dan AstraZeneca. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, tetapi yang pasti ketiganya sudah mengantongi emergency use listing (EUL) dari organisasi kesehatan dunia WHO.

Saat ini, vaksinasi sudah memasuki tahap ketiga yang menyasar masyarakat umum. Meski demikian, kelompok dengan kerentanan tinggi lebih diutamakan seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan penyandang disabilitas. Demikian juga lansia yang belum semua mendapat vaksinasi Corona.

https://cinemamovie28.com/movies/bait/


Khusus DKI Jakarta, vaksinasi juga sudah diberikan pada usia 18 tahun ke atas dengan menggunakan vaksin AstraZeneca. Beberapa wilayah lain yang dinilai memiliki kasus aktif yang tinggi rencananya juga akan mulai menyasar kelompok ini.


Dari ketiga jenis vaksin Corona yang digunakan di Indonesia saat ini, manakah yang paling meyakinkan? Sinovac, AstraZeneca, atau Sinopharm? Berikut rangkuman perbandingannya.


Sinovac

1. Efikasi

Baru-baru ini, vaksin Sinovac mendapat izin penggunaan darurat (EUL) dari WHO. Artinya, Sinovac dinilai memenuhi standar persyaratan internasional terkait mutu dan keamanannya.


Berdasarkan hasil uji klinis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efikasi Sinovac sebesar 65,3 persen. Angka ini memenuhi persyaratan WHO yakni di atas 50 persen.


Riset awal pada tenaga kesehatan di DKI Jakarta yang mendapatkan vaksin Sinovac menunjukkan efektivitas di dunia nyata sebesar 90 persen lebih.


2. Efek samping

Uji klinis di Bandung menunjukan efek samping Sinovac bersifat ringan hingga sedang.


Efek samping lokal yang umum terjadi mencakup:

nyeri

indurasi atau iritasi

kemerahan

pembengkakan.

Sedangkan efek samping sistemik berupa:

myalgia atau nyeri otot

fatigue atau atau kelelahan

demam.

3. Dosis dan interval penyuntikan

Vaksin COVID-19 Sinovac memiliki dosis 0,5 ml per penyuntikan, dengan jarak penyuntikan pertama hingga kedua 28 hari pada dewasa berusia 18-59 tahun.


Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat memprediksi vaksin Sinovac dibanderol seharga Rp 200.000 per dosis.


Perbandingan selengkapnya antara vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm bisa disimak di halaman berikutnya.


AstraZeneca

1. Efikasi

Mengacu pada studi di Lancet, uji klinis tahap ke-3 di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris menunjukan efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen.


Sedangkan WHO menyatakan vaksin AstraZeneca 63,09 persen mampu mencegah gejala pada infeksi COVID-19.


2. Efek samping

Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyatakan bahwa hingga Mei 2021, terdapat sekitar 9.000 kasus KIPI non-serius dan 18 kasus KIPI serius pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca. Keluhan non-serius mencakup demam, nyeri, mual, hingga lelah.


Namun, vaksin AstraZeneca beberapa kali diduga memicu kasus pembekuan darah, terlebih pada penerima vaksin berusia muda.


Berikut efek samping yang dilaporkan selama uji klinis vaksin AstraZeneca dikutip dari laman GOV.UK


Sangat umum (mempengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)

Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan

Merasa tidak enak badan

Menggigil atau demam

Sakit kepala

Mual

Nyeri sendi atau nyeri otot

Umum (dirasakan 1 dari 10 penerima)

Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan

Demam

Muntah atau diare

Radang tenggorokan

Pilek atau batuk

Menggigil

Jarang (dirasakan 1 dari 100 penerima)

Nafsu makan menurun

Sakit perut

Kelenjar getah bening membesar

Keringat berlebih

Kulit gatal atau ruam

3. Dosis dan interval pemberian

Penyuntikan dosis 1 dan 2 vaksin AstraZeneca bersela waktu 12 minggu atau sekitar 3 bulan. Penentuan waktu ini mengacu pada studi tentang interval paling tepat untuk efikasi vaksin terbaik.


"Interval antara 8-12 minggu berkaitan dengan efikasi vaksin yang lebih baik," terang WHO dalam laman resmi.: 

https://cinemamovie28.com/movies/fearless-5/

Lewat COVAX, RI Dorong Kesetaraan Distribusi Vaksin COVID-19 Dunia

 Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengungkapkan saat ini kesenjangan distribusi dan vaksinasi di dunia masih sangat besar. Ia menyebutkan, dari sekitar 2,2 miliar dosis vaksin yang telah disuntikkan, sekitar 75% berada di 10 negara maju dan hanya 0,4% yang berada di negara-negara berpenghasilan rendah.

Lebih lanjut, Retno memaparkan berdasarkan perhitungan persentase, program vaksinasi terhadap populasi kawasan Amerika Utara telah mencapai 64,33% dari total populasi dan kawasan Eropa telah memvaksinasi 52,85%. Sementara persentase terendah dimiliki Kawasan Afrika (2,86%), dan diikuti ASEAN (8,91%).

https://cinemamovie28.com/movies/fearless-4/


"Angka ini masih jauh dari target WHO yang mengharapkan setidaknya 10% penduduk di setiap negara telah divaksin pada bulan September, dan 30% pada akhir Desember tahun ini," kata Retno dalam keterangan tertulis, Jumat (11/6/2021).


Adapun Retno menyebutkan untuk mengurangi tingkat kesenjangan, pemerintah Indonesia melalui COVAX Facility berupaya mendorong mekanisme dose-sharing atau berbagi vaksin. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Denmark, Belgia, dan Spanyol akan menyalurkan ekstra vaksin yang dimiliki melalui skema COVAX Facility.


Dengan mekanisme ini, Retno mengatakan negara-negara tersebut menyumbangkan vaksin yang dimiliki kemudian dikelola oleh COVAX facility untuk dibagikan kepada negara lain yang memerlukan.


Sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, Retno mengatakan Indonesia memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk terus memperjuangkan akses setara terhadap vaksin.


COVAX AMC Engagement Group merupakan upaya yang dilakukan untuk merealisasikan kesetaraan akses terhadap vaksin bagi semua negara. Salah satunya melalui keaktifan Indonesia menjadi co-sponsor proposal TRIPS waiver (penghapusan hak kekayaan intelektual) untuk produk dan teknologi yang digunakan untuk penanganan pandemi COVID-19.


Menurut Retno, pembahasan awal terhadap teks proposal ini di World Trade Organization (WTO) kemungkinan akan dimulai pada 17 Juni 2021.


"Kita semua berharap agar negosiasi terhadap proposal ini dapat diselesaikan dalam waktu cepat, untuk membantu meningkatkan produksi dan distribusi vaksin secara signifikan," ujarnya.


Sebagai informasi, Indonesia kembali menerima vaksin AstraZeneca melalui jalur multilateral, COVAX Facility, sebanyak 1.504.800 dosis. Sebelumnya pada Sabtu (5/6) lalu, Indonesia juga telah menerima 313,100 vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility ini.


"Dengan dua kedatangan baru ini, yakni tanggal 5 Juni dan 10 Juni 2021, maka jumlah total vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility yang diperoleh secara gratis adalah 8.228.400 dosis vaksin jadi," terang Retno.


Jika ditambahkan secara keseluruhan, maka jumlah total vaksin yang telah diterima sampai saat ini adalah 93.728.400 dosis. Dengan perincian, Sinovac sebanyak 84,5 juta, AstraZenecca sebanyak 8,2 juta dosis, dan Sinopharm sebanyak 1 juta dosis. Selain itu, rencananya Jumat ini, akan tiba 1 juta dosis vaksin Sinopharm yang hendak digunakan dalam program vaksin Gotong Royong.

https://cinemamovie28.com/movies/fearless-3/