Pandemi virus Corona COVID-19 akan berakhir ketika sebagian besar penduduk dunia memiliki kekebalan terhadapnya. Hal ini bisa dicapai lewat infeksi alami, atau yang lebih diharapkan yaitu dengan vaksin.
Hanya saja menurut peneliti dalam laporannya di jurnal Frontiers in Public Health, kemungkinan yang terjadi di masa depan adalah COVID-19 akan menjadi penyakit musiman sama seperti influenza. Peneliti menyebut kehadiran vaksin bisa menghambat laju penularan tapi tidak bisa benar-benar memusnahkan COVID-19.
Peneliti Hassan Zaraket dari American University of Beirut menjelaskan hampir tidak ada vaksin yang bisa 100 persen efektif. Sementara itu studi awal juga melihat efek perlindungan dari beberapa kandidat vaksin tidak bersifat permanen.
Artinya akan selalu ada sebagian kecil populasi yang tidak memiliki kekebalan dan bisa terinfeksi.
Pada tahap ini maka COVID-19 diprediksi jadi penyakit musiman. Sesuai dengan temuan studi awal yang melihat di musim dingin penularan lebih mudah terjadi, sama seperti virus-virus lain.
"COVID-19 akan terus ada dan menyebabkan wabah di sana-sini sepanjang tahun sampai akhirnya herd immunity tercapai," kata Hassan seperti dikutip dari Live Science, Rabu (16/9/2020).
"Jadi apa yang perlu dipelajari publik adalah bagaimana agar bisa terus menerapkan upaya pencegahan terbaik, termasuk di antaranya memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan," lanjutnya.
Ilmuwan Klaim COVID-19 Sudah Ada di AS Desember 2019, Ini Alasannya
Sebuah studi terbaru menyebut virus Corona COVID-19 mungkin sudah menyebar di Amerika Serikat (AS) pada awal Desember 2019.
Dikutip dari CNN, studi ini dilakukan oleh para peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA) dan telah diterbitkan di Journal of Medical Internet Research.
Dalam studi tersebut, mereka menemukan adanya laporan peningkatan pasien dengan masalah pernapasan di sejumlah klinik dan rumah sakit di AS pada Minggu 22 Desember 2019.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC), kasus COVID-19 pertama yang diketahui di AS diperkirakan adalah seorang pasien di Washington yang sebelumnya sempat mengunjungi Wuhan, China.
Salah seorang peneliti, Dr Joann Elmore mengatakan bahwa ia dan rekannya telah memeriksa hampir 10 juta rekam medis pasien dari sistem UCLA Health, termasuk tiga rumah sakit dan 180 klinik.
Hasilnya, jumlah pasien yang harus dirawat dengan sakit gagal pernapasan akut antara bulan Desember 2019 sampai Februari 2020 semuanya meningkat, dibandingkan dengan catatan selama lima tahun terakhir. Peningkatan kasus dimulai pada minggu terakhir bulan Desember.
"Saya menemukan peningkatan 50 persen dalam persentase pasien yang mengeluh batuk. Itu terjadi pada lebih dari 1.000 pasien," ucap Elmore.
"Beberapa dari kasus ini bisa jadi karena flu, beberapa mungkin karena alasan lain," jelasnya.
Berdasarkan data Worldometers pada Rabu (16/9/2020), total kasus COVID-19 di AS sudah mencapai 6.787.665 kasus. Sementara total pasien sembuh sebanyak 4.061.903 orang dan 200.174 lainnya meninggal dunia.
https://nonton08.com/kampung-drift/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar