- Viral penampakan ratusan susuk pada seorang wanita berusia 55 tahun. Gambar yang terlihat pada X-ray ini kemudian menjadi ramai diperbincangkan.
Penampakan susuk tersebut diunggah Selebriti Instagram (selebgram) Tasqia Alifa Syabira yang terkenal di kalangan EXO L. Dalam dunia medis, fenomena 'susuk' ini disebut corpus alienum.
Fenomena susuk yang dalam medis disebut corpus alienum diakui dokter radiologi dr Prijo Sidipratomo, SpRad dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM umum ditemui. Dalam sebulan bisa ditemukan 1 hingga 2 pasien, tetapi selalu ditemukan secara tidak sengaja.
"Tetapi kalau pasien kita tanya. Bapak atau ibu pake susuk ya, kita kasih tau, tapi kan apa ya bener. Mereka rata-rata ternyata nggak ada yang ngaku, tetapi di gambarfotonya itu ada," ungkap drPrijo.
dr Prijo sendiri sering menemukan fenomena 'susuk' ini di beberapa bagian tubuh. Salah satunya di daerah sekitar kemaluan.
"Letaknya di daerah sekitar kemaluan bokong, daerah payudara kiri, bibir, dagu," bebernya.
dr Prijo menyebut fenomena seperti ini memang hanya terjadi di Indonesia. Namun, selama tidak ada keluhan rasa nyeri dan lainnya dari pasien terkait benda asing di dalam tubuhnya, kondisi pasien disebut aman.
"Saya pernah bawa itu ke suatu acara, dokter asing saya tunjukkin ini sih kita bilang corpus alienum. Sering ada di Indonesia, fungsinya sampai sekarang juga saya nggak tahu," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/sex-and-the-future/
Soal Beda Data Kematian COVID-19, dr Reisa Beberkan Alasannya
Data Kementerian Kesehatan dan RS Online berbeda. dr Reisa mengungkap perbedaan ini dikarenakan data RS Online belum bisa dipastikan terkonfirmasi positif COVID-19.
"Kami telah mengkonfirmasikan pada Kementerian Kesehatan bahwa data kematian dari RS Online belum pasti COVID-19, sedangkan data yang dikeluarkan oleh Pusdatin Kemenkes atau all record data sudah terkonfirmasi positif COVID-19," jelas dr Reisa Broto Asmoro, duta adaptasi kebiasaan baru dalam siaran Youtube BNPB, saat melakukan konferensi pers melalui kanal YouTube Jumat (18/9/2020).
"Oleh karena itu data dari RS Online masih perlu pembuktian melalui lab. Maka bisa disimpulkan data yang ada di RS Online belum bisa disimpulkan semua terkonfirmasi hasil lab," bebernya.
Di sisi lain, dr Reisa menegaskan transparansi data terkait konfirmasi positif COVID-19 selalu dilaporkan. Menurut dr Reisa hal ini sudah sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia.
"Sesuai panduan badan kesehatan dunia (WHO), Indonesia selalu melaporkan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 dan kasus sembuh setiap harinya. Jadi tidak pernah satu hari pun data tersebut tidak diumumkan ke publik," bebernya.
Corona Global Tembus 30 Juta Kasus, Ini Berbagai Prediksi Kapan Pandemi Berakhir
Kasus virus Corona COVID-19 sudah tembus di angka 30 juta kasus positif di seluruh dunia. Hal ini membuat banyak orang menjadi khawatir dan berharap pandemi cepat berakhir.
Saat ini, Jumat (18/9/2020), menurut laporan Worldometers, total kasus COVID-19 di dunia sudah mencapai 30.372.552 kasus. Sementara total pasien sembuh sudah sebanyak 22.057.450 orang dan 950.941 lainnya meninggal dunia.
Sejumlah negara termasuk Indonesia pun telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi pandemi ini, dari menerapkan pembatasan sosial hingga mengembangkan vaksin COVID-19.
Sementara itu, beberapa ahli dari berbagai lembaga riset juga telah membuat prediksi laju perkembangan pandemi Corona hingga nantinya bisa berakhir. Berikut rangkumannya seperti dikutip dari berbagai sumber.
1. Profesor Hendrik Streeck dari Jerman
Seorang ilmuwan asal Jerman Profesor Hendrik Streeck mengatakan bahwa pandemi Corona akan bertahan dalam waktu yang cukup lama. Bahkan menurutnya, virus ini masih bisa ditemui sampai tahun 2023 meski vaksin COVID-19 sudah tersedia.
"Virus ini tidak menghilang, sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Itu akan bertahan sampai 3 tahun dan kita harus menemukan cara untuk menghadapinya," kata Streeck.
2. Pakar Kesehatan AS Anthony Fauci
Lagi-lagi vaksin COVID-19 menjadi harapan banyak orang agar pandemi Corona bisa segera berakhir. Namun, faktanya dengan adanya vaksin ini pun tidak bisa serta-merta membuat pandemi selesai.
Hal ini diungkapkan oleh pakar penyakit menular terkenal di Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci. Ia menilai dengan adanya vaksin Corona memang dapat membantu mencegah penularan, tetapi harus tetap dibarengi dengan kehati-hatian.
"Jika Anda berbicara tentang kembali ke tingkat normalitas yang menyerupai di mana sebelum ada COVID-19, itu akan terjadi pada 2021, bahkan mungkin menjelang akhir 2021," kata Fauci.
"Vaksin akan membantu, tetapi ada peringatan," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar