Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makan menggunakan tangan membuat makanan terasa lebih enak. Tetapi berhati-hatilah, karena itu juga membuat kamu jadi makan lebih banyak.
Menurut para ilmuwan, mampu menyentuh makanan secara fisik dapat meningkatkan persepsi sensorik otak. Ini berarti bahkan sebelum makanan mencapai mulut, menyentuh dengan tangan membuat otak berpikir itu lebih enak dan lebih memuaskan daripada menggunakan alat makan.
Tetapi para peneliti menemukan bahwa efek tersebut hanya terjadi pada orang yang biasanya melakukan diet sedangkan orang yang cenderung makan apa yang mereka inginkan tidak akan merasakan efek tersebut.
Penelitin dari Stevens University, New York, meminta 45 relawan untuk melihat beberapa saat kubus keju munster sebelum memegangnya dan kemudian memakannya. Setengah dari orang tersebut memegang makanan dengan tusukan, sementara yang lainnya memegang dengan jari-jari mereka.
Beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka dapat mengontrol diri atas apa yang mereka makan berpikir bahwa keju lebih enak jika dipegang. Tetapi mereka yang mengatakan memiliki tingkat kontrol yang rendah saat makan, tidak berfikir begitu bahkan ketika mereka memegang keju dengan jari-jari mereka.
Seorang peniliti bernama Profesor Adriana Madzharov mengatakan, "Bagi orang-orang yang secara teratur mengontrol konsumsi makanan mereka, sentuhan langsung memicu respons sensorik yang meningkat, membuat makanan lebih diinginkan dan menarik."
Tak Semua WNI yang Diobservasi di Natuna Jalani Tes Swab, Ini Alasannya
Kementerian Kesehatan tidak melakukan swab pada ratusan WNI yang diobservasi di Natuna, meskipun swab merupakan salah satu langkah untuk mengidentifikasi virus corona baru di tubuh manusia.
Terkait hal ini, muncul kekhawatiran jika akhirnya virus corona baru tidak terdeteksi karena tidak ada langkah swab yang dilakukan. Meski begitu, dr Achmad Yurianto, Sekretaris Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menegaskan swab dilakukan untuk orang yang memiliki gejala saja.
"Yang pertama prosedurnya adalah klinis tidak semua orang diperiksa, harus ada klinis yg mendukung. Seperti influenza berat, badan panas, gangguan pernapasan, ditambah batuk, screening pemeriksaan fisik, tidak langsung tiba-tiba swab," jelasnya pada wartawan di Ruang Naranta Gedung Adhyatma Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Senin (10/2/2020).
dr Yuri juga menyebut pemberian antibiotik juga menjadi salah satu tolok ukur untuk mengenali apakah orang tersebut terkena novel coronavirus. Menurutnya, jika orang tersebut sembuh dengan pemberian antibiotik maka sudah dipastikan ia tidak terkena virus.
"Karena virus tidak merespons apa pun terhadap penggunaan antibiotik," tegasnya.
Lalu bagaimana jika orang tersebut terinfeksi tanpa menunjukkan gejala?
"Sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut soal itu," tegasnya.
Kata Kemenkes Soal Kemungkinan Virus Corona Masuk Indonesia Tapi Tak Terdeteksi
Sebuah riset di Harvard University tengah jadi perbincangan. Riset ini memperkirakan bahwa seharusnya virus corona 2019-nCoV sudah masuk Indonesia, meski faktanya hingga kini belum ada satupun kasus yang terkonfirmasi positif. Sebagian menyebut alat deteksi virus corona baru belum dimiliki Indonesia.
Menanggapi hal ini, dr Achmad Yurianto Sekretaris Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI menegaskan saat ini Indonesia sudah memiliki alat yang mampu mendeteksi langsung virus corona baru yang awalnya mewabah di Wuhan. Alat ini mampu mendeteksi langsung 2019-nCoV.
"PCR yang baru yang juga digunakan oleh Singapore dan juga digunakan oleh Australia. Di mana di dalam sistem PCR ini kita hanya dihadapkan pada pilihan nCoV atau bukan, sehingga pemeriksaannya bisa lebih cepat, satu hari selesai, nggak tiga hari seperti kemarin," katanya saat ditemui di Gedung Adhyatma Ruang Naranta Pers, Senin (10/1/2020).
Ia menjelaskan alat tersebut hanya bisa menunjukkan apakah seseorang terkena novel coronavirus atau tidak. Virus corona lain tidak bisa dideteksi melalui alat tersebut.
"Sekali pun corona yang lain nggak bisa dideteksi lewat itu," tambahnya.
https://kamumovie28.com/sonic-the-hedgehog/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar