Popularitas film pendek Tilik dengan karakter utama Bu Tejo mengajarkan banyak nilai kehidupan. Salah satunya soal perlunya selalu cek fakta agar tak jadi sosok yang 'ngeselin' seperti Bu Tejo.
"Ngomongin orang, membangun asumsi dan penjelasan mengenai seseorang atau sesuatu hal hanya berdasarkan secuplik informasi yang tidak komplit," kata Veronica Adesla, psikolog klinis dari Personal Growth.
Dihubungi detikcom baru-baru ini, Vero menyebut karakter Bu Tejo sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sosok seperti Bu Tejo bisa ditemukan di sekitar kita dan senang sekali menyebar informasi yang tidak jelas sumbernya.
Menurut Vero, film ini mengajarkan untuk selalu cek fakta dan tidak begitu saja percaya dengan informasi yang viral. Tidak selalu, faktanya sesuai dengan asumsi yang dibangun.
"Pastikan untuk menegakkan asas praduga tidak bersalah, dan jangan membangun penjelasan sendiri dari informasi yang tidak lengkap, tidak benar, dan tidak dapat di percaya. Pastikan sumber yang terpercaya dan informasi yang lengkap. Asumsi bukan berarti fakta," saran Vero.
Bu Tejo adalah tokoh rekaan dalam film pendek berjudul 'Tilik' yang tengah viral belakangan ini. Berkisah tentang rombongan ibu-ibu yang hendak 'tilik' alias besuk Bu Lurah yang sedang dirawat di rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, berkembang gosip miring tentang Dian, kembang desa yang dituding sebagai perempuan 'tidak benar'. Bu Tejo yang hanya mendaat informasi dari internet, berapi-api menyebar opini negatif tentang sosok Dian.
WHO Singgung Fenomena Long COVID, Keluhan Jangka Panjang Penyintas Corona
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui pasien yang berhasil sembuh dari infeksi virus Corona COVID-19 bisa mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Fenomena ini dikenal dengan sebutan "Long COVID".
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya akan terus melakukan investigasi. Ia sudah berbicara dengan beberapa pasien dari kelompok Long COVID dan mengaku masih sedikit hal yang diketahui terkait dampak jangka panjang infeksi virus Corona.
"Pengakuan terhadap kondisi, rehabilitasi yang layak, dan lebih banyak riset dibutuhkan untuk melihat dampak jangka panjang penyakit baru ini," kata Tedros seperti dikutip dari halaman resmi WHO, Sabtu (22/8/2020).
"Meski saat ini kita semakin banyak tahu tentang COVID-19, kita baru memiliki pengalaman kurang dari delapan bulan. Pengetahuan mengenai efek jangka panjang masih relatif sedikit," lanjutnya.
WHO memastikan para pasien dengan keluhan Long COVID akan diperhatikan sehingga bisa mendapat terapi yang dibutuhkan.
Ketua Pengurus Pusat Persatuan Dokter Emergency Indonesia (PP PDEI), dr Moh Adib Khumaidi, SpOT, sebelumnya pernah menjelaskan beberapa pasien Corona yang berhasil sembuh bisa mengalami fibrosis atau gangguan pernapasan akibat ada jaringan parut pada organ paru. Biasanya ini terjadi pada pasien yang saat terinfeksi sampai mengalami gejala pneumonia.
https://cinemamovie28.com/ines-escorte-deluxe-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar