Pasca gemparnya wabah virus corona, stok masker terutama jenis N95 di apotek hingga pasar alat kesehatan (alkes) habis. Meskipun ada, harganya naik gila-gilaan yang awalnya Rp 20 ribu per pcs bisa mencapai Rp 3 juta per 10 pcs. Para pedagang mengaku kehabisan stok.
Tapi, di balik itu ada banyak kemungkinan yang dapat memicu kelangkaan, salah satunya perilaku menimbun demi dapat 'cuan'. Perilaku ini mungkin saja dilakukan saat harga suatu barang meroket karena tingginya permintaan.
Menanggapi hal ini, Tulus Abadi, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan adanya sanksi untuk pihak yang terbukti menimbun stok masker. Menurutnya, itu bisa dikenai sanksi pidana.
"Menimbun kemudian tujuannya untuk mengacaukan pasokan, harga, maka dia harus diproses secara hukum," tegas Tulus saat dihubungi detikcom, Kamis (6/2/2020).
"Misalnya apotek atau toko obat yang besar itu kemudian menimbun masker, kemudian harganya mahal itu juga ada sanksi hukumnya," lanjutnya.
Berinteraksi dengan Disabiltas di Acara Marketibility
Sebuah acara yang diselenggarakan oleh komunitas peduli disabilitas bernama Pandulisane dengan judul Marketibility "An Inclusive Market For Dignity" pada Minggu (9/2/2020) di Atrium Plaza Semanggi, Jakarta mendapat sambutan baik dari para pengunjung.
Acara yang bertujuan untuk membuat pasar inklusif sekaligus menjadi wadah bagi penyandang disabilitas untuk berinteraksi dengan non disabilitas ini berisi talkshow, workshop dan bazaar.
Salah satu workshop yang menarik adalah make up class penyandang disabilatas yang berkolaborasi dengan komunitas "Lisptik Untuk Difabel", workshop ini diisi oleh MUA (Maku Up Artist) profesional yaitu @njonja_ketjil dan di khususkan bagi para disabilitas.
Para disabilatas yang terdiri dari tunarungu dan tunawicara ini bisa mempelajari bagaimana cara bermake up dari MUA profesional.
Selain itu para pengunjung juga dapat mempelajari bahasa isyarat dan huruf braile dengan beberapa penyandang disabilitas melalui pojok interaksi.
Menurut Riset Ini, Virus Corona Seharusnya Sudah Masuk Indonesia
Sebuah riset di Harvard University tengah jadi perbincangan. Riset ini memperkirakan bahwa seharusnya virus corona Wuhan 2019-nCoV sudah masuk Indonesia, meski faktanya hingga kini belum ada satupun kasus yang terkonfirmasi positif.
Riset ini menyebut, banyaknya kasus di luar China yang terkait riwayat bepergian ke China menunjukkan adanya kaitan erat dengan volume penerbangan dari dan ke Wuhan. Para peneliti lalu membuat model regresi linear untuk mengidentifikasi tempat-tempat dengan potensi kasus 'uderdetected' di berbagai negara.
Seberapa akurat prediksi yang dihasilkan?
Beberapa negara seperti Jerman melaporkan jumlah kasus lebih banyak dari interval prediksi 95 persen yang dihasilkan dalam penelitian ini. Transportasi darat dan penularan lokal diperkirakan turut berpengaruh pada temuan ini.
Sebaliknya, jumlah kasus di Kamboja dan Indonesia, berada di bawah interval prediksi 95 persen. Masing-masing, pada saat penelitian dilakukan, belum melaporkan adanya kasus penularan virus corona. Thailand, meski cukup banyak melaporkan kasus positif, jumlahnya masih berada di bawah interval prediksi 95 persen.
"Indonesia belum melaporkan adanya kasus, dan seharusnya Anda sudah menemukannya beberapa," kata salah seorang peneliti, Marc Lipsitch, dikutip dari Ibtimes.
Hingga saat ini, Kamboja tercatat memiliki ada 1 kasus positif dan Indonesia masih belum menemukan satupun kasus positif.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan drg R Vensya Sitohang, MEpid, dalam temu media Jumat (7/2/2020), mengungkap hingga saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menguji 50 spesimen sampel dari pasien dugaan virus corona. Dari jumlah tersebut, belum ada satupun yang terkonfirmasi positif.
"Dari total 50, yang negatif 49, proses 1," jelasnya pada wartawan.
https://kamumovie28.com/suck-seed/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar