Berdasarkan penelitian terbaru, babi dapat menyerap oksigen melalui anus. Kemungkinan manusia juga memiliki kemampuan serupa. Penelitian ini akan sangat membantu untuk mengatasi masalah kadar oksigen darah yang rendah.
Ketika kondisi oksigen darah seseorang rendah dalam perawatan intensif, ini bisa membahayakan nyawa. Biasanya, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memasang ventilator akan tetapi ini membutuhkan sedasi dan bisa melukai jaringan paru-paru.
"Ini bisa sangat merusak," ujar Takanori Takebe dari Tokyo Medical and Dental University sebagaimana melansir New Scientist, Kamis (20/5/2021).
Nah, dengan menyalurkan cairan kaya oksigen melalui anus bisa menjadi penyelamat hidup. Pengobatan baru untuk gagal paru dengan proses tersebut telah terbukti berhasil berdasarkan uji pada babi.
Peneliti Takebe bertanya-tanya apakah orang bisa menyerap oksigen melalui usus mereka sebagaimana yang terjadi pada beberapa ikan air tawar. Pada mamalia, rektum dilapisi dengan selaput tipis yang memungkinkan penyerapan senyawa tertentu ke dalam aliran darah, dan dokter sudah memanfaatkannya untuk memberikan beberapa obat sebagai supositoria.
Dari gagasan ini, tim Takebe menguji sejumlah babi dengan memberi mereka enema sejenis cairan yang disebut perfluorokarbon, yang dapat menampung oksigen tingkat tinggi. Para peneliti kemudian membius empat babi dan meletakkannya di ventilator yang memberi mereka tingkat pernapasan lebih rendah dari biasanya, sehingga kadar oksigen darah mereka turun.
Ketika mereka memberikan dua babi enema dari cairan beroksigen, diganti sekali dalam satu jam, tingkat oksigen darah mereka meningkat secara signifikan setelah setiap infus. Efek yang sama terjadi ketika cairan dialirkan melalui selang yang dimasukkan ke dalam rektum dari dua babi lainnya. Menurutnya, pendekatan tersebut dapat berguna secara khusus di negara-negara berpenghasilan rendah yang memiliki fasilitas perawatan intensif yang lebih sedikit.
"Ventilator sangat mahal dan membutuhkan sejumlah staf medis untuk mengelolanya," pendapat Takebe.
Salah satu masalahnya adalah fungsi usus dapat saja terganggu pada orang-orang tertentu sehingga membutuhkan perawatan intensif. Ini juga berkemungkinan menyebabkan diare, kata Stephen Brett dari Imperial College London. Kendati demikian, temuan ini masih cukup baik untuk diteliti lebih lanjut.
https://maymovie98.com/movies/seven-dangerous-women/
Ledakan Matahari Terekam Video untuk Pertama Kalinya
Misi Solar Orbiter yang mempelajari Matahari berhasil merekam aktivitas ledakan Matahari untuk pertama kalinya. Bahkan, video pertama yang merekam ledakan Matahari ini didapat sebelum misi sains Solar Orbiter resmi dimulai.
Solar Orbiter, sebuah misi yang dijalankan bersama oleh European Space Agency (ESA) dan NASA, diluncurkan pada Februari 2020 dan telah melakukan dua pendekatan pertama dari dekat Matahari kita, terakhir kali pada 10 Februari.
Para ilmuwan masih menggali data tersebut sebelum pesawat luar angkasa memulai pekerjaan sains formalnya pada bulan November tahun ini. Namun, mereka melihat sesuatu yang istimewa ketika mendekati Matahari Februari lalu. Mereka menyaksikan dua pelepasan massa koronal yang terjadi ketika Matahari meludahkan gumpalan besar atmosfernya ke luar angkasa.
Dikutip dari Space.com, saat itu jarak pesawat luar angkasa memungkinkan Solar Orbiter dapat melihat bagian Matahari yang sama sekali tidak terlihat oleh para ilmuwan di Bumi. Namun, itu juga berarti bahwa pengiriman data kembali ke Bumi harus melalui proses yang sangat lambat. Para ilmuwan pun masih menggali apa yang dilihat oleh pesawat luar angkasa tersebut.
Lontaran massa koronal menjadi peristiwa pertama yang diamati oleh instrumen Solar Orbiter Heliospheric Imager (SoloHI) yang memfilmkan aliran materi yang meledak dari Matahari. Instrumen tersebut hanya mengumpulkan data secara kebetulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar