Bertambah lagi negara yang resmi mencabut aturan wajib masker di luar ruangan. Adalah Yunani yang warganya bersiap bebas masker dan mengakhiri pembatasan lainnya, usai pihak berwenang mengumumkan kebijakan ini di Rabu (23/6/2021).
Meski begitu, masker tetap wajib digunakan di dalam ruangan dan luar ruangan dengan kerumunan padat.
"Gambaran epidemiologis negara yang membaik jelas dan menyenangkan," kata Vana Papaevangelou, anggota komite pakar penyakit menular yang memberi nasihat kepada pemerintah setempat, dikutip dari Reuters.
Rabu kemarin, otoritas kesehatan Yunani mencatat 520 kasus virus Corona baru dan 14 warga wafat karena COVID-19 sehingga total kasus COVID-19 berada di sekitar 400 ribu kasus sejak pertama kali wabah terdeteksi Februari lalu. Sementara korban tewas karena COVID-19 sebanyak 12.595.
Menuju bebas masker, Yunani dinilai melewati gelombang pertama COVID-19 dengan cukup baik. Namun, terpaksa kembali lockdown di bulan November usai COVID-19 'bangkit' lagi dengan catatan lonjakan kasus hingga memberatkan fasilitas kesehatan setempat.
"Selama virus itu beredar di antara kita, tidak boleh ada rasa berpuas diri. Semakin lama beredar, semakin tinggi kemungkinan mutasi baru," kata Papaevangelou.
Cemas varian Delta
Otoritas kesehatan Yunani juga mencatat kurang dari 10 kasus varian Delta, maka dari itu mendesak usia pra lansia untuk segera mendapat vaksin Corona. Mulai 28 Juni nanti, pihak berwenang juga akan mencabut jam malam yang sebelumnya diberlakukan.
Di restoran, jumlah orang yang diizinkan untuk duduk di meja yang sama akan ditingkatkan, menjadi 10 dari semula maksimal enam orang. Begitu pula dengan batas maksimum pertemuan sosial seperti pernikahan akan meningkat menjadi 300.
Pada hari Selasa pemerintah mengatakan 30,24 persen orang Yunani telah sepenuhnya divaksinasi sejauh ini, sementara 43,1 persen di antaranya telah menerima satu dosis vaksin COVID-19.
https://nonton08.com/movies/homecoming-a-film-by-beyonce/
Waduh! Pakar Klaim China Hapus Data COVID-19 untuk Tutupi Asal-usul Corona
Sebuah laporan ilmiah menyebutkan bahwa China telah menghapus data awal kasus COVID-19. Menurut laporan tersebut, ini dilakukan untuk menutupi asal-usul virus Corona dan menghalangi penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal dugaan virus yang berasal dari laboratorium di WUhan.
Laporan ilmiah tersebut ditulis oleh Jesse Boom, seorang ahli virologi dan ahli biologi evolusi di Fred Hutchinson Cancer Research Center, Seattle. Laporan tersebut menyebut lebih dari selusin urutan tes virus Corona yang diambil selama berbulan-bulan pada awal pandemi telah dihapus dari database internasional, yang digunakan untuk melacak evolusi virus.
Dikutip dari New York Post, Bloom menyimpulkan bahwa tujuan China menghapus data dari National Institutes of Health's Sequence Read Archive kemungkinan untuk 'mengaburkan bukti'.
"Fakta bahwa kumpulan data informatif seperti itu telah dihapus memiliki implikasi di luar yang diperoleh langsung dari urutan yang dipulihkan. Sampel dari pasien rawat jalan awal di Wuhan adalah 'tambang emas' bagi siapa saja yang ingin memahami penyebaran virus," tulis Bloom dalam laporan yang berjudul 'Recovery of Deleted Deep Sequencing Data Sheds More Light on the Early Wuhan SARS-CoV-2 Epidemic'.
"Tidak ada alasan ilmiah yang masuk akal untuk penghapusan itu... Oleh karena itu, tampaknya urutannya dihapus untuk mengaburkan keberadaan mereka," kata laporan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar