Usai sempat menghilang beberapa hari di media sosial, selebgram Tasya Farasya mengabarkan dirinya terpapar COVID-19. Meski positif COVID-19, kondisinya diakui perlahan jauh lebih baik.
"Hi guys aku positive covid tp udah enakan bgt skrg, miss u all!! maaf ya yg pada nyariin," demikian penggalan caption di Instagram Story Tasya Farasya, dikutip Kamis (24/6/2021).
Tasya Farasya positif Corona dan mengeluhkan minuman yang dikonsumsinya terasa hambar. Indra penciumannya juga tampak ikut terganggu karena positif COVID-19.
"Susu bear brand kok rasanya kaya air putih ya," lanjut Tasya.
Gejala yang dikeluhkan Tasya Farasya kerap dialami pasien COVID-19, dinamakan anosmia. Anosmia adalah kondisi pasien kehilangan indra penciuman dan perasa, gejala ini cukup khas pada pasien Corona.
Berdasarkan riset di 18 rumah sakit Eropa yang melibatkan 2.500 pasien bergejala anosmia, gejala COVID-19 tersebut akan pulih usai 18-21 hari terinfeksi Corona.
Bagaimana cara mengatasinya?
Bawang putih
Beberapa kasus gejala COVID-19 anosmia bisa diatasi dengan memakai bawang putih. Bawang putih bersifat antiinflamasi yang cukup kuat dari asam ricinoleic sehingga bisa mengurangi bengkak dan peradangan pada saluran hidung.
Selain itu, bawang putih juga memiliki sifat antibakteri yang dapat membersihkan endapan dahak dari saluran hidung dan melegakan pernapasan.
Caranya adalah dengan menghancurkan 4-5 siung bawang putih, kemudian masak dengan air mendidih selama dua menit dan tambahkan sedikit garam. Minum ramuan ini selagi masih panas sebanyak dua kali sehari.
Pakai larutan air garam
Tak hanya air rebusan bawang putih, larutan air garam juga bisa membantu memulihkan indera penciuman. Caranya, membilas rongga hidung menggunakan larutan air garam.
Hal ini bisa dilakukan untuk memulihkan kemampuan indera penciuman yang hilang akibat infeksi atau alergi.
https://nonton08.com/movies/woman-from-the-torrid-land/
Corona RI Ngegas Terus! Pakar Minta Tes GeNose Dicabut dari Syarat Perjalanan
Di tengah lonjakan kasus COVID-19, pakar epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman menyarankan tes GeNose dicabut dari syarat perjalanan. Ia menilai, tes GeNose untuk syarat perjalanan sangat berbahaya jika tetap diterapkan saat kasus Corona di Indonesia sedang tinggi-tingginya.
Terlebih, saat kondisi pandemi saat ini semakin mencekam dengan keberadaan berbagai varian baru, salah satunya varian Delta (B1617.2).
"Saya tidak merekomendasikan (tes GeNose) untuk dipakai, apalagi dalam situasi seperti ini yang sangat serius, dengan adanya Delta variant yang sangat menular dan sangat efektif menular lewat udara," jelas Dicky saat dihubungi detikcom, Rabu (23/6/2021).
Dicky menegaskan, sebenarnya sudah tidak merekomendasikan tes GeNose untuk skrining sejak awal. Sebab, banyak kasus yang menunjukkan kalau alat tersebut tidak efektif untuk melakukan skrining terhadap virus Corona.
"Sebelumnya saja saya tidak merekomendasikan, apalagi sekarang sangat berbahaya sekali," kata Dicky.
"Ya saat ini saja sudah membuktikan kalau itu tidak efektif. Banyak juga di media sosial yang mengatakan dari GeNose-nya negatif, padahal positif. Jadi berbahaya sekali," lanjutnya.
Dicky pun mengingatkan respons terhadap pandemi COVID-19 di Indonesia masih kurang maksimal. Jika tes tersebut masih diberlakukan, kemungkinan orang yang terpapar virus akan bertambah banyak.
"Jadi sekali lagi program itu tidak memiliki dasar scientific yang kuat untuk dijadikan program nasional, untuk skrining lagi, di situasi saat ini lagi," ujar Dicky.
"Sudah kita respons pandeminya tidak maksimal, ada hal seperti ini ya tambah membuat banyak orang akan terpapar, dan ingat yang namanya COVID-19 ini kan jangka panjang dampaknya," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar