Kota Depok lagi-lagi menjadi penyumbang kasus COVID-19 tertinggi di Jawa Barat selama sepekan terakhir. Pekan sebelumnya, Depok melaporkan 1.001 kasus Corona, kini jumlahnya melonjak melampaui dua ribu kasus.
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi penyumbang kasus COVID-19 harian, dalam 24 jam terakhir mencatat 2.719 kasus Corona. Disusul Jawa Tengah dan DKI Jakarta dengan penambahan 3 ribu hingga 5 ribu kasus COVID-19.
Desakan lockdown atau PSBB ketat para pakar semakin menguat. Namun, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengaku tak ada anggaran jika akhirnya lockdown diputuskan untuk memerangi pandemi COVID-19.
"Dan kami dari Jabar anggaran memang sudah tidak ada. Jadi kalaupun itu diadakan, maka dukungan logistik dari pusat harus betul sudah siap baru kami akan terapkan di Jawa Barat," jelasnya.
Berikut sejumlah wilayah yang menyumbang kasus COVID-19 tertinggi sepekan terakhir per catatan 14 Juni hinga 20 Juni 2021.
Kota Depok: 2.426 kasus
Kabupaten Bekasi: 1.861 kasus
Kota Bekasi: 1.276 kasus
Kota Bandung: 1.210 kasus
Kabupaten Bandung: 1.077 kasus
Kota Bogor: 862 kasus
Kabupaten Bandung Barat: 739 kasus
Kabupaten Cirebon: 731 kasus
Kabupaten Garut: 561 kasus
Kabupaten Kuningan: 484 kasus
Sementara, penambahan kasus kematian COVID-19 terbanyak di satu minggu terakhir berada di Kabupaten Bandung dengan total 61 kasus. Setelahnya, Kabupaten Indramayu mencatat 30 kasus, diikuti Kabupaten Pangandaran dengan 17 kasus COVID-19.
https://movieon28.com/movies/eyeball/
Siklus Menstruasi Berubah Usai Vaksin Corona, Ini Dugaan Penyebabnya
Beberapa wanita mengeluhkan adanya perubahan siklus menstruasi mereka pasca mendapat suntikan vaksin Corona. Meski begitu, Komnas KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) mengatakan belum menerima laporan semacam ini.
"Jadi kan list KIPI-nya sendiri itu kita lihat dari clinical trial fase I, fase II, fase III, sama laporan yang masuk dari seluruh Indonesia. Nggak ada tuh (kasusnya)," kata Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari saat dikonfirmasi detikcom Senin (21/6/2021).
Seorang ginekolog dari Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) Dr Pat O'Brien mengatakan bahwa wanita yang mengalami perubahan siklus menstruasi setelah vaksin itu, bisa jadi sebuah 'kebetulan'.
"Banyak wanita akan mengalami perubahan sementara dalam siklus menstruasi mereka dari waktu ke waktu selama hidup mereka. Dan saat ini, banyak wanita berusia 20-an dan 30-an yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19," jelas Dr O'Brien yang dikutip dari Sky News, Selasa (22/6/2021).
"Jadi, tampaknya tak terelakkan ini akan terjadi secara kebetulan pada beberapa wanita," lanjutnya.
Dr O'Brien menekankan bahwa setiap perubahan anekdotal pada siklus menstruasi wanita tidak berkaitan dengan vaksin dan kesuburan seseorang. Ia mengatakan sampai saat ini belum ada buktinya.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 akan mempengaruhi kesuburan seseorang," tegasnya.
Rekan Dr O'Brien, Dr Sue Ward, yang juga seorang ginekolog mengatakan akan mendukung pengumpulan data yang lebih banyak soal ini. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami mengalami fenomena perubahan siklus ini bisa terjadi pada wanita usai divaksinasi.
Pada 17 Mei 2021, The Sunday Times melaporkan beberapa wanita menyampaikan keluhan efek samping perubahan siklus menstruasi usai vaksin kepada Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA). Sebanyak 2.734 orang disuntik vaksin Oxford-AstraZeneca, 1.158 dengan vaksin Pfizer, dan 66 orang dengan vaksin Moderna.
Sebagian besar mengaku mengalami perdarahan lebih banyak dibanding biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar