Kamis, 26 Desember 2019

Brumm! Naik Motor Sampai Sawarna

Liburan akhir pekan, enaknya touring naik motor. Dari Jakarta kita bisa menggeber si roda dua sampai Sawarna, di Lebak, Banten.

Saat itu, cuaca cukup cerah, Jakarta lebih bersahabat, yang biasanya hujan deras, sekali panas lebih dari yang biasanya. Namun ini benar hari baik. Pukul 12.00 WIB saya mulai berangkat menyusuri jalan dengan motor baru, yang musuhnya polisi tidur. Mentok terus body mesin bawahnya saking cepernya.

Mulai tancap gas dari Jakarta menuju Bogor, lewat Taman Mini. Sampai Bogor tancap lagi ke Sukabumi, Cibadak, dan terakhir sampai di homestay Pelabuhan Ratu. Saya sampai Pelabuhan Ratu sekitar pukul 19.30 WIB. Benar-benar ngeri pas di sekitar arah jalan sebelum Pelabuhan Ratu. Jalan yang seperti di puncak, dingin malam dan gelap gulita, serasa cuma sendiri di jalan. Sambil doa-doa sendiri dalam hati semoga nggak ketemu sama yang aneh-aneh.

Sesampai di Homestay Sejahtera. Saya sewa yang tanpa AC Rp 150 ribu semalam. Nggak tahu deh, kemahalan atau kemurahan yang penting bisa tidur. Tangan kanan sakit banget, pegal, nyeri. Tapi hati puas banget bisa sampai juga di Pelabuhan Ratu.

Besok paginya rencana bangun pukul 04.30 WIB langsung mau berangkat, ternyata hujan lumayan deras. Pukul 06.30 WIB akhirnya bisa berangkat juga walau masih gerimis malu-malu, menuju Sawarna tentunya.

Jalan menuju Sawarna memang penuh tantangan, jalannya lebih parah dari sebelumnya. Penuh dengan tikungan tajam, dan tanjakan dan turunan yang nggak tanggung-tanggung curamnya. Hati-hati saja kalau mau ikutan naik motor ke Sawarna. Harus sabar, kalau mau selamat.

Sempat kelewatan tuh jembatan gantung menuju Pantai Sawarna, untung sempat tanya-tanya lagi. Pantas terlewat, saya kira jembatan gede banget, ternyata imut banget. Sambil melongo, aman nggak ya lewati jembatan pakai motor. Dengan sisa tenaga yang ada, lewat juga tuh jembatan gantung.

Melewati persawahan indah banget, lalu ada percabangan jalan, belok kanan akhirnya benar menuju ke Pantai Sawarna. Sampai di bibir Pantai Sawarna dengan rasa percaya tidak percaya dari Jakarta naik motor, ternyata bisa sampai juga akhirnya.

Wah nggak sia-sia saya nekat nih. Tapi agak kecewa juga, sepertinya kurang beruntung nih. Pantainya lumayan kotor, nggak seperti saya bayangkan dan lihat di forum online. Kata warga desa situ, memang untuk minggu-minggu itu Pantai Sawarna cukup kotor, karena banyak sampah yang terbawa ke pantai dari tempat lain katanya.

Nggak masalah lah yang penting sampai dan bermain secukupnya. Mau main air takut juga, ombak lagi dahsyat, sendirian lagi. Akhirnya sambil setel lagu saya duduk di pantai.

Ah, nikmatnya tak terlukiskan dengan kata-kata bisa sampai di Sawarna, walau ada kecewa sedikit karena pantainya lagi kotor. Ke depannya semoga bisa naik motor sampe di Dubai!

Probolinggo Juga Punya Karapan Sapi yang Seru

Karapan sapi bukan cuma di Madura. Probolinggo juga punya Kerapan Sapi Brujul yang tidak kalah serunya.

Sebanyak 50 peserta, ikut dalam Kerapan Sapi Brujul atau sapi yang biasanya digunakan untuk membajak sawah oleh para petani di Kota Probolinggo. Dalam penampilannya, para peserta memacu sapi di lintasan tanah berlumpur sepanjang 175 meter dan lebar 35 meter.

Kerapan Sapi Brujul, digelar di areal persawahan Jalan KH Syafi'i, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Salah satu peserta, Rohim mengungkapkan, sebelum beradu di lintasan, timnya biasanya membuat persiapan khusus.

Persiapan ini maksudnya agar sapi-sapinya bisa bertarung, dan berlari kencang di lintasan. Persiapan tersebut mulai dari latihan yang cukup, hingga pemberian asupan ramuan sehat, bagi sapi-sapi yang akan dipertandingkan.

"Agar menang ya dilatih dulu, dan tak lupa dikasih jamu dan telur, biar sapinya tidak lekas capek," terangnya.

Sementara Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin, yang membuka langsung Kerapan Sapi Brujul, berharap masyarakat melestarikan warisan budaya asli ini. Dalam hari jadi ke-660 Kota Probolinggo, Kerapan Sapi Brujul telah ditetapkan sebagai warisan budaya Kota Probolinggo, oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI.

"Hak paten sudah milik Kota Probolinggo. Mari kita jaga bersama, jangan sampai kegiatan yang sudah baik, disalahgunakan menjadi hal yang tidak baik. Mari jaga tradisi ini dengan baik," ujar Wali Kota Hadi, saat membuka Kerapan Sapi Brujul, Sabtu (7/9/2019).

Sekedar informasi, Kerapan Sapi Brujul mulanya merupakan kebiasaan para petani usai membajak sawahnya untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Tanpa adanya hadiah, petani kemudian menggelar karapan, hingga akhirnya mengundang daya tarik masyarakat melihatnya. Kerapan Sapi Brujul kini berubah menjadi wadah petani, komunitas dan pemerintah guna menyambung tali silaturahmi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar