Cerita ini tentang perjalanan solo traveling di Nepal untuk pertama kalinya. Rasa damai begitu memenuhi hati begitu menginjakkan kaki di Nepal.
Siapa yang tidak pernah mendengar Gunung Himalaya? 8 dari 10 gunung tertinggi di dunia ini berada di negara Nepal dengan ibu kotanya Khatmandu.
Aku yakin beberapa traveler sudah banyak yang melirik destinasi alam satu ini. Untuk kalian yang baru pertama visit ke Nepal bahkan semisal solo traveling, tidak perlu cemas.
Selain penduduknya sangat ramah, untuk kalian yang beragama muslim sepertiku, ada beberepa masjid yang bisa dikunjungi di negara yang mayoritas beragama Hindu-Buddha ini (yaitu Masjid Durbar Marg dan masjid Nepal Jame).
Aku masuk negara Nepal, melalui Tribhuvan International Airport. Untuk paspor WNI yang kita perlukan paspor dan visa on arrival saat sampai di bandara.
Pembuatan visa sendiri terbagi menjadi 15 hari dan 30 hari dengan cara input data dibantu petugas di sana dan foto online lalu melakukan pembayaran dan.. NAMASTE
Setelah keluar dari bandara kalian bisa menukarkan uang ke Nepal Rupee (110/1$ bulan Juni 2019). Oh iya, sekadar saran, sebelum berangkat tukarkan uang rupiah dengan USD untuk mempermudah di money changer.
Aku memilih waktu 9 hari dengan estimasi perjalanan PP 4 hari dan 5 harinya aku gunakan untuk treking Gunung Himalaya ambil jalur Ponnhill (3210mdpl). Setelah sampai airport, untuk yang ingin treking bisa mengurus terlebih dahulu permitnya di tourist Border center ada di Nepal dengan taxi tarif antara 700-800 NRP.
Setelah permit dapat, kalian bisa langsung trekking. Jika kalian punya asuransi, sebaiknya kartunya dibawa, kalau tidak bisa menunjukan kartu asuransi wajib pake guide lokal.
Semua titik pendakian dari jalur Himalaya yang dari negara Nepal itu di Pokhara. Jangan takut jika lupa membawa seperti down jaket atau tongkat karena disepanjang Pokhara banyak yang jual
Last, untuk yang tidak mau treking bisa mengunjungi tempat wisatanya seperti pasupatinath, boudinath, phewa lake, syowyambunath ataupun nagarkot. Have a nice traveling!
Ti'i Langga, Topi Khas Rote Tiada Dua Penuh Makna
Pulau Rote di selatan terdepan Indonesia punya beragam budaya. Salah satunya topi Ti'i Langga yang khas bentuknya dan punya makna persatuan.
20-26 Agustus 2019, tim Tapal Batas detikcom bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjelajahi Kabupaten Rote Ndao di NTT. Kabupatennya berupa kepulauan dengan total 96 pulau. Namun, hanya 7 pulau yang berpenghuni dengan Pulau Rote sebagai yang paling besar.
Terdapat 10 kecamatan di Rote Ndao. Tiap kecamatan punya potensi dan tempat wisata yang beragam.
Kalau bicara soal Rote, ada satu ciri khasnya yang tidak ditemukan di tempat lain. Ciri khas topi Ti'i Langga.
"Ini topi khas Rote yang sudah ada sejak zaman dulu dan masih digunakan sampai sekarang," kata Frengky, pemandu wisata kami saat di Desa Oetutulu, Kecamatan Rote Barat Laut.
Di Desa Oetutulu banyak para pengrajin topi Ti'i Langga. Topi Ti'i Langga ini bentuknya besar dengan tepiannya lebar. Di bagian atasnya, terdapat seperti cula yang tingginya bisa mencapai 40 cm.
"Bahan utama membuat topi Ti'i Langga ini adalah dari daun pohon lontar. Kemudian dianyam, sampai sekitar 2 minggu lamanya," terang Frengky.
Bentuk topi Ti'i Langga yang unik rupanya punya arti. Ada makna mendalam tentang persatuan.
"Jika diperhatikan, anyaman pada pinggirannya terlihat begitu erat dan menguatkan. Itu menandakan, kita tidak akan bisa menjadi kuat jika tidak bersama-sama orang lain," terang Frengky.
"Bagi orang Rote sendiri, itu artinya suatu bentuk untuk bersatu dan bersama-sama. Satu lidi bisa patah, tapi seribu lidi tak akan mudah patah, kira-kira seperti itu" lanjutnya.
Memang, terlihat anyamannya begitu rapi dan kuat. Bentuk culanya pada topi Ti'i Langga yang seperti antena ini pun juga maknanya tentang persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar