Minggu, 29 Desember 2019

Melihat Langsung Piramida di Sudan (2)

Akhirnya, kami harus menginap di hotel setempat. Hotel tersebut merupakan hotel bintang tiga, yang logo tiga bintangnya meragukan kami. Apakah ini yang Sudan maksud dengan hotel bintang tiga? Hehe maklumlah ini merupakan standar Sudan. Kami semua tak ada yang mengira kami akan menginap malam itu. Tidak ada yang membawa persiapan untuk menginap. Tapi karena kami semua sudah lelah, akhirnya tidur menjadi nikmat.

Esok paginya, kami melanjutkan perjalanan. Mentari pagi memeluk kami. Teriknya langit Afrika seakan menjelaskan pada kami bahwa bumi Afrika memang keras, tak semudah yang dibayangkan. Mungkin kita bisa tarik kesimpulan, jika semuanya bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?

Selepas melapor, supir langsung tancap gas menuju Piramida. Akhirnya kami sampai juga. Hamparan Piramida terbentang luas di hadapan kami. Banyak pemilik unta yang langsung mendekat ke arah kami, berharap kami mau membayar mereka untuk mencoba pengalaman menaiki unta di padang pasir.

Di sana terdapat banyak Piramida. Namun sayangnya, banyak Piramida yang sudah bentuknya tidak segagah dahulu. Ada yang kepalanya hilang, ada yang bentuknya entah mungkin seperti digigit raksasa, dan lain sebagainya. Namun, rasa penasaran kami hilang. Perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan terbayar dengan pengalaman pertama kami menginjakkan kaki di padang pasir. Kami berhasil menatap Piramida dengan mata kami.

Kami mengelilingi seluruh Piramida, tanpa terkecuali. Kami tak ingin ketinggalan satu momen pun, karena entah kapan lagi kami akan kembali ke sini. Kami abadikan seluruh momen di sana.

Selagi kami memandangi piramida-piramida, ada dua warga Eropa yang juga berkunjung ke Piramida Meroe. Satu wanita berasal dari Swiss, dan satu lagi berasal dari Jerman. Mereka bekerja di United Nations, dan sedang bertugas di Sudan. Pengalaman yang luar biasa.

Panas nya Sudan tidak melunturkan semangat kami melihat jejak bersejarah ini. Namun sayangnya ketika kami masih asyik melihat-lihat situs bersejarah itu, sang supir berteriak memanggil kami untuk segera pulang. Rupanya, ban mobil kami bermasalah karena suhu yang hangat, ditambah padang pasir yang tidak cukup bersahabat.

Alhasil setelah sekitar satu jam kami menginjakkan kaki di sana, kami kembali pulang ke tempat kami. Ini merupakan pengalaman unik yang tidak akan pernah kami lupakan.

Menelusuri padang pasir merupakan satu hal yang menarik. Ditengah hangatnya matahari Sudan, kau bisa temukan bangunan unik dengan nuansa sejarah yang kental. Aku juga memiliki mimpi untuk mengunjungi Dubai. yang juga memiliki padang pasir luas. Bedanya dengan Sudan, Dubai bisa menghadirkan kemegahan yang luar biasa di tengah sahara. Kemegahan Burj Khalifa adalah salah satu bukti, ketika gedung tertinggi di dunia ternyata ada di Timur Tengah, atau lebih tepatnya Dubai.

Aku teringat ketika perjalananku ke Qatar. Negara teluk, berhiaskan gedung-gedung menjulang tinggi. Mataku berhasil dimanjakan dengan Doha Corniche.

Satu hal yang mengejutkanku ketika di Qatar adalah ketika aku dan temanku mengunjungi salah satu tempat makan. Mesin mobil tetap dibiarkan menyala. Kita keluar meninggalkan mobil dengan mesin menyala, tanpa dikunci.

Maka tentunya akan menjadi pengalaman yang sangat menarik ketika bisa melihat megahnya Dubai dengan mataku sendiri. Burj Al Arab, Palm Jumairah yang eksotis, serta nuansa vintage ala Bastakia Quarter menjadi tempat yang wajib dikunjungi bila aku memiliki kesempatan berkunjung ke Dubai.

Semoga mimpiku ini bisa menjadi kenyataan. Itu akan menjadi pengalaman yang sangat berharga, bagi orang yang menyukai travelling seperti aku.

See you soon, Dubai!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar