Kamis, 30 Januari 2020

Batu Lepe, Ikon Wisata Baru di Perbatasan Indonesia

Kabupaten Anambas di Provinsi Kepri punya ikon wisata baru bernama Batu Lepe. Berada persis di perbatasan Indonesia, Batu Lepe sajikan pemandangan eksotis.

Buat kamu-kamu yang menyukai wisata dan pemandangan laut, mungkin Batu Lepe di Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulaun Riau bisa menjadi alternatif pilihan wisata liburan laut.

Untuk menuju Kepulauan Anambas, dapat ditempuh melalui Batam dengan jalur laut atau dari Pekanbaru menuju bandara komersial Letung dan Matak di Kepulauan Anambas.

Batu Lepe yang dijadikan ikon wisata laut, secara resmi dibuka pemerintah Kabupaten Anambas, bekerja sama dengan SKK Migas dan Medco EP Natuna dan Premier Oil Natuna. Bagi masyarakat Kepulauan Anambas, kawasan wisata Batu Lepe ini memiliki keunikan.

Batu Lepe memiliki arti batu datar dengan diameter 35 Meter yang dapat dijadikan tempat untuk bersantai atau Mancing. Dari Batu Lepe ini kita juga bisa melihat Spot pemandangan ke laut lepas dan sunset.

Batu Lepe, dapat menampung hingga 100 orang dan langsung melihat pemadangan Laut Cina Selatan atau Laut Natuna yang berbatasan dengan tiga negara Vietnam, Malaysia dan Singapura. Selain itu, juga melihat langsung jernihnya air laut dan jajaran pulau-pulau di Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau sebanyak 229 pulau.

Deputi dukungan bisnis SKK Migas, M. Atok Urrahman mengatakan pembangunan kawasan wisata baru, Batu Lepe ini merupakan wujud kepedulian Industri hulu migas membantu Pemerintah daerah, sebagai komitmen tanggung jawab di daerah operasi migas.

"Ini sebagian komitmen kita untuk membangun Pariwisata di wilayah perbatasan, sekaligus menjaga kedaulatan NKRI," ujar Atok Urahaman.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris mengaku potensi wisata Anambas sangat prospektif. Selain wisata laut, menurut Haris, Kepulauan Anambas
juga memiliki potensi terumbu karang dan salah satu lokasi diving terbaik di dunia.

Setiap harinya, banyak wisatawan asing menggunakan yacht singgah di Kepulauan Anambas untuk berlibur.

"Anambas juga memiliki potensi wisata budaya dan wisata sejarah pengungsi anak perahu Vietnam, yang kerap dikunjungi wisatawan asing," ujar bupati
Kepulauan Anambas.

MITF 2019: Jadikan Desa Wisata Senjata Andalan Angkat Perekonomian

Hadirnya Majapahit International Travel Fair 2019 membuat pariwisata kian bergairah. Bukan saja pariwisata Jawa Timur (Jatim), tetapi juga di Indonesia. Apalagi tahun ini, pameran yang digelar 2-5 Mei 2019 tersebut mengangkat tema Explore Tourist Village. Sebuah tema sekaligus mendukung perkembangan desa wisata.

Menurut Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Wawan Gunawan, ini adalah saatnya desa wisata tampil menjadi salah satu destinasi utama pariwisata Indonesia.

"Kita punya destinasi wisata luar biasa. Tapi di MITF 2019 kita fokus membangun wisata berbasis pedesaan. Sehingga desa wisata mampu menjadi global player. Potensi tersebut sangat besar," ujar Wawan dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2019).

Menurutnya pengembangan desa wisata ini memiliki peluang yang sangat besar. Apalagi saat ini desa wisata menjadi tren yang tengah digandrungi wisatawan, khususnya wisatawan milenial.

"Belum lagi keberadaan dana desa yang bisa digunakan untuk mengembangkan desa wisata. Dengan dana desa peluang pengembangan desa wisata semakin besar," ucapnya.

Wawan menyakini pengembangan desa wisata, menjadi stimulus positif pertumbuhan perekonomian pedesaan. Dengan itu akan ada peningkatan percepatan kesejahteraan masyarakat desa. Ingat pariwisata merupakan cara cepat meraup devisa. Maka dari itu pariwisata pun menjadi cara cepat membangun perekonomian desa.

"Artinya multi player efeknya banyak. Di seluruh negara di dunia, devisa sektor riil akan tumbuh ketika sektor pariwisata tumbuh. Itu sudah terbukti. Di desa pun jelas ini dapat diterapkan," terangnya.

Contoh konkretnya ada di Banyuwangi. Saat ini Banyuwangi telah menjelma menjadi kekuatan baru pariwisata Indonesia. Hal tersebut diraih dengan wisata berbasis desa yang sekaligus menjadi alat pemerataan pembangunan.

Dengan konsep tersebut, masyarakat desa didorong sebagai pelaku dan bukan sebagai penonton semata. Banyak desa wisata di Banyuwangi yang berbasis adat, lahir dan muncul dari inisiatif masyarakat. Pemerintah hanya sebagai fasilitator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar