Selasa, 28 Januari 2020

Wae Rebo, Desa Elok Flores yang Mendunia

Nama desa Wae Rebo di Flores mungkin lebih populer di telinga turis asing ketimbang Indonesia. Inilah desa di Flores yang sudah mendunia.
Hampir di setiap sudut negeri ini terdapat tempat-tempat yang menjanjikan keindahan di balik namanya yang belum santer terdengar. Salah satunya adalah Desa Adat Wae Rebo di pedalaman eksotis Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Yang menarik, sebelum dikenal oleh warga Indonesia, desa adat ini sudah lebih dulu jadi primadona bagi turis-turis asing Sebuah desa terpencil itu kini semakin dikenal luas. Bahkan lebih dikenal dunia dahulu daripada di negerinya sendiri. Orang setempat mengistilahkan Wae Rebo lebih dahulu mendunia, setelah itu baru meng-Indonesia.

Kampung Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat. Gunung-gunung megah yang mengelilinginya membuat desa ini terisolasi.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakatnya harus berjalan kaki menembus hutan sepanjang 9 kilometer untuk sampai ke Denge, desa yang paling dekat dengan Wae Rebo. Wae Rebo juga termasuk satu dari beberapa desa tradisional tertua di Indonesia dan mungkin juga dunia. Konon,desa itu telah bertahan selama 19 generasi. Itu berarti, usianya di atas 1000 tahun.

Tempat ini tersembunyi di antara pengunungan yang hijau dan asri. Berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, udara di Wae Rebo begitu sejuk. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, desa ini diselimuti kabut pegunungan sehingga suasana terasa mistis. Itu sebabnya banyak pula yang menjulukinya dengan sebutan desa di atas awan.

Rumah tradisional di Wae Rebo dan di Manggarai pada umumnya tidak asal bangun. Ada nilai filosofis yang melatarinya. Bentuknya yang melingkar merupakan lambang persatuan dan harmonisasi dengan alam sekitar.

Arsitektur rumah tradisional di Wae Rebo telah mendapat pengakuan internasional. Bahkan UNESCO sendiri memberikan Award of Excellence yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang pelestarian warisan budaya. Pengakuan UNESCO ini setelah rumah tradisional menyingkirkan 42 kandidat lain dari 11 negara di Asia Pasifik.

Tak sulit untuk jatuh cinta pada kampung ini. Pengunjung dapat merasakan keunikan budaya, adat istiadat,keramahan warganya serta kearifan lokal yang masih terasa kental di kampung ini.

Tempat wisata yang asyik adalah yang memberi kesan dalam ingatan. Lebih lagi jika Anda meninggalkan tempat itu dengan segudang pengetahuan baru. Jika ingin berwisata sembari akrab dengan khasanah budaya Indonesia yang eksotis dan filosofis, cobalah ke Wae Rebo.

KLHK Ajak Pemudik Lebih Bijak dengan Sampah Plastik

Tradisi mudik selalu dinanti oleh traveler yang merayakan Lebaran. Di momen tersebut, KLHK kembali ingatkan pemudik agak lebih bijak dengan kantong plastik.

Bukan rahasia umum, kalau momen mudik menghasilkan banyak sampah di sejumlah rest area di jalur mudik. Gelaran tradisi terbesar bangsa Indonesia itu tak hanya menjadi kegiatan 'migrasi' besar, tapi juga momen di mana sampah menggunung.

Menyadari hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali mengingatkan para pemudik agar lebih bijak dengan sampah. Khususnya terkait sampah plastik yang proses penguraiannya memakan waktu yang sangat lama.

Hal itu pun diungkapkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati di KLHK Jumat kemarin (10/5/2019).

"Bayangkan kalau orang mudik itu beristirahat di rest area, bayangkan ratusan orang setiap hari dan sampahnya dibuang di situ sembarangan," ujar Rosa.

Terkait hal itu, KLHK ingin mengajak pihak jasa marga selaku pihak yang berada di atas rest area di sepanjang jalur mudik. Kerjasama dengan pihak terkait harus dilakukan demi pengolahan sampah yang lebih baik.

"Sekarang gimana caranya mengajak agar sampah itu bisa dikelola dan rest area kita ajak agar sampahnya bisa mereka pilah, organik dan non-organik sampah plastik dan lainnya itu bisa diserahkan ke bank sampah untuk dikelola kembali," ujar Rosa.

Agar lebih diingat oleh para pemudik, pihak KLHK pun mengaku sudah punya tagline khusus terkait hal tersebut. Sekiranya momen mudik tetap menyenangkan dan tentunya tanpa sampah plastik.

"Jadi ada taglinenya, mudik asyik tanpa sampah plastik. Kita sedang berbicara dengan PT Jasa Marga karena mereka adalah pemilik rest area itu, mereka harus diajak agar bisa berpartisipasi dalam hal itu," tutup Rosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar