Seekor paus beluga mata-mata tinggal lebih lama di perairan Norwegia. Yang bikin takjub, hewan yang sudah jinak ini bisa mengambil ponsel yang tercebur di laut.
Dihimpun detikcom dari CNN dan akun Instagram NORWAY, Senin (5/5/2019), seekor paus beluga yang diyakini pakar kelautan telah dilatih oleh militer Rusia sedang menikmati masa tinggalnya di Norwegia. Penduduk setempat pun juga menyukainya.
Kata penduduk Hammerfest, Tor Arild Guleng, ia pergi mencari paus di fjord terdekat dan terkejut dengan reaksi mamalia itu. Paus itu berenang ke arah perahu dengan kepalanya keluar dari air selama sekitar 30 detik, seolah menunggu perintah.
Bahkan, paus itu mengikuti kapalnya sampai ke Pelabuhan Hammerfest. Orang-orang pun berbondong-bondong untuk melihat ikan paus itu.
Tidak ada yang tahu dari mana paus itu berasal. Sebelumnya sekitar seminggu yang lalu, paus beluga putih ditemukan oleh nelayan di lepas pantai utara Norwegia dengan keanehan berupa pengenaan harness atau semacam pengikat badan dan ada dudukan untuk kamera. Yang jadi viral di Instagram adalah ketika paus beluga ini mengambil ponsel yang tercebur di laut.
Para ahli percaya mungkin paus beluga itu telah dilatih oleh militer Rusia. Jorgen Ree Wiig, ahli biologi kelautan di Direktorat Perikanan Norwegia, mengatakan bahwa tali pengikat itu dibuat secara khusus dan memiliki dudukan untuk kamera GoPro di setiap sisinya.
Di klip harness bertuliskan 'Equipment St Petersburg', yang memunculkan teori bahwa paus itu berasal dari Murmansk, Rusia. Dan, keberadaannya dilatih oleh Angkatan Laut Rusia.
Angkatan Laut Rusia telah diketahui melatih beluga untuk melakukan operasi militer. Mereka disuruh menjaga pangkalan angkatan laut, membantu penyelam, dan menemukan peralatan yang hilang.
Pihak berwenang Rusia belum berkomentar terkait hal ini. Martin Biuw, seorang peneliti mamalia laut di Institut Penelitian Kelautan Norwegia, setuju dengan Wiig.
"Fakta bahwa itu adalah hewan yang terlatih tidak diragukan lagi," kata dia.
Biuw menekankan bahwa pernyataan apa pun mengenai tujuan paus itu adalah murni spekulasi murni. "Kita tahu bahwa militer Rusia selama Perang Dingin melatih beluga untuk mengendus ranjau atau torpedo tua," tambah dia.
Kini, orang-orang sangat senang bermain dengan paus jinak itu, tetapi rasa sedih muncul. Alasannya, bagaimana bila paus beluga ini tidak bisa bertahan hidup di alam liar jika tidak tahu cara berburu.
Indonesia yang Kaya Wisata dan Kaya Bencana Alam
Indonesia punya alam yang begitu indah untuk pariwisata. Namun negeri ini menyimpan potensi bencana. Bukan untuk ditakuti, tapi bersiap siaga selalu.
Dalam menyikapi permasalah bencana dan pengaruhnya di pariwisata, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan kegiatan 'Diskusi Kesiapsiagaan Bencana Sektor Perhotelan untuk Industri Pariwisata'. Kegiatan ini berlangsung pada, Senin (6/5/2019) di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur.
Dalam diskusi ini, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo mengimbau segala elemen untuk sadar dan peka terhadap kondisi alam sekitar. Dia mengingatkan bahwa bencana alam tidak untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi dengan segala persiapan dengan selalu siaga.
"Bencana alam bukanlah untuk ditakuti dan disalahkan. Kita hanya bisa beradaptasi dan mengenali bagaimana bencana alam yang ada di kawasan kita. Setelah itu rancanglah strategi dan siaplah untuk selamat," kata Doni.
Indonesia memiliki beberapa sumber peristiwa alam yang menjadikannya bencana. Salah satunya adalah gunung api.
"Salah satu sumber bencana di Indonesia adalah gunung api. Kita memiliki 500 gunung api dan 127 yang aktif. Jumlah ini 13 persen dari gunung api di dunia lho," tambah Doni.
Adapun sumber peritiwa alam yang juga dimiliki Indonesia adalah berada di patahan lempengan. Karena posisi inilah wilayah Indonesia sangat rawan gempa.
"Kita berada di antara Lempeng Samudera Indo-Australia dan lempeng Samudera Pasifik. Patahannya pun tepat berada di wilayah bawah Indonesia. Perlu anda ketahui, sejauh ini terdapat 214 sumber gempa baru yang tersebar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara dan Banda," tambahnya.
Dalam pemaparannya, Doni juga menambahkan bahwa faktor bencana tidak hanya datang dari alam. Namun juga berasal dari kegiatan manusia atau antropoenik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar