Pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100) milik maskapai Aeroflot terbakar menewaskan 41 penumpang di Rusia. Pesawat model apakah ini?
Dihimpun dari berbagai sumber, Senin (5/5/2019), jenis pesawat ini terbilang baru dengan penerbangan pertama pada 2008, lebih dari satu dekade lalu. Produsen dari pesawat ini adalah Sukhoi yang terkenal dengan jet tempurnya.
Pesawat ini adalah jenis komersial. Dalam beberpa hal pesawat ini mengungguli saingannya, yakni Embraer 190, Bombardier Q400 dan Antonov An-148.
Satu keunggulan pesawat SSJ 100 yakni beban sayap spesifik yang dapat disesuaikan dengan berbagai mode penerbangan. Selain itu, model pesawat ini lebih irit 10 persen bahan bakar daripada pesawat lain dengan tempat duduk hingga 98 penumpang jika hanya menggunakan satu jenis kelas.
Berikut ini ukuran dimensi Sukhoi Superjet-100, panjangnya yakni 29,8 meter, bentangan sayap 27,8 meter dan tinggi 10,3 meter. Berat maksimal saat take-off yakni 42.500 kilogram untuk yang basic dan long range 45.900 kg.
Jangkauan pesawat Sukhoi Superjet-100 sejauh 3.048 kilometer untuk yang basic dan 4.578 kilometer untuk yang long range. Pesawat ini hanya memiliki 4 kru, 2 awak kabin dan 2 pilot dengan kecepatan maksimal 950 km/jam.
Rata-rata Sukhoi Superjet-100 dimiliki oleh maskapai Aeroflot, Interjet, Yamal Airlines, dan Gazpromavia. Biaya pembuatannya pada tahun 2018 sekitar USD 50,1 juta atau setara Rp 717,6 miliar, atau mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2012 yang hanya USD 31-35 juta atau dari Rp 444,1-501,4 miliar.
Sebelumnya pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Aeroflot terbakar hebat saat mendarat darurat di Bandara Sheremetyevo di Moskow, Rusia. 41 Penumpang tewas dan 37 penumpang selamat. Presiden Rusia Vladimir Putinmemerintahkan penyelidikan mendalam.
Bali Klaim Terbaik di Dunia dalam Siap Siaga Bencana
Sebagai destinasi dunia, Bali harus siaga bencana. BPBD Bali menyebutkan Pulau Dewata adalah yang terbaik di dunia untuk kesiapsiagaan bencana.
Berada di kawasan patahan dan gunung api, Bali telah siap siaga terhadap bencana alam. BPBD Bali dan segala elemen wisata di Bali saling bahu-membahu dalam menyikapi bencana.
Hal ini diungkapkan Made Rentin, Kepala Pelaksana BPBD Bali dalam kegiatan 'Diskusi Kesiapsiagaan Bencana Sektor Perhotelan untuk Industri Pariwisata', Senin (6/5/2019) di Gedung Graha BPNB, Jakarta Timur.
"Bali merupakan kawasan terbaik di dunia dalam pengelolaan kesiapsiagaan bencana. Ini sangat penting karena demi kenyamanan para turis yang datang ke Bali. Setiap turis yang datang selalu bertanya kepada hotel, apakah sudah sertifikasi?" Dari pertanyaan itu terlihat bahwa mereka sadar bencana," ungkap Made Rentin.
Lanjutnya, sertifikasi menjadi hal yang berpengaruh dalam kunjungan turis. Ada 4 komponen pendekatan yang dilakukan untuk kenyamanan turis.
"Ada 4 pendekatan strategis yang kita gunakan untuk turis, pertama 'security', menjelaskan bahwa Bali itu aman. Kedua 'safety' Bali itu nyaman dari bencana, ketiga 'surety' bahwa Bali itu pasti aman dan nyaman. Dan terakhir adalah 'peace' bahwa Bali itu penuh kedamaian. 4 komponen itu yang kita sampaikan kepada turis melalui hospitality dan sertifikasi siaga bencana ini," tambahnya.
Made Rentin juga mengungkapkan bahwa Bali mendeklarasikan diri punya hari siaga bencana setiap bulannya. Hal ini dilakukan untuk melatih diri untuk siap.
"Kami Bali mendeklarasikan diri punya hari siaga bencana setiap bulannya. Setiap tanggal 26 kami melakukan simulasi bencana dan telah kami lakukan semenjak 26 April lalu. Dan ini seterusnya akan kami lakukan setiap bulannya. Tujuannya adalah untuk melatih diri untuk selalu siaga bencana," jelas Made.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar