"Untuk pembuatannya sendiri dengan teknik menganyam, jadi ranting-ranting itu dianyam sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kalau waktu pengerjaan ya sesuai dengan tingkat kesulitan bentuk," imbuh Sumar.
Bahkan, karena menjadi magnet tersendiri bagi Pinus Pengger, saat ini pengelola membuat spot foto di Pinus Pengger. Spot itu berupa replika tangan yang sedang mengacungkan jempol.
"Itu yang gambar (tangan mengacungkan) jempol itu baru seminggu dibuka untuk umum. Bedanya dengan spot yang lain, untuk spot foto gambar jempol ini dipasang tangga agar wisatawan bisa foto di antara replika jempol," ucapnya.
Dilanjutkan Ketua Koperasi Notowono atau pengelola objek wisata di Desa Terong, Muntuk dan Mangunan Kecamatan Dlingo, Bantul, Purwo Harsono, bahwa pemilihan nama Pinus Pengger sendiri bukan tanpa alasan. Menurutnya, pemilihan nama Pengger menyesuaikan kondisi alam di hutan pinus Dlingo.
"Kenapa pengger? Karena pengger itu artinya punggung gunung dan karena di punggung gunung ada hutan pinus maka namanya Pinus Pengger," ujarnya.
Terkait pemilihan bentuk tangan mengacungkan jempol sebagai spot foto baru di Pinus Pengger, pria yang kerap disapa Ipung ini mengatakan bahwa hal itu karena sebelumnya telah dibangun spot foto telapak tangan. Terlebih replika telapak tangan yang dinamai pancawara itu berada di samping spot foto berbentuk tangan sedang mengacungkan jempol.
"Itu yang gambar (tangan mengacungkan) jempol itu baru seminggu dibuka untuk umum. Bedanya dengan spot yang lain, untuk spot foto gambar jempol ini dipasang tangga agar wisatawan bisa foto di antara replika jempol," ucapnya.
Dilanjutkan Ketua Koperasi Notowono atau pengelola objek wisata di Desa Terong, Muntuk dan Mangunan Kecamatan Dlingo, Bantul, Purwo Harsono, bahwa pemilihan nama Pinus Pengger sendiri bukan tanpa alasan. Menurutnya, pemilihan nama Pengger menyesuaikan kondisi alam di hutan pinus Dlingo.
"Kenapa pengger? Karena pengger itu artinya punggung gunung dan karena di punggung gunung ada hutan pinus maka namanya Pinus Pengger," ujarnya.
Terkait pemilihan bentuk tangan mengacungkan jempol sebagai spot foto baru di Pinus Pengger, pria yang kerap disapa Ipung ini mengatakan bahwa hal itu karena sebelumnya telah dibangun spot foto telapak tangan. Terlebih replika telapak tangan yang dinamai pancawara itu berada di samping spot foto berbentuk tangan sedang mengacungkan jempol.
"Ya karena sudah ada yang berbentuk tangan jadi dilanjutkan dengan yang berbentuk ibu jari. Kalau makna sederhananya, ibu jari diibaratkan dengan ibu pertiwi," katanya.
Sumar kembali menjelaskan, spot foto di Pinus Pengger sejatinya diperuntukkan untuk wisata malam hari. Mengingat semua spot foto menghadap ke arah barat, yakni menghadap langsung ke Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Apalagi, nyala lampu yang tampak dari ketinggian membuat pemandangan dari tiap spot foto sangat memanjakan mata.
"Pinus Pengger ini buka dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam, dan steril dari pengunjung jam 12 malam. Sampai malam karena memang aslinya untuk wisata malam dan kalau foto-foto pas malam hari pemandangannya sangat bagus," katanya.
Untuk biaya masuk ke Pinus Pengger sendiri terbilang sangat terjangkau, mengingat satu orang hanya dikenakan tarif Rp 3 ribu, tarif tersebut sudah meliputi biaya asuransi Rp 500. Sedangkan untuk biaya parkir motor Rp 2 ribu, mobil Rp 5 ribu, mobil travel Rp 15 ribu dan untuk bus besar Rp 20 ribu.
"Tarif itu berlaku untuk semua wisatawan, jadi tidak ada perbedaan tarif untuk turis dan wisawatan lokal," pungkasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar