Ribuan lampion diterbangkan dari Taman Lumbini, Candi Borobudur menghiasi langit. Penerbangan lampion ini dilangsungkan berkaitan dengan perayaan Waisak.
Berdasarkan pantauan detikcom, penerbangan lampion tersebut dilakukan dua sesi. Untuk sesi pertama secara simbolis penerbangan lampion dilakukan di Pelataran Candi Borobudur oleh para tamu undangan.
Mereka yang menerbangkan lampion sesi pertama antara lain Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI M Effendi, Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel maupun tamu undangan lainnya.
Berikutnya, penerbangan sesi kedua dilakukan larut malam di Taman Lumbini. Untuk penerbangan di Taman Lumbini jumlahnya lebih banyak dan ramai yang mengikutinya. Mereka yang ikut menerbangkan lampion tersebut, sebelumnya telah memesan kepada panitia.
Mereka yang ikut menerbangkan lampion ini sangat antusias. Penerbangan sesi kedua ini pun diberi aba-aba sehingga saat lampion terbang ke atas secara bersamaan.
Saat itu, terlihat dari bawah lampion menghiasi langit Borobudur. Mereka yang ikut menerbangkan lampion terlihat antusias.
"Kami panjatkan doa sebelum menerbangkan lampion. Harapan kami khususnya kedamaian dunia terutama Indonesia. Supaya dunia penuh kecintaan, cinta kasih dan damai," kata Julias Grant (65), asal Bandung yang telah tinggal di Australia hampir 29 tahun saat ditemui di Taman Lumbini, Candi Borobudur, Minggu (19/5/2019).
Sementara pengunjung lainnya yang ikut menerbangkan lampion, Melinia Dinda Safira (19). Mahasiswi Universitas Asyiyah Yogyakarta tersebut datang bersama teman-temannya untuk menerbangkan lampion. Ia sebelumnya bersama teman-temannya telah memesan untuk ikut menerbangkan lampion di Taman Lumbini Borobudur.
"Saya suka banget dengan lampion karena indah dan keren. Sebelumnya, telah pesan untuk ikut menerbangkan," tuturnya usai menerbangkan lampion.
Ini Dia Telaga Cebong dari Dieng
Ada satu telaga unik di Dieng. Namanya Telaga Cebong. Dinamakan seperti itu karena bentuk danau ini mirip kecebong sih.
Salah satu destinasi favorit para traveler saat ke Dataran Tinggi Dieng adalah Puncak Sikunir untuk melihat sunrise. Namun siapa sangka, tepat di bagian bawah bukit tersebut ada telaga yang tak kalah indah. Telaga Cebong namanya.
Meski tidak terlalu populer, Telaga Cebong sangat layak untuk dikunjungi. Untuk menuju ke sana akses jalurnya sama seperti ke Sikunir, yang terletak di desa tertinggi di Pulau Jawa, yaitu Desa Sembungan yang memiliki ketinggian 2.306 mdpl.
Telaga ini merupakan bekas kawah purba, dan memiliki luas sekitar 12 hektar. Dinamakan Telaga Cebong karena menurut warga sekitar di sana dahulu banyak terdapat kodok dan bentuk telaganya cukup mirip dengan cebong/berudu jika dilihat dari atas.
Saat musim liburan, Telaga Cebong dijadikan tempat alternatif untuk camping jika di bukit Sikunir telah penuh. Di tepi telaga ada beberapa tempat datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda.
Tapi hati-hati, jangan sampai merusak ladang warga dan jangan membawa motor hingga camp area. Fasilitas di area ini pun cukup bagus, ada tempat parkir, toilet, mushola, dan juga warung untuk mengisi perbekalan ataupun mengisi baterai ponsel.
Untuk merasakan sensasi dinginnya Dieng, datanglah pada saat musim kemarau sekitar bulan Juli - Oktober, karena pada saat puncak musim dingin, tanaman-tanaman di sekitarnya akan beku diselimuti es seperti di Eropa.
Selain digunakan untuk pariwisata, Telaga Cebong juga digunakan untuk mengairi ladang penduduk, maka dari itu wajib untuk menjaga kebersihannya.
Ketika matahari terbit, cahayanya membuat air telaga menjadi keemasan, begitu juga kabut yang menutupi sekelilingnya membuat suasana menjadi lebih syahdu. Jika d'traveler memotret dari pinggir telaga dengan sudut tertentu, pemandangannya sekilas akan mirip dengan Danau Ranu Kumbolo di Gunung Semeru.
Jadi, saat berkunjung ke Dieng, tak ada salahnya untuk sekadar mampir atau camping ke Telaga Cebong, dan jangan lupa untuk menikmati sajian khas Dieng seperti kentang goreng, carica, maupun minuman tradisional purwaceng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar