Kawasan Lembang, tak hanya terkenal dengan aneka objek wisata dan wisata alam yang menarik. Di Lembang juga terdapat Observatorium Bosscha. Yuk, ke sini!
Untuk masuk dalam kawasan Observatorium Bosscha, memerlukan upaya khusus, sebab letaknya masih agak masuk ke dalam dengan jalur yang cukup menanjak dari arah Jalan Raya Lembang-Bandung. Jika menggunakan kendaraan umum, kamu bisa menggunakan ojek menuju ke observatorium.
Saat memasuki kawasan Observatorium Bosscha, hawa sejuk pegunungan langsung terasa. Ditambah lagi dengan adanya banyak pepohonan pinus di kawasan ini, hawa udara sekitar terasa semakin segar.
Di kawasan Observatorium Boscha kita bisa menjumpai berbagai macam teropong bintang. Bahkan benda yang sempat saya kira sebagai parabola, ternyata juga merupakan salah satu jenis teropong bintang.
Jika kita datang pada musim kemarau, atau antara bulan April-September, kita bisa datang pada malam hari untuk meneropong bintang di observatorium Bosscha dari teropong bintang yang telah disediakan.
Jika kita datang di akhir pekan, terdapat beberapa sesi bagi pengunjung untuk memasuki teleskop Zeiss dan ruang multimedia, namun pengunjung tidak melakukan peneropongan secara langsung, melainkan hanya mendengarkan penjelasan dari petugas terkait cara kerja teropong.
Sebelum pulang, jangan lupa untuk mampir ke toko souvenir, disini kita bisa membeli aneka merchandise termasuk miniatur dari teleskop Zeiss yang menjadi icon observatorium Bosscha.
Masjid Arab di Makassar yang Berdiri di Kawasan Pecinan
Terdapat sebuah masjid di kawasan Pecinan, Kota Makassar. Namanya Masjid As-Said, masjid yang dibangun orang Arab dan ditumbuhi pohon kurma.
Memasuki bulan suci ramadhan, mengunjungi masjid tentu menjadi pilihan sebagai warga Muslim. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi pilihan tempat wisata religi saat ini.
Salah satu yang anda harus kunjungi yakni Masjid As-Said yang berada di Jalan Lombok, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Masjid ini berdiri di kawasan Chinatong atau berada di perkampungan China yang diapit oleh bangunan dan rumah warga Thionghoa di Makassar mengambarkan keberagamaan.
Tak ada beda dari masjid pada umumnya, namun masjid yang kerap disebut sebagai Masjid Arab ini memiliki keunikan tersendiri. Masjid yang dibangun pada 1907 ini merupakan cagar budaya yang dibangun oleh orang Arab yang datang ke Makassar untuk menyebar agama Islam dan berdagang.
Warga Arab datang pada 1800 melalui Yaman kemudian masuk ke Indonesia dan berkunjung ke Makassar. Tak hanya dari Arab, saat itu warga India dan Pakistan juga hadir.
"Masjid As-Said biasa disebut orang di sini sebagai Masjid Arab. Karena yang bangun pada saat itu orang Arab yang datang dari Yaman pada tahun 1800 untuk syiar Islam dan berdagang. Jadi lokasinya ada di sini karena dulunya sebagian warga di sini merupakan keturunan Arab," kata pengurus Masjid Arab, Habib Alwi, ditemui detikcom, baru-baru ini.
Jika masuk ke dalam bangunan masjid, tentu beda dengan masjid modern yang ada saat ini. Masjid ini masih menjaga keaslian, hampir diseluruh bangunannya terdapat tulisan lafadz Allah. Masjid ini menampung jamaah kurang lebih 200 hingga 300 jemaah.
Namun keunikan masjid ini karena tak memiliki jemaah wanita ketika beribadah. Alasanya sejak dibangunya, jemaah wanita lebih diutamakan salat di rumahnya. Sesuai pesan ulama Arab sejak dibangunya Masjid As-Said. Namun pihak masjid memperbolehkan jika ada jamaah wanita yang akan beribadah di Masjid Arab.
"Ulama-ulama kita sejak dibangunya masjid ini memang tidak ada jamaah wanitanya, mereka disarankan untuk salat dirumahnya. Hanya saja kalau ada mau datang silahkan, tapi pasti mereka akan paham sendiri jika berkunjung kedua kalinya," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar