Rabu, 29 Januari 2020

Festival Pulau Tukang Besi, Cara Wakatobi Sambut Ramadhan

Menyambut Ramadhan 2019 ini, beberapa daerah menyiapkan festival budaya yang sudah jadi tradisi. Inilah Festival Pulau Tukang Besi dari Wakatobi.

Menjelang bulan suci Ramadhan, ratusan penari kolosal mengikuti Festival Pulau Tukang Besi di Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawei Tenggara (Sultra).

Festival tersebut juga diramaikan dengan karnaval budaya yang diikuti 45 rombongan. Acara tersebut dibuka langsung oleh Bupati Wakatobi, Arhawi dengan pemukulan gong.

Dikatakan Arhawi, agar festival tersebut bisa menjadi agenda nasional sehingga wisatawan lokal dan mancanegara bisa tahu keberagaman budaya yang ada di Wakatobi.

"Festival ini sudah setiap tahun dilakukan untuk melestarikan budaya, mudah-mudahan bisa dijadikan salah satu agenda nasional," harapnya.

Beberapa atraksi ditampilkan dalam Festival Pulau Tukang Besi, antara lain Tari Balumpa, Tari Honutu dan pembuatan parang yang diperankan oleh remaja putra. Asti Ananta, salah seorang penari mengaku bangga bisa terlibat langsung dalam festival tersebut.

"Senang sekali, apalagi ini merupakan budaya kita. Bisa dikenal dengan orang di luar sana," ujarnya.

Lomba Lampu Colok Meriahkan Momen Ramadhan di Tanjung Balai Karimun

Setelah sukses menggelar Festival Barongsai 2019, Tanjung Balai Karimun menggelar Lomba Lampu Colok 2019 yang kental akan suasana tradisional warga setempat. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjung Balai Karimun, Zamri, menginginkan destinasi wisata di daerahnya bisa menjadi yang terbaik.

"Karimun akan terus memanjakan wisatawan. Kita akan berusaha menjadi destinasi terbaik, kami punya banyak event. Penyelenggaraan Festival Barongsai sudah selesai dan sukses. Namun kami sudah siapkan event lanjutan. Jadi wisatawan tetap mendapat banyak experience terbaik. Tetap berkunjung ke Karimun dan nikmati eksotisnya," ujar Zamri dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/5/2019).

Lomba Lampu Colok 2019 digelar untuk memeriahkan suasana Ramadhan di wilayah Karimun. Atraksi wisata ini sangat kental dengan nuansa tradisional karena masih memakai lampu sumbu dengan bahan bakar minyak tanah.

"Karimun menjadi destinasi luar biasa. Keberagaman budayanya tinggi dan semua saling menguatkan. Lomba Lampu Colok 2019 tentu menjadi experience terbaik. Secara konten, lampu colok ini sangat artistik apalagi Karimun mempertahankan tradisi dengan penggunaan lampu minyak," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Rizki Handayani.

Sebagai informasi, lampu colok biasanya membentuk objek yang berbau Islami, misalnya masjid atau gapura dengan ornamen Islam. Setiap sisi rangka ditempatkan lampu colok atau lampu minyak, lalu disusun sedemikian rupa untuk menegaskan karakter objek yang dimaksud.

"Menggunakan lampu minyak tentu tidak mudah. Di sini membutuhkan kecermatan tinggi karena tingkat kerumitannya. Hal inilah yang menjadi daya tarik utama Lomba Lampu Colok 2019 di Karimun. Untuk itu, pastikan Karimun tetap menjadi destinasi utama Ramadhan," jelas Rizki.

Penyelenggaraan Lomba Lampu Colok 2019 berlangsung meriah karena atraksi ini digelar di Karimun dan Kundur dengan melibatkan 7 kecamatan. Adapun kecamatan yang ikut adalah 4 kecamatan Kundur dan 3 kecamatan Karimun. Proses penilaiannya dimulai 27 Ramadhan selama 3 hari penuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar