Rabu, 23 Desember 2020

Harapan Pakar untuk Budi Gunadi Sadikin, Menkes Pertama yang Bukan Dokter

 Menteri Kesehatan diganti, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto. Ia sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN.

"Bapak Budi Gunadi Sadikin. Beliau sebelumnya Direktur utama Bank Mandiri, kemudian menjadi Direktur utama PT Inalum, dan terakhir menjadi Wakil Menteri BUMN dan sekarang kita berikan tanggung jawab untuk memimpin Kementerian Kesehatan," kata Jokowi dalam tayangan video YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (22/12/2020).


Dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menilai pergantian Menkes Terawan merupakan penyegaran bagi Kementerian Kesehatan. Terlebih latar belakang Budi yang bukan dokter bisa melihat perspektif kesehatan dari banyak sisi.


"Menurut saya ini hal yang baik, artinya kesehatan itu bisa dilihat dari banyak perspektif, bahwa orang menjadi sakit itu tidak sepenuhnya karena klinis saja," ungkapnya saat dihubungi detikcom Selasa (22/12/2020).


"Tetapi ada pengaruh lain, pengaruh sosial ekonomi, pengaruh budaya, kultur, kemudian juga pengaruh politik," lanjutnya.


Pane juga menyinggung sisi politik dalam bidang kesehatan. Setiap keputusan nantinya tentu akan ada kaitan dengan hal tersebut.


"Politik itu ada loh pengaruhnya pada bidang kesehatan ya jika kebijakan yang diambil itu bisa tepat itu berpengaruh pada status kesehatan rakyat," katanya.


Pane menilai hal ini merupakan langkah berani yang dilakukan Presiden. Ia pun ikut mengapresiasi keputusan Presiden, dan meyakini Budi bisa menjalani profesi Menkes nantinya dengan baik.


"Di Indonesia pertama, (menkes bukan dari kalangan dokter), tetapi di luar sudah banyak, setidaknya 10 negara," bebernya.


Lebih lanjut, ia ikut menanggapi peran Budi selama pandemi Corona yang masuk pada proses pengadaan vaksin Corona di Indonesia. Hal ini menurutnya membantu Budi terkait pemahaman soal vaksin.


"Karena beliau kan sebelumnya Wamen BUMN dan beliau yang banyak ditunjuk oleh pak mentri untuk mengurus tentang vaksin ya jadi menurut saya beliau cukup mengerti tapi itu hanya masalah vaksin saja," tegasnya.


"Yang lain-lain beliau harus belajar banyak lah," pungkasnya.

https://trimay98.com/movies/young-wife/


Pernah Teinfeksi COVID-19, Masih Perlu Suntik Vaksin Corona? Ini Kata Ahli


Pemerintah sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai membuat perencanaan untuk vaksinasi COVID-19.

Penemuan vaksin virus Corona COVID-19 semakin menunjukkan perkembangan. Sejumlah negara sudah mulai menyetujui penggunaan darurat dan melakukan vaksinasi kepada mereka yang masuk pada kelompok prioritas.


Di Indonesia, pemerintah menyatakan akan memberikan vaksin COVID-19 gratis bagi seluruh warga. Vaksin bertujuan untuk memberikan perlindungan pada tubuh dari infeksi COVID-19, terhindar dari gejala Corona.


Mereka yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 diketahui telah memiliki antibodi. Namun apakah tetap perlu mendapatkan suntikan vaksin COVID-19?


Bagaimana vaksin mempengaruhi penyintas COVID-19?

Dikutip dari laman Health, sejauh ini, uji coba vaksin berfokus kepada orang yang belum terinfeksi virus Corona COVID-19, jadi masih belum jelas apa efek vaksinasi terhadap mereka yang terpapar.


"Vaksin COVID-19 memicu respons kekebalan terhadap protein Spike - proyeksi seperti 'batang brokoli' merah seperti yang digambarkan pada permukaan setiap virus yang dapat kami 'ukur' dengan mencari antibodi COVID-19 setelah vaksinasi," ujar Charles Bailey, MD, direktur medis untuk pencegahan infeksi di Rumah Sakit Providence St. Joseph dan Rumah Sakit Misi Providence di Orange County, California, mengatakan kepada Health.


Antibodi tersebut harus melindungi untuk jangka waktu tertentu dengan mencegah atau mengurangi gejala infeksi COVID-19 berikutnya, Jelas Dr. Bailey.


Sementara "periode waktu" tidak didefinisikan dengan baik saat ini, dia mengatakan mungkin setidaknya tiga bulan, dan mungkin lebih lama.


Ketika orang yang pernah terjangkit COVID-19 mendapatkan vaksinasi, kekebalan mereka secara efektif meningkat, yang berarti mereka diharapkan terlindungi lebih lama. Bahkan setelah orang divaksinasi, mereka mungkin membutuhkan dosis penguat tambahan untuk menjaga kekebalan mereka.


"Diskusi sedang berlangsung mengenai kemungkinan kebutuhan individu berisiko tinggi untuk menerima vaksinasi booster setiap enam atau 12 bulan, tetapi lebih banyak data diperlukan sebelum kami memiliki kejelasan tentang pertanyaan ini," kata Dr. Russell.

https://trimay98.com/movies/young-sister-in-law-5/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar