Sabtu, 26 Desember 2020

Lebih Menular, Menristek Sebut Varian Baru Corona Bisa Ganggu Akurasi Tes PCR

 Belakangan heboh soal varian baru Corona yang ditemukan di sejumlah negara. Salah satunya varian Corona dari Inggris yaitu VUI 202012/01.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengakui, berdasarkan data, varian baru Corona di Inggris lebih cepat menular, tidak seperti mutasi D614G yang juga banyak ditemukan di Indonesia. Salah satu yang juga menjadi persoalan adalah perubahan mutasi pada RBD (receptor binding domain).


"Bedanya yang sekarang ini ternyata memang dilihat dari data penyebarannya memang lebih cepat, dan salah satu yang dipengaruhi oleh virus dan varian ini adalah dia menyerang receptor binding domain (RBD)," paparnya dalam konferensi pers Kamis (24/12/2020).


"Nah ini tentunya agak beda karena D614G tidak menyerang RBD tersebut," lanjutnya.


Apa dampaknya perubahan tersebut?

Menurutnya, akurasi tes PCR bisa saja terganggu dengan adanya varian ini. Hal ini berkaitan dengan pendeteksian salah satu gen.


"Dampak adanya varian ini adalah mesin pemeriksaan PCR, jadi mesin PCR itu salah satunya dia mendeteksi gen S, kalau mesin PCR-nya, diagnostiknya, menargetkan gen S, maka ada kemungkinan gangguan akurasi dengan adanya varian ini," pungkasnya.


Penularan Corona di Inggris juga disebutkan membuat grafik kasus Corona di sana terus mengalami peningkatan. Bambang juga menyoroti varian baru Corona yang muncul di negara lain seperti Afrika Selatan dan Australia yang disebut-sebut memicu lonjakan kasus kematian COVID-19.


"Kemudian selain Inggris ternyata ada kasus yang mirip ditemukan di Afrika Selatan dan Australia, mirip dalam pengertian tidak sama persis, tidak identik, tapi punya penularan yang lebih cepat," pungkasnya.


Namun, Bambang memastikan hingga kini belum ada bukti varian baru Corona yang ditemukan memicu keparahan penyakit atau lonjakan kasus kematian Corona.

https://maymovie98.com/movies/the-pillow-book/


Belum Ditemukan, Ini Dampaknya Jika Varian Baru Corona Masuk Indonesia


Varian baru Corona dari Inggris telah menimbulkan kepanikan di sejumlah negara, karena disebut lebih cepat menular. Bahkan tak sedikit negara-negara di dunia yang mulai memperketat kedatangan pendatang dari Inggris, termasuk Indonesia.

Terkait hal ini, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Prof Bambang Brodjonegoro, PhD, pun meyakini bahwa hingga saat ini varian baru Corona tersebut belum masuk ke Indonesia.


"Saat ini kalau kita simpulkan belum ada bukti yang menunjukkan varian ini sudah ada di Indonesia atau sudah menyebar di Indonesia, ini belum ada bukti," kata Prof Bambang dalam konferensi pers Kamis (24/12/2020).


Meski begitu, Prof Bambang meminta agar kita lebih waspada terhadap varian baru Corona tersebut. Pasalnya, jika sampai masuk ke Indonesia, dikhawatirkan peningkatan kasus positif COVID-19 akan semakin tinggi.


Terlebih saat ini dikabarkan banyak rumah sakit yang kapasitasnya sudah hampir penuh. "Kita harus menjaga agar varian ini tidak sampai membuat keadaan menjadi lebih berat," ucapnya.


Prof Bambang menjelaskan, meski belum ada bukti varian baru Corona ini bisa menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang lebih parah daripada jenis yang umum ditemukan, tetapi kemampuan menularnya yang cepat bisa membahayakan banyak orang.


"Kalau ada orang yang kena meskipun itu OTG, tapi dia tertular dan varian itu yang dia dapatkan, maka dengan cepat sekali bisa menular ke orang lain," jelasnya.


"Misalkan satu anak muda bisa menulari lebih dari satu orang. Bisa saja menulari anak muda lain yang barangkali OTG juga, tapi bisa juga menulari orang tua, atau yang komorbid. Jadi kita harus lihat bahayanya dari situ," tuturnya.

https://maymovie98.com/movies/quills/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar