Kamis, 31 Desember 2020

WHO: Pandemi COVID-19 Belum Tentu yang Terbesar

 Penghitungan global penyakit yang ditularkan oleh virus corona -- COVID-19 -- naik di atas 81,5 juta kasus pada hari Selasa, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pandemi belum tentu menjadi pandemi paling besar. Dengan kata lain, kita diminta belajar dari pengalaman menghadapi virus corona untuk kemungkinan pandemi di masa depan.

Berbicara pada konferensi pers terakhir untuk tahun 2020, kepala darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan pandemi virus corona memang parah dan mempengaruhi setiap sudut planet ini.


"Tapi ini belum tentu yang terbesar. Ini adalah wakeup call. Kita sekarang belajar bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik - sains, logistik, pelatihan dan tata kelola, bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik. Tapi planet ini rapuh. Kita hidup dalam masyarakat global yang semakin kompleks. Ancaman ini akan terus berlanjut," ujarnya.


Masih kata Ryan, jika ada satu hal yang perlu kita ambil hikmahnya dari pandemi ini, yakni kita perlu bekerja sama. Kita perlu menghormati mereka yang telah pergi karena pandemi COVID-19 dengan terus menerapkan protokol kesehatan yang lebih baik lagi setiap harinya.


Mengutip Market Watch, Rabu (30/12/2020) Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji kerja sama antara sektor swasta dan publik yang telah menghasilkan pengembangan beberapa vaksin dalam waktu singkat, yang sekarang sedang diluncurkan di seluruh dunia. Ia menyebutnya sebagai pencapaian ilmiah yang luar biasa.


WHO pun telah bekerja sama dengan para ilmuwan untuk memahami varian baru COVID-19 yang telah muncul di Inggris dan Afrika Selatan dan mengevaluasi apakah mereka menyebar lebih cepat atau membuat orang lebih sakit dan memiliki potensi dampak pada pengujian, perawatan, dan vaksin.


"Secara khusus kami bekerja dengan para ilmuwan di Inggris dan Afrika Selatan yang sedang melakukan studi epidemiologi dan laboratorium, yang akan memandu langkah selanjutnya," akunya.


Di Indonesia sendiri, kasus COVID-19 per 29 Desember 2020 berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI telah mencapai angka kasus positif 727.122 dengan 21.703 korban meninggal dunia dan angka kesembuhan 596.783 pasien.

https://trimay98.com/movies/cannibal-ferox/


Biden Dinilai Akan Lanjutkan Kebijakan Trump Lawan Perusahaan Teknologi China


Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden sepertinya tidak akan menarik kebijakan Presiden Donald Trump yang menyerang perusahaan teknologi asal China. Tapi Biden kemungkinan akan memilih pendekatan yang lebih fokus dan kolaboratif.

Selama memimpin, Trump beberapa kali menantang industri teknologi China lewat sanksi, perintah eksekutif dan kebijakan lainnya. Ahli memperkirakan Biden kemungkinan akan meneruskan kebijakan ini.


"Peluru telah meninggalkan tempatnya. Trump telah sepenuhnya mengganggu status quo yang ada antara AS dan China selama beberapa dekade," kata ahli geopolitik dari Center for Innovating Future, Abishur Prakash, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (30/12/2020).


Pemerintahan Trump telah mengambil sejumlah tindakan untuk raksasa teknologi China. Salah satunya dengan memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan pada tahun lalu.


Kebijakan ini membuat Huawei kesulitan mengakses teknologi buatan AS, mulai dari chipset sampai sistem operasi Android milik Google. Akibatnya bisnis ponsel Huawei pun terdampak.


Prakash menambahkan Biden juga sepertinya tetap akan berupaya untuk menghilangkan komponen milik perusahaan China di jaringan 5G di seluruh dunia. Seperti diketahui, pemerintahan Trump meminta negara sekutunya untuk tidak menggunakan komponen milik Huawei di jaringan 5G.


"AS tidak memiliki banyak pilihan. Entah itu membiarkan China untuk mendominasi dunia melalui teknologi atau menantangnya," jelas Prakash.


Sementara itu Paul Triolo dari Eurasia Group mengatakan pemerintahan Biden akan bekerjasama dengan sekutu dalam strateginya menghadapi perusahaan teknologi China.

https://trimay98.com/movies/broken-flowers/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar