Sama seperti wanita, pria juga diharuskan menjaga kesehatan penisnya. Sebab, penis yang sehat tak hanya akan mempengaruhi performa di ranjang, tetapi juga bisa mencegah terjadinya disfungsi ereksi.
Bahkan, beberapa kebiasaan yang kerap dilakukan pria juga bisa meningkatkan iritasi dan cedera pada penis. Oleh sebab itu, menjaga kesehatan penis sangat penting agar penis terhindar dari sejumlah kondisi tersebut.
Dikutip dari laman Health, berikut 4 kebiasaan yang kerap dilakukan pria, padahal bisa mempengaruhi kondisi penis.
1. Terlalu sering masturbasi
Tak ada salahnya melakukan solo seks, namun sejumlah ahli menyarankan untuk tidak melakukannya secara berlebihan dan terlalu agresif. Sebab, hal ini justru bisa meningkatkan risiko disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi tentunya akan mempengaruhi performa pria saat bercinta dengan pasangannya. Selain itu, masturbasi berlebihan juga bisa menyebabkan iritasi pada penis.
2. Salah memilih posisi bercinta
Posisi yang tidak tepat saat bercinta dapat menyebabkan penis menjadi cedera dan terluka. Meski penis tak memiliki tulang, penis memiliki ligamen dan jaringan yang bisa menyebabkan nyeri dan memar apabila terluka saat seks. Umumnya, variasi bercinta yang bisa berbahaya bagi penis adalah variasi woman on top.
3. Diet tidak sehat
Makanan tidak sehat, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi, bisa menyebabkan terjadinya inflamasi pada pembuluh darah di penis. Dengan demikian, aliran darah ke penis menjadi terhambat. Di sisi lain, pola makan sehat yang mengandung protein, lemak sehat, dan karbohidrat sehat bisa membantu agar pria lebih mudah ereksi.
4. Kurang tidur
Kurang tidur tak hanya bisa membuat tubuh tidak fit, tetapi juga bisa menyebabkan libido, performa penis, dan kadar testosterone menjadi turun. Selain itu, kurang tidur juga bisa berisiko pria terkena disfungsi ereksi. Oleh sebab itu, penting bagi para pria untuk menjaga waktu tidurnya selama 7-8 jam setiap harinya.
https://maymovie98.com/movies/xxx-state-of-the-union/
Bukan karena Euforia Vaksin, Ini Kata Pakar Penyebab Tsunami COVID-19 India
Pakar penyakit paru menyebut penyebab tsunami COVID-19 di India masih 'tebak-tebakan'. Pasalnya hingga kini, belum ada riset yang menunjukkan pemicu paling besar lonjakan kasus positif COVID-19 di negara tersebut.
Menanggapi India yang disebut-sebut mengalami euforia vaksin sehingga masyarakatnya abai soal protokol kesehatan, pakar meluruskan vaksinasi di India sebenarnya baru mencapai 10 persen dari total warganya.
"Dia memvaksin seminggu setelah kita dan sekarang sudah 130 juta lebih. Seakan-akan banyak 130 juta itu, tapi kan penduduknya 1,3 miliar jadi mungkin baru 10 persen. Tapi ada kesan, tapi tidak ada buktinya karena nggak ada survei, mereka yang sudah dapat vaksin relatif abai tidak patuh protokol kesehatan," terang Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, FISR dalam siaran langsung oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rabu (28/4/2021).
Menurutnya, penyebab terbesar lonjakan adalah kelalaian masyarakat India soal protokol kesehatan (3M). Pada September 2020, kasus COVID-19 di India mencapai 97.000.
Namun memasuki Januari-Februari, angkanya terjun menjadi 9.000. Kala itu, fasilitas umum memang dikosongkan. Bahkan, acara adat pun tak berlangsung.
"(Menurut) teman-teman saya yang masih di sana, pasar penuh, bioskop penuh, dan dia punya subway di New Delhi itu pembatasnya tidak ada lagi, sudah penuh. Pakai masker sekarang susah kita melihatnya. Tapi 3M itu sudah tidak berjalan dengan baik," ujarnya.
Acara adat yang mengundang kerumunan pula disebut-sebut sebagai pemicu lonjakan. Menurut Prof Chandra, India memang memiliki momen acara adat tertentu, misalnya pernikahan.
"Pernikahan India menikahnya bukan main-main. Orang menari-nari, segala macam. Sehingga penularan terjadi," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar