Matahari yang hangat dan sepoinya angin menjadi bagian dari hari-hari Miangas. Dengan semangat yang sama, tiap hari menjadi lembaran baru di Miangas.
Selamat pagi.
Begitulah cara orang Miangas memulai aktivitas setiap pagi. Tim detikcom yang melakukan ekspedisi bersama Bank BRI, disambut ramah setiap hari.
Salam selamat pagi seakan-akan menjadi bagian yang tak lepas dari Miangas. Tak peduli kenal atau tidak, tiap warganya akan saling memberi salam setiap bertatap muka.
"Selamat pagi," ucap anak-anak SD yang lewat di depan penginapan saya.
Meski baru hari pertama, tapi salam ini membuat saya nyaman. Saya merasa nyaman seakan dianggap bagian dari Miangas.
Saya dan tim detikcom pun mempraktekkan hal ini ketika keluar dari rumah. Dengan wajah yang canggung saya mencoba untuk menyapa tetangga yang sedang duduk bersama di dego-dego atau pendopo.
"Selamat pagi mama," ucap kami agak tertahan karena canggung.
Balasannya?
"Ya, selamat pagi, mau kemana?" ucap mama di seberang jalan dengan sangat ramah.
Percakapan singkat itu membuat saya yakin bahwa penduduk Miangas sangat ramah. Saya pun kembali mempraktekkan ini tiap kali bertemu penduduk lokal.
Beranjak siang, rupanya semangat ini tidak lantas luntur karena sengatan matahari. Anak-anak sekolah yang lewat mengucapkan salam kepada orang tua yang sedang berada di teras atau sekedar bertemu di jalan.
"Selamat siang," ucap mereka ramah kepada orang tua.
Saat sore dan malam hari pun begitu, traveler. Salam ini begitu sederhana tapi menjadi bagian penting dari warga Miangas.
Keramahtamahan ini memang sudah mendarah daging. Bahkan ini menjadi hal yang diturunkan sejak dulu.
"Penduduk Miangas ini sedikit, jadi harus saling ramah semua. Apalagi kita tinggal di pulau yang jauh," ujar Yan Piter Lupa, Kepala Desa Miangas.
Bagi traveler yang mau liburan di Miangas, tak perlu takut. Keramahtamahan Miangas berlaku bagi siapa pun.
Liburan juga makin nyaman dengan Bank BRI di pulau terdepan ini. Traveler bisa tarik tunai di BRI dan liburan dengan nyaman.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
Berduaan di Malam Hari & Hukum Arak di Pulau Paling Utara Indonesia
Miangas begitu kental dengan adat istiadat. Satu hal yang menarik, tidak boleh ada yang pacaran di atas jam sepuluh malam!
Pulau di ujung utara Indonesia, Miangas, punya banyak cerita. Satu yang begitu kental dari Miangas adalah hukum adat yang berlaku di masyarakat.
Ada beberapa hukum adat yang diberlakukan dalam kehidupan masyarakat. Saya mengobrol banyak dengan Mangkubumi 2 yang adalah salah satu ketua adat Miangas.
Hukum yang akan dibahas dalam artikel ini menyangkut dengan norma susila. Perempuan dan laki-laki dilarang untuk berada dalam satu tempat gelap lewat dari pukul 22.00 Wita.
"Kalau ada pasangan pemuda yang kedapatan berdua di tempat gelap lewat dari pukul 22.00 Wita, akan diberikan denda," ujar Ismael Essing selaku Mangkubumi 2 di Miangas.
Jika pasangan yang tertangkap masih belum berkeluarga, sanksi yang diberikan adalah memasak. Tak bisa main-main, pelaku asusila yang harus memasak.
"Satu orang masak 8 piring untuk ketua adat dan kepala suku," cerita Ismael.
Sanksi yang diberikan akan berbeda jika salah satu pelaku sudah memiliki pasangan. Pelaku yang masih bujang tetap masak dengan porsi 8 piring.
"Kalau pelaku yang satunya sudah berkeluarga, sanksi untuk dia beda lagi. Dia harus masak 18 piring dengan denda Rp 1,5 juta," jelas Mangkubumi 2.
Uang yang diserahkan oleh pelaku asusila akan diberikan untuk kas adat. Kas adat dipegang oleh Mangkubumi untuk keperluan yang menyangkut adat dan penduduk.
Tak hanya sampai di situ. Pelaku asusila yang masing-masing memiliki keluarga tugasnya lebih berat.
"Masing-masing pelaku harus masak sebanyak 24 piring dan daging 20kg. Ada juga uang tunai sebesar Rp 2 juta," tutur Ismael.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar