Pernahkah Anda mendengar Pulau Madeira? Bagi fans pesepak bola Cristiano Ronaldo, pasti sudah tak asing lagi dengan pulau ini.
Madeira, pulau di lepas daratan utama Portugal merupakan tanah kelahiran CR7 alias Cristiano Ronaldo. Madeira pun sejatinya adalah destinasi wisata yang indah di Eropa!
Dilansir dari berbagai sumber oleh detikcom, Senin (5/8/2019), Cristiano Ronaldo lahir di Kota Funchal, Madeira pada 5 Februari 1985. Ronaldo juga kerap kali memposting keindahan Madeira di Instagram pribadinya.
Madeira menawarkan beragam aktivitas wisata. Turis bisa menghabiskan waktu mereka di perbukitan yang terdapat di Pulau Madeira. Paling favorit adalah kawasan Pico do Arieiro yang merupakan puncak tertinggi di pulaunya.
Bersepeda naik turun bukit juga jadi aktivitas wisata yang seru. Apalagi kalau naik kerata gantung 'Funchal Cable Car', yang bakal membawa turis menikmati panorama dari ketinggian.
Madeira juga punya deretan pantai eksotis. Bisa main-main di pantai, melihat lumba-lumba atau wisata naik kapal yacht. Seru!
Pulau Madeira memiliki arsitektur khas Portugis kolonial, gang-gang sempit dan karya visual yang kuno bakal menarik perhatian wisatawan. Asyik buat foto-foto!
Tahukah kamu, kalau Pulau Madeira sudah 6 kali mendapat penghargaan sebagai 'Europe's Best Island Destination' alias Destinasi Pulau Terbaik di Eropa versi World Travel Awards. Tampaknya, Madeira bisa jadi destinasi wisata baru di Eropa terutama bagi turis Asia.
Bonusnya, di Madeira juga terdapat hotel milik Cristiano Ronaldo. Pestana CR7 Hotel namanya, hotel di pesisir pantai yang serba Cristiano Ronaldo. Serta, di kawasan hotelnya juga terdapat CR7 Museu alias Museum Cristiano Ronaldo.
Sudah banyak operator tur di Portugal dan Eropa yang menawarkan paker wisata ke Madeira. Untuk ke sana, memakan waktu 1 jam 45 menit dengan naik pesawat dari Lisbon.
Fans CR7, berminat ke sini?
Pemanasan Global, Jalur Pendakian di Pegunungan Alpen Hilang
Efek pemanasan global semakin nyata, salah satunya dialami oleh Pegunungan Alpen. Kalau biasanya pendaki akan melihat salju abadi, kini tak ada lagi.
Kabar buruk datang dari Pegunungan Alpen. Diintip detikcom dari berbagai sumber, Selasa (6/8/2019) Pegunungan Alpen terkena efek dari pemanasan global.
Kalau dulu, Mont Blanc menjadi magnet bagi para pendaki di musim panas. Karena ada pemandangan salju abadi yang bisa pendaki saksikan, apalagi jalur Bonatti.
Tapi kini, rute penakian tersebut jadi berbahaya karena ada banyak batu yang berjatuhan dari puncak. Hal ini dikarenakan oleh adanya gelombang panas yang terjadi.
Salju yang tadinya menjadi perekat dari granit-granit besar leleh. Hasilnya, serpihan granit besar yang disebut pilar Bonatti tiba-tiba runtuh, memuntahkan 292 ribu m3 batu ke lembah di bawahnya.
Bisnis ski dan pendakian semakin mengkahawatirkan. Akhirnya sekelompok pemandu berusaha untuk membahas tentang pencarian jalur pendakian baru yang aman.
"Batu-batu di sana mulai bergetar sebelum akhirnya berjatuhan. Sepertinya saya tidak akan ke sana dulu dalam waktu dekat," ujar seorang pemandu berusia 40 tahun dari kota terdekat, Thonon, saat mendaki area Aiguille du Peigne di daerah Chamonix.
Saking parahnya pemanasan global, Pegunungan Alpen punya 3 rute yang sudah hilang. Ada sekitar 26 rute yang kini mulai mengkhawatirkan karena hampir hilang.
Tim spesialis gunung di Universitas Savoie Mont Blanc menilai jadwal pendakian yang optimal ada di musim semi dan musim gugur. Kalau begini, tak sampai 10 tahun, Pegunungan Alpen tak lagi bisa dijelajahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar