Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir membeberkan dasar-dasar utama pemilihan vaksin COVID-19, salah satunya vaksin yang dipilih dan digunakan harus dapat dibuktikan aman dan terjamin hingga memenuhi aspek mandiri. Selain itu, serangkaian pengujian klinis pada vaksin juga wajib dilakukan oleh lembaga yang berwenang.
"Adapun dasar pemilihan vaksin COVID-19 harus memenuhi beberapa faktor. Vaksin yang terpilih harus memiliki unsur keamanan khasiat dan mutu yang terjamin oleh lembaga yang berwenang dan dapat dibuktikan dari serangkaian pengujian yang dimulai dari pengujian praklinis, uji klinis tahap satu, dua dan tiga," ujarnya dalam keterangan tertulis Kamis (10/12/2020).
Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers 'Perencanaan Distribusi dan Quality Control Vaksin COVID-19' di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (8/12).
Honesti menilai proses pengembangan calon vaksin COVID-19 dari Sinovac termasuk satu dari 10 kandidat yang paling cepat dan sudah masuk ke uji klinis tahap 3. Dari sisi platform ataupun metode pembuatan vaksin menggunakan platform inactivated atau virus yang sudah dimatikan itu sudah terbukti pada jenis-jenis vaksin lainnya.
"Platform tersebut sudah dikuasai oleh Bio Farma," jelasnya.
Kemudian, kata dia, faktor penentu lainnya adalah sistem mutu yang dimiliki oleh Sinovac sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dalam kerja sama antara Bio Farma dengan Sinovac, terdapat juga transfer teknologi dalam hal pengujian-pengujian yang dibutuhkan.
Diketahui jumlah total vaksin Sinovac yang akan didatangkan Bio Farma adalah 3 juta dosis. Setelah datang 1,2 juta dosis pada 6 Desember lalu, 1,8 juta dosis akan datang pada akhir Desember atau awal Januari 2021. Pada Desember, Bio Farma juga akan menerima 15 juta dosis bahan baku vaksin dan tambahan 30 juta bahan baku vaksin pada Januari 2021.
https://cinemamovie28.com/movies/kampung-zombie/
Kakek Ini Terima Vaksin COVID-19 Seminggu Setelah Istrinya Wafat Akibat Corona
Inggris menjadi negara pertama di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19. Dari sekian banyak orang yang disuntik vaksin Corona Pfizer di negara itu, ada segelintir kisah pilu yang dirasakan oleh para penerima vaksin.
Salah satunya dirasakan oleh Edward Whitehead. Kakek berusia 84 tahun itu harus kehilangan istrinya seminggu sebelum vaksinasi COVID-19 di Inggris dilaksanakan. Sang istri, Rae Whitehead (79), meninggal karena infeksi virus Corona pada 1 Desember lalu.
Hingga akhirnya, Edward harus melakukan vaksinasi COVID-19 seorang diri tanpa ditemani sang istri. Putranya, Dr David Whitehead (49), mengatakan Edward sangat sedih karena tidak dapat menyelamatkan istrinya.
"Ini memilukan di satu sisi (ibunya meninggal) dan juga merasa lega di sisi lain (ayahnya telah divaksin)," kata David, dikutip dari Shropshire Star.
"Ayahku dan aku sangat sedih, seandainya kami tidak menempatkan ibu di panti jompo... Dia mungkin masih hidup hari ini dan dapat divaksinasi hari ini," tambahnya.
David menjelaskan, Rae adalah sosok ibu yang sangat menyayangi keluarganya. Karena itu, Edward merasa terpukul atas kepergian istrinya.
"Dalam perjalanan pulang, dia (Edward) merenungkan banyak hal dan berkata sangat menyedihkan kami tidak bisa menyelamatkan istrinya," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar