Di tengah maraknya pandemi COVID-19 saat ini, muncul kabar adanya penularan virus flu burung langka yang menginfeksi manusia. Virus flu burung itu adalah flu burung H10N3 yang menginfeksi pria berusia 41 tahun di Provinsi Jiangsu, China.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), ini merupakan kasus pertama H10N3 yang terjadi pada manusia. Namun, pihak NHC masih belum mengungkapkan secara detail soal sumber virus dan bagaimana bisa menginfeksi manusia.
https://nonton08.com/movies/pedicab-driver/
Saat pria tersebut terinfeksi pada 28 Mei 2021 lalu, ia mengalami demam dan gejala lainnya. Tetapi, kondisi pasien tersebut saat ini sudah pulih kembali. Berikut beberapa fakta soal flu burung H10N3 yang perlu diketahui, yang dikutip dari Prevention.
Apa itu H10N3?
H10N3 merupakan jenis flu burung yang umum terjadi pada burung liar di seluruh dunia. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus ini bisa menginfeksi unggas domestik serta spesies burung dan hewan lainnya.
Biasanya, virus H10N3 ini tidak menginfeksi manusia. Tetapi, CDC mengatakan infeksi silang antara hewan dan manusia bisa terjadi.
Bagaimana bisa menular ke manusia?
Menurut CDC, burung yang terinfeksi H10N3 itu menularkan virusnya melalui liur, lendir, ataupun kotoran yang dikeluarkannya. Manusia bisa terinfeksi saat virus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, mulut, serta terhirup dari tetesan atau debu yang terinfeksi H10N3.
Apa saja gejalanya?
Pakar penyakit menular sekaligus peneliti senior di John Hopkins Center for Health Security Dr Amesh A Adalja, MD mengatakan rincian lengkap tentang flu burung H10N3 saat ini masih sangat langka. Tetapi, gejala flu burung biasanya mirip dengan flu biasa.
Berikut beberapa gejalanya dari CDC:
Mata merah
Demam
Batuk
Sakit tenggorokan
Nyeri otot
Mual
Sakit perut
Diare
Muntah
Sesak napas
Sulit bernapas
Radang paru-paru
Kejang
Bagaimana menangani flu burung H10N3? Selengkapnya di halaman berikut.
Bagaimana cara menanganinya?
Dr Adalja mengatakan umumnya cara penanganan penyakit flu burung sama seperti flu 'biasa'. Obat yang diberikan adalah obat antivirus, seperti oseltamivir (Tamiflu), peramivir, atau zanamivir.
Selain obat, ahli penyakit menular dan profesor di Universitas di Buffalo/SUNY John Sellick, DO, bisa juga menggunakan vaksin yang dibuat dengan memodifikasi vaksin flu burung yang sudah ada sebelumnya. Namun Prof Sellick mengingatkan bahwa belum ada vaksin yang benar-benar mutlak bisa mengobatinya.
Apa kata WHO?
Sampai saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum tahu pasti bagaimana virus H10N3 itu bisa menular ke manusia. Mereka juga mengungkapkan potensi penularannya masih ringan dan kemungkinan kecil menyebabkan wabah berskala besar.
"Sumber paparan pasien terhadap virus H10N3 tidak diketahui saat ini, dan tidak ada kasus lain yang ditemukan dalam pengawasan darurat di antara penduduk setempat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip ABC News, Kamis (3/6/2021).
Menurut WHO, virus H10N3 itu tampaknya tidak menular antarmanusia. Selain itu, saat ini belum ada indikasi yang mengatakan bahwa wabah flu burung langka ini telah menyebar luas.
"Ini merupakan laporan pertama yang pernah dilaporkan pada WHO tentang infeksi H10N3 pada manusia," ujar WHO.
"WHO, melalui Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) terus memantau virus influenza, termasuk yang berpotensi menjadi pandemi, dan melakukan penilaian risiko. WHO bekerja sama dengan otoritas nasional di China dan mitra GISRS untuk menilai lebih lanjut dan mengkarakterisasi peristiwa ini," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar