Almarhum Ashraf Sinclair dikenal menekuni olahraga CrossFit semasa hidupnya. Olahraga intensitas tinggi ini memang sedang naik daun karena disebut-sebut dapat membantu bakar lemak dan membentuk otot dalam waktu singkat.
Namun demikian harus diketahui bahwa semua olahraga intensitas tinggi memiliki risikonya begitu juga CrossFit. Ahli jantung dr Dede Moeswir, SpPD, KKV, dari OMNI Hospitals Pulomas memberi saran agar orang-orang melakukan cek kesehatan dan konsultasi terlebih dahulu.
Tujuannya untuk tahu batas fisik seseorang dan faktor risiko seperti penyakit jantung yang mungkin sebelumnya tidak terdeteksi. Menurut dr Dede olahraga yang terlalu berat malah tidak baik untuk jantung.
"Nomor satu kenali faktor risiko dulu. Jangan pernah menganggap diri kita sehat dan fit sebelum cek faktor risiko dengan medical check up," kata dr Dede pada detikcom, Selasa (18/2/2020).
Berikutnya adalah jangan berlebihan saat berolahraga. Tiap orang memiliki ketahanan fisik yang berbeda-beda sehingga satu program latihan untuk seseorang mungkin tidak cocok bagi yang lain.
"Memang ada batas untuk melakukan sesuatu jenis exercise. Sebaiknya dikonsultasikan ke dokter. Jangan pernah melakukan itu tanpa konsultasi dokter," pungkasnya.
BPOM Tegaskan Virus Corona Tidak Menular Lewat Makanan
Hingga saat ini, wabah virus corona masih sangat hangat diberitakan. Sayangnya, hoax terkait penularan COVID-19 ini juga ikut menyebar.
Masyarakat sempat panik terhadap panganan yang berasal dari China. Itu disebabkan karena ketakutan masyarakat jika virus corona bisa menyebar melalui makanan.
"Dikaitkan dengan bisa menyebar lewat panganan, virus corona itu bukan penyakit food born disease. Atau bisa ditularkan melalui makanan," tegas Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito di Gedung BPOM, Selasa (18/2).
Dalam hal ini, Penny mengatakan terus mengedukasi masyarakat untuk terus waspada. Ia hanya bisa mengingatkan untuk memilah informasi terkait corona dengan bijak.
"Saya kira soal corona itu bukan kuasa BPOM. Tapi, jika ada yang terkait dengan anti virus atau obatnya, baru akan kita dampingi" imbuhnya.
Sampai Diatur RUU Ketahanan Keluarga, Kenapa Muncul Perilaku Seks BDSM?
Beredar kabar, draf RUU Ketahanan Keluarga juga mengatur perilaku seks BDSM. Dalam RUU tersebut, pelaku bondage, dominance, sadism, dan masochism (BDSM) diwajibkan untuk rehabilitasi.
Dalam draf RUU Ketahanan Keluarga yang dikutip detikcom pada Selasa (18/2/2020), Pasal 74, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melaksanakan penanganan kerentanan keluarga. Penanganan yang dimaksud ialah upaya membantu dan mendukung keluarga agar memiliki kepentingan keluarga dalam menghadapi krisis keluarga.
Perilaku BDSM memang ditemui di sebagian pasangan. Beberapa pasangan ada yang melakukan karena sama-sama menyukai kegiatan tersebut. Namun hal apa sih sebenarnya yang mendasari orang ingin melakukan BDSM?
Mengutip Fatherly, setiap orang yang melakukan BDSM tentunya ingin melampiaskan kepuasan mereka. Orang tersebut baru merasa 'puas' jika melakukan hal-hal yang berkaitan dengan BDSM, atau seks kasar ini.
"Jika Anda dicakar, digigit, ditampar, tekanan darah dan detak jantung meningkat sebagai respon pada rasa sakit. Jika hal itu terjadi selama berhubungan seks, otak bisa mengartikannya sebagai kesenangan seksual," jelas Nicole Prause PhD,
Ia juga menjelaskan ada area tertentu di otak yang yang merespon rasa nyeri atau sakit, dan bagian tersebut sering tumpang tindih dengan respon dari rangsangan seksual.
"Tumpang tindih itu sedikit mempermainkan otak sehingga timbul kebingungan antara nyeri dan rasa puas saat kita mengalaminya di saat bersamaan," paparnya.
https://nonton08.com/becky/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar