Akhirnya Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa vaksin COVID-19 akan diberikan secara gratis untuk masyarakat Indonesia. Meski gratis, ternyata masih ada prasyarat atau prakondisi yang harus diperhatikan untuk keberhasilan terciptanya herd immunity melalui vaksinasi.
"Artinya adanya keputusan ini jadi langkah maju yang menjadi modal besar untuk potensi keberhasilan yang harus diperjuangkan, antara lain sebelum terjadinya keberhasilan herd immunity itu ada yang namanya prakondisi atau prasyarat," kata pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman pada detikcom, Rabu (16/12/2020).
Menurut Dicky, ada 3 prasyarat yang juga harus diperhatikan setelah vaksin Corona ini digratiskan, yaitu:
- Efektivitas vaksin COVID-19 harus memadai atau mendekati optimal, yaitu 90 sampai 100 persen.
- Angka reproduksi di wilayah yang akan menerima vaksinasi harus ditekan, karena itu bisa mengurangi potensi keberhasilan herd immunity
- Harus bisa meyakinkan masyarakat yang masih belum percaya COVID-19 dengan strategi komunikasi yang tepat
"Ini tidak mudah, karena kelompok-kelompok yang disasar (vaksinasi) nanti adanya yang memiliki pemahaman yang salah, terpengaruh teori konspirasi. Dan merasa meski gratis sekalipun dia belum tentu mau disuntik karena dia merasa COVID-19 itu tidak ada," jelas Dicky.
Selain soal prakondisi, Dicky juga mengingatkan terkait ketersediaan vaksin untuk berbagai kelompok usia. Menurutnya, saat ini vaksin baru tersedia untuk kelompok usia 19-59 tahun.
"Jika ini berjalan sesuai rencana, pada kelompok 19-59 tahun kita udah punya. Tapi, bagaimana untuk yang di bawah 19 tahun kan harus jelas dalam perencanaan itu, bagaimana untuk yang di atas 59 tahun. Rencana ketersediaan vaksin untuk berbagai kelompok ini skenarionya seperti apa, harus disampaikan dulu, artinya perlu negosiasi dan memantau," jelasnya.
https://trimay98.com/movies/matianak/
Kisah Wanita yang Merasa Beruntung Setelah Terdiagnosis COVID-19
Seorang wanita muda di Minnesota mengatakan bahwa COVID-19 yang diidapnya telah menyelamatkan hidupnya. Ia mengungkapkan karena didiagnosis virus Corona ini, ia bisa mengetahui dirinya mengidap kanker yang langka.
Wanita bernama Makenna Studer yang merupakan mahasiswi di Mankato State University di North Star State ini terinfeksi COVID-19 pada September lalu.
"Kondisi saya terus bertambah buruk dan semakin buruk, dan saya memiliki hampir semua gejala yang mungkin bisa dialami," kata Studer seperti dikutip dari New York Post, Rabu (16/12/2020).
"Saya pingsan dan memuntahkan semua yang saya coba makan," lanjutnya.
Saat terinfeksi, Studer mengalami gejala demam hingga 40,5 derajat celcius sehingga dokter dari Mayo Clinic, Dr Colt Williams, mendorongnya untuk melakukan tes Corona. Setelah melakukan tes, Studer diketahui mengidap leukemia akut.
"Anda bisa berargumen bahwa ini karena takdir, diagnosis COVID-19 adalah berkah yang tersembunyi karena membawa Studer ke fasilitas kesehatan. Di mana ia dapat didiagnosis sangat-sangat awal dalam perjalanan penyakitnya," jelas Dr Williams.
"Dia memiliki beberapa mutasi pada leukemia yang kami lihat hanya pada 1 persen dari 1 persen pasien," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar