Rabu, 07 April 2021

Ilmuwan Eropa Kaitkan AstraZeneca dengan Pembekuan Darah, Ini Sikap RI

 Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) berencana merevisi tinjauan keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Berbicara atas nama pribadi, seorang pejabat menyebut ada kaitan jelas antara vaksin ini dengan laporan kasus langka pembekuan darah pada penerima.

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut hingga kini tak ditemukan laporan kasus pembekuan darah pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca di Indonesia.


Akan tetapi perihal tindak lanjut dari kebijakan EMA, pihaknya masih menunggu keterangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).


"Kami tentunya akan mendengar lebih lanjut dari BPOM dan ITAGI terkait ini ya karena kewenangan BPOM untuk menentukan aspek keamanan penggunaan sebuah vaksin," terangnya saat dihubungi detikcom, Rabu (7/4/2021).


Ia menambahkan hingga hari ini, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dilaporkan dari penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia masih bisa ditoleransi. Dengan begitu, penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia masih dilanjutkan.


"Laporan KIPI berupa demam, menggigil, mual, muntah, gatal, dan kemerahan. Dalam 1 sampai 3 hari rata-rata sudah hilang," imbuh dr Nadia.


Dikutip dari Reuters, ketua tim evaluasi keamanan vaksin di EMA Marco Cavaleri menyebut bahwa belum ada kejelasan soal penyebab efek pembekuan darah dari vaksin AstraZeneca. Namun ia yakin, laporan pembekuan darah ini ada hubungan dengan penyuntikan vaksin AstraZeneca.


Sebelumnya, ketua tim evaluasi keamanan vaksin di EMA, Marco Cavaleri menyebut ada hubungan jelas antara pemberian vaksin dengan kejadian langka pembekuan darah. Namun belum dipastikan penyebab pastinya.


"Menurut saya, sekarang kami bisa dengan yakin mengatakan ada kaitan yang jelas dengan vaksin. Namun, kami masih belum tahu apa yang menyebabkan reaksi ini," kata Marco pada media Italia Il Messaggero dan dikutip Selasa (6/4/2021).

https://kamumovie28.com/movies/hell-or-high-water/


Riset: Sepertiga Penyintas COVID-19 Idap Penyakit Otak dan Kejiwaan


Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 230.000 orang di Amerika Serikat (AS), ditemukan sepertiga penyintas COVID-19 mengalami gangguan neurologis di otak maupun gangguan kejiwaan dalam kurun waktu enam bulan.

Dikutip dari laman Reuters, para ilmuwan pada hari Selasa (6/4/2021) mengatakan bahwa pandemi Corona dapat menyebabkan gelombang masalah mental dan neurologis.


Para peneliti yang melakukan analisis mengatakan tidak begitu jelas bagaimana virus itu dikaitkan dengan kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi, tetapi ini adalah diagnosis paling umum di antara 14 gangguan yang mereka lihat.


Peneliti menyebutkan, kasus pasca COVID-19 seperti demensia, gangguan neurologis lainnya lebih jarang, tetapi masih signifikan, terutama pada mereka yang menderita COVID-19 parah.


"Hasil kami menunjukkan bahwa penyakit otak dan gangguan kejiwaan lebih umum terjadi setelah COVID-19 daripada setelah flu atau infeksi pernapasan lainnya," jelas Max Taquet, seorang psikiater di Universitas Oxford Inggris, yang ikut memimpin penelitian tersebut.


Pakar kesehatan pun semakin prihatin dengan bukti risiko gangguan otak dan kesehatan mental yang lebih tinggi di antara para penyintas COVID-19.


Sebuah studi sebelumnya oleh peneliti yang sama menemukan tahun lalu bahwa sekitar 20 persen penderita COVID-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.


Temuan terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, menganalisis catatan kesehatan dari 2.36.379 pasien COVID-19, sebagian besar dari AS, dan menemukan 34 persen telah didiagnosis dengan penyakit neurologis atau psikiatri dalam waktu enam bulan.


Para ilmuwan menyebutkan, gangguan tersebut secara signifikan lebih umum pada pasien COVID-19 daripada pada kelompok perbandingan orang yang sembuh dari flu atau infeksi pernapasan lainnya selama periode waktu yang sama, menunjukkan bahwa COVID-19 memiliki dampak khusus.


Kecemasan sebanyak 17 persen, dan gangguan mood 14 persen, adalah yang paling umum, dan tampaknya tidak terkait dengan seberapa ringan atau parah infeksi COVID-19 pasien.


Di antara mereka yang telah dirawat di perawatan intensif dengan COVID-19 parah, 7 persen mengalami stroke dalam enam bulan, dan hampir 2 persen didiagnosis dengan demensia.

https://kamumovie28.com/movies/shaolin-popey-ii-messy-temple/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar