Dalam merakit iPhone, sukar dipungkiri bahwa Apple amat bergantung pada negara China. Hampir seluruh pabrik Foxconn yang dikontrak Apple untuk membuat ponselnya itu berada di sana. Hal itu kadang menjadi sasaran kritik, terbaru dilontarkan oleh Peter Thiel.
Peter Thiel mentereng di jagat teknologi sebagai investor Facebook, pendiri PayPal serta Palantir Technologies. Thiel menyebut Apple kemungkinan tidak bisa berbuat apa-apa jika misalnya ada konfrontasi dari China karena masifnya rantai suplai iPhone di sana.
Seperti dikutip detikINET dari CNBC, Thiel menyatakan bahwa perusahaan teknologi besar lain semacam Facebook, Amazon dan Microsoft tidak punya ketergantungan seperti Apple pada China. Thiel menyarankan agar pemerintah Amerika Serikat mengawasi Apple terkait persoalan ini.
"Apple mungkin adalah masalah yang nyata secara struktural karena seluruh rantai suplai iPhone itu dibuat dari China. Apple adalah yang punya sinergi nyata dengan China," demikian klaim Peter Thiel.
Tak hanya Apple dengan iPhone, pria berusia 53 tahun itu juga mengkritik Google soal relasinya dengan pemerintah China. Ia menyoroti kemitraan Google dengan beberapa kampus di China dalam teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Karena semua hal di China adalah percampuran antara sipil dan militer, Google secara efektif bekerja sama dengan militer China, bukan dengan militer Amerika. Mungkin berikan saja langsung teknologinya karena jika tidak begitu, tetap saja akan dicuri," sindir Thiel.
Google langsung membantah tudingan tersebut, bahwa mereka bekerja sama dengan militer China. "Tuduhan itu tidak berdasar. Kami tidak bekerja sama dengan militer China. Kami bangga untuk meneruskan sejarah panjang kami bekerja dengan pemerintah Amerika, termasuk Departemen Pertahanan dan di banyak area termasuk keamanan siber dan perawatan kesehatan," cetus juru bicara Google.
https://trimay98.com/movies/lego-marvel-spider-man-vexed-by-venom/
Analisis Banjir Bandang NTT dari Antariksa
- Banjir bandang menerjang wilayah Flores Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bencana tersebut kemudian dianalisis oleh Tim Tanggap Darurat Bencana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dari antariksa.
Analisis tersebut dilakukan dengan memanfaatkan data citra satelit Pleiades pada 23 April 2020 untuk mendeteksi wilayah potensi terdampak bencana banjir pada Minggu (4/4/2021).
Hasil yang didapatkan dari analisis via antariksa ini, menunjukkan Desa Nelelamadika, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur, yang terletak di kaki Gunung Api Ile Boleng dengan ketinggian antara 140-300 mdpl.
"Desa Nelelamadika beriklim tropis dengan rata-rata kemarau yang panjang, sehingga vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut sangat jarang," kata Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lapan di akun Twitter mereka.
Di Desa Nelelamadika itu sendiri ada alur sungai yang melewati desa tersebut. Akan tetapi jarang terdapat aliran air di sana, mengingat daerah tersebut memiliki kemarau yang panjang.
"Di sekitar alur sungai juga teramati banyak pemukiman penduduk, sehingga berpotensi terdampak luapan banjir apabila terjadi cura hujan yang sangat tinggi (daerah yang diberi lingkaran putus-putus berwarna merah)," kata Lapan.
Selain itu, lokasi Desa Nelelamadika pada lereng gunung yang terjang/curam dengan sedikitnya vegetasi di daerah tersebut. Hal itu yang dikatakan Lapan berpotensi terjadinya bencana longsor.
Kepala BNPB Doni Monardo memberikan update terkait penanganan bencana alam di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTT). Doni menyebut hingga saat ini korban meninggal ada 165 dan 45 hilang.
Doni membeberkan data korban yang ditemukan meninggal hingga hari ini. Di Pulau Adonara ada 71 orang yang telah ditemukan meninggal dan 5 masih hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar