Ilmuwan di China melaporkan adanya varian virus flu babi baru yang disebut berpotensi untuk jadi pandemi. Virus dengan kode G4 EA H1N1 ini diperkirakan sudah menginfeksi sekitar 4,4 persen populasi umum berdasarkan tes antibodi, namun belum ada bukti bisa menular antarmanusia.
"Temuan ini menekankan bahwa kita tak bisa lengah terhadap influenza. Kita harus tetap waspada dan terus melakukan pemantauan, meski di tengah pandemi COVID-19," ujar seorang juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/7/2020).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, menjelaskan virus flu babi G4 hingga saat ini belum dilaporkan ada di Indonesia. Namun, pihaknya akan meningkatkan kewaspadaan dengan memperkuat kemampuan deteksi laboratorium.
Petugas-petugas karantina di pintu masuk Indonesia juga disebut selalu mewaspadai hewan dan produk yang berpotensi membawa penyakit.
"Pengawasan sistematis terhadap virus influenza pada babi adalah kunci sebagai peringatan kemungkinan munculnya pandemi influenza berikutnya. Kita akan siapkan rencana kontingensinya juga," kata Ketut dalam rilis yang diterima detikcom, Rabu (1/7/2020).
Ketut meyakinkan agar masyarakat tidak perlu terlalu khawatir. Beberapa daerah di Indonesia memang melaporkan adanya wabah penyakit pada babi, namun ini adalah demam babi Afrika atau African swine fever (ASF).
ASF dan flu babi G4 merupakan dua jenis penyakit berbeda. ASF diketahui tidak dapat menular ke manusia.
"Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," ungkap Ketut.
Obat Ini Disebut Potensial Kurangi Risiko Kematian Corona
Dokter di Wuhan, tempat virus Corona pertama kali mewabah menerbitkan sebuah studi penelitian terkait manfaat dari metformin. Dikatakan, pengidap diabetes yang menggunakan metformin memiliki kemungkinan lebih kecil untuk meninggal dibandingkan dengan yang tidak menggunakan metformin.
Penelitian oleh University of Minnesota juga menemukan metformin mungkin dapat membantu mengurangi risiko kematian akibat virus Corona. Sebab, para ahli menemukan penggunaan metformin mengurangi respons inflamasi dalam tubuh.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan kunci untuk melawan virus Corona COVID-19, karena peradangan dan badai sitokin umumnya adalah salah satu penyebab utama kematian Corona. Harapan besar terkait manfaat metformin ini datang usai para peneliti menemukan steroid dexamethasone yang tersedia secara luas mengurangi kematian hingga sepertiga di antara pasien yang menggunakan ventilator dan seperlima pasien Corona yang membutuhkan oksigen.
Mengobati Corona dengan beberapa obat kini diklaim ahli sebagai hal yang paling menjanjikan kala vaksin belum tersedia. Seperti dexamethasone, metformin disebut murah dan tersedia secara luas dan diharapkan menjadi 'kabar baik' bagi negara-negara berkembang.
Dikutip dari The Sun, studi juga menemukan metformin membantu orang yang kelebihan berat badan dan obesitas. Orang yang kelebihan berat badan dan obesitas berisiko lebih besar mengalami komplikasi serius atau kematian akibat virus Corona COVID-19.
Metformin juga disebut bisa membantu melawan kanker payudara yang setidaknya membunuh sekitar 11.400 orang setiap tahun. Suzy Birkett dari Klinik Perawatan Onkologi swasta di London meyakini metformin meningkatkan efektivitas obat kanker konvensional.
"Ini adalah perawatan yang sangat kuat tetapi lambat untuk dilakukan. Siapa yang akan membayar uji coba besar untuk persetujuan peraturan obat metformin ketika pada akhirnya tidak ada untung? Metformin murah sekali," jelas Suzy.
"Ada sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda memberi metformin pada hewan, mereka hidup lebih lama," jelas direktur American Federation for Ageing Research, kepada Good Health, dikutip dari Daily Star.
https://cinemamovie28.com/atas-boleh-bawah-boleh/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar