Sebagian negara kini mulai menjalankan program vaksinasi COVID-19 massal. Vaksin pada umumnya diberikan secara bertahap untuk kelompok rentan terlebih dahulu, baru kemudian masyarakat secara umum.
Terkait hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki target agar seluruh tenaga kesehatan (nakes) dan lansia mendapat suntikan vaksin COVID-19. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan vaksin minimal diberikan pada kelompok tersebut di 100 hari pertama tahun 2021.
"Kita menghadapi tantangan besar di minggu-minggu ini. Kita harus memastikan vaksinasi pada nakes dan lansia di semua negara dalam 100 hari pertama 2021," kata Tedros seperti dikutip dari situs resmi WHO pada Sabtu (30/1/2021).
"Kita cuma punya waktu 71 hari lagi. Waktu ini sangat singkat," pungkasnya.
Nakes disebut kelompok rentan karena mudah terpapar oleh COVID-19 saat merawat pasien sakit. Belum lagi beban pekerjaan yang berat di masa pandemi bisa berdampak buruk untuk imun tubuh para nakes.
Sementara itu lansia disebut paling berisiko mengalami komplikasi bila terinfeksi COVID-19. Terbukti dari berbagai laporan yang menyebut angka kematian COVID-19 paling banyak terjadi di kelompok ini.
https://cinemamovie28.com/movies/swapping-games/
Terpopuler Sepekan: China Gunakan Anal Swab untuk Deteksi COVID-19
Kabar dokter di China menggunakan metode usap lewat anal atau anal swab untuk mendeteksi COVID-19 menarik perhatian pembaca. Alasannya metode anal swab disebut-sebut bisa mendeteksi kasus lebih akurat daripada swab hidung-tenggorokan (nasofaring) biasa.
"Tentu saja, swab anal tidak senyaman swab di tenggorokan. Metode swab ini hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina COVID-19 utama di Shanghai," kata Li Tongzeng dari Rumah Sakit You'an di Beijing seperti dikutip dari New York Post.
Ahli biologi molekular Ahmad Rusdan Utomo menyebut anal swab memang bisa digunakan sebagai pelengkap metode tes Corona. Hanya saja metode ini kalah populer daripada swab nasofaring karena ada faktor kenyamanan yang mungkin dikorbankan.
"Ada sisi malunya dan ada sisi ketidaknyamanan karena membuka area private. Tapi pengambilannya jauh lebih nyaman," ujar Ahmad.
Virus SARS-COV-2 penyebab COVID-19 umumnya menginfeksi tubuh mulai dari saluran pernapasan atas. Karena itu swab nasofaring dilakukan untuk mendeteksi virus yang ada di saluran napas.
Seiring berjalannya waktu, pada tahap lanjut virus bisa saja turun atau menyebar ke saluran pencernaan. Maka anal swab bisa dilakukan ketika seseorang masih menunjukkan gejala, namun tidak terdeteksi positif lewat swab nasofaring.
Menular lewat kentut?
Perbincangan terkait anal swab ini kemudian menimbulkan pertanyaan di antara beberapa netizen. Bila virus terdeteksi di saluran pencernaan bawah, apakah berarti COVID-19 bisa menular lewat kentut?
Direktur Klinis Patientaccess.com, dr Sarah Jarvis, menyanggah pendapat tersebut. Menurutnya sangat kecil kemungkinan seseorang bisa tertular COVID-19 lewat kentut.
"Kemungkinan seseorang tertular virus karena mereka dekat dengan seseorang yang kentut sangat kecil. Anda jauh lebih mungkin untuk tertular melalui kontak dekat dengan seseorang yang batuk atau bersin, atau dengan menyentuh droplet di tangan ketika kamu menyentuh benda," bantah Jarvis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar