Sabtu, 22 Februari 2020

Bikin 100 Event, Aceh Targetkan 3 Juta Wisatawan

Disbudpar Aceh membuat seratusan event bertaraf nasional bahkan internasional sepanjang 2019. Supaya, bisa mendatangkan 3 juta kunjungan wisatawan.

Kepala Disbudpar (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) Aceh Jamaluddin, mengatakan, target kunjungan turis asing hingga Desember diprediksi menjadi 150 ribu orang. Sedangkan wisatawan nusantara ditargetkan mencapai tiga juga orang.

"Sementara angka kunjungan wisatawan muslim ke Aceh diharapkan juga meningkat, dari 35 ribu pada 2018 menjadi 40 ribu pada tahun 2019," kata Jamaluddin kepada wartawan di Kantor Disbudpar Aceh, Senin (25/2/2019).

Menurutnya, jumlah wisatawan ke Aceh pada 2018 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Turis asing yang melancong ke Tanah Rencong tahun lalu yaitu 106.281 orang atau meningkat dari 78.980 orang.

Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara meningkat dari 2,2 juta menjadi 2,4 juta. Pemprov Aceh 'menggoda' wisatawan dengan beragam event mulai kuliner hingga wisata bahari.

Jamaluddin menambahkan, penyelenggeraan 100 event Aceh tahun ini sudah seharusnya memperkuat positioning Serambi Mekkah sebagai destinasi wisata yang diunggulkan di kawasan Indonesia bagian barat.

Dalam tahun ini, ada sepuluh top event yang dipersiapkan di antaranya Aceh Culinary Festival, Saman Gayo Alas Festival dan Internasional Diving Festival. Selain itu, juga ada 90 event unggulan yang digelar Disbudpar Aceh dan Dinas Pariwisata di seluruh Aceh.

"Semua atraksi wisata tersebut kami persiapkan dan persembahkan kepada wisatawab melalui semangat branding wisata Aceh "cahaya Aceh" dan "The Light of Aceh"," jelas Jamaluddin.

"Semakin banyak jumlah atraksi wisata yang akan kita gelar di seluruh Aceh, maka akan semakin maju dan berkembang destinasi wisata baru dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung. Selain itu dengan viralnya wisata Aceh semakin terbuka Aceh kepada wisatawan," tutupnya. 

Ini Resep Toleransi Beragama dari Kampung Sawah di Bekasi

Sejak ratusan tahun lalu, masyarakat Kampung Sawah di Bekasi telah hidup rukun lintas agama. Rahasia di baliknya ternyata cukup sederhana.

Rahasia itu pun terungkap lewat Wisata Toleransi Kampung Sawah yang diadakan oleh komunitas Koko Jali pada Sabtu pekan lalu (23/2/2019). Di mana hal itu dapat ditemukan lewat cerminan masyarakat dan para pemuka setempat yang saling berbeda, tapi toleran.

Sejarah singkat, dahulu pada abad ke-19 Kampung Sawah masih begitu tertutup dan didiami oleh orang masyarakat asli Betawi. Kala itu, animisme dan agama Islam telah hadir di sana.

Namun, hadirnya perkebunan Belanda di Kampung Sawah jadi cikal bakal interaksi agama Kristen dengan Betawi di Kampung Sawah. Yakni melalui FL Anthing dan para penginjilnya di tahun 80-an.

"Tahun 70-an masih identik dengan pribumi (Kampung Sawah - red). Dulu disebut kampung kristen karena ada kebun Belanda," ujar Majelis Pengurus Harian Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah, Hiskia Ekatana Dani.

Pada 16 Juni 1874, berdiri lah GKP Kampung Sawah. Nilai-nilai budaya Betawi, Sunda dan Jawa pun terangkut ke dalamnya. Inilah gereja pertama yang ada di Kampung Sawah.

Keragaman itu pun kian bertambah dengan masuknya agama Katolik yang merupakan pecahan dari GKP Kampung Sawah. Hal itu ditandai dengan dibaptisnya satu orang Kampung Sawah yang asli Betawi pada tahun 86, diikuti oleh 18 orang lainnya.

Dari situ, cikal bakal agama Katolik terbentuk dan berujung dengan didirikannya Gereja Santo Servatius pada tahun 1993 yang selesai pada tahun 1996. Unsur Budaya Betawi pun berakulturasi dengan agama Katolik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar