Jumat, 14 Februari 2020

Soal Turis Nakal di Kuta, Pemkab Badung: Itu Tugas Imigrasi

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung mengakui masih banyak turis nakal yang berkunjung di wilayah Kuta, Badung, Bali. Tapi, itu juga jadi tugas imigrasi.

Soal kelakuan turis asing yang nakal juga disorot Jerinx 'SID' lewat akun instagram pribadinya. Jerinx juga meminta ada sistem filterisasi turis asing yang masuk ke Bali.

"Kalau sampai bikin onar, bikin kesalahan harus cepat ditangkap, dideportasi seperti itu seharusnya dilakukan Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) itu," kata Kadis Pariwisata Badung Made Badra via telepon, Selasa (19/3/2019).

Badra menyebut leading sektor pengawasan orang asing itu ada di tangan imigrasi. Sebagai Kepala Dinas Pariwisata, Badra menyebut tugasnya menciptakan destinasi wisata hingga mempromosikan pariwisata bukan mengawasi para turis yang hadir ke Bali.

"Itu tugasnya imigrasi mereka punya tim bagaimana mereka mengendalikan orang di lapangan. Kalau kami di pariwisata empat pilar itu menciptakan destinasi, mengajak industri, dan bagaimana kita melakukan promosi melibatkan lembaga. Sekarang ada kasus seperti ini harus dicarikan solusinya," terangnya.

Meski begitu, dia juga menyadari pengawasan orang asing itu tak bisa hanya ditangani imigrasi saja. Perlu ada sinergi dengan instansi lain agar pengawasan itu bisa maksimal.

"Ini kelemahan kita bersama, ke depan kita perbaiki bagaimana quality tourism kita perbaiki bersama. Aturan memang kita tidak boleh membatasi seseorang pariwisata, itu hak orang melakukan pariwisata," jelasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Provinsi Bali Anak Agung Gde Yuniartha juga sepakat filterisasi para turis itu berada di wilayah imigrasi. Dia tak sepakat jika semua turis yang wisata ke Kuta, Bali disamaratakan dengan pembuat onar.

"Masalahnya tidak semua begitu kalau kita bicara filterisasi lebih pas dengan imigrasi mereka yang lebih tahu," cetusnya. Sementara itu detikcom sudah berusaha menghubungi manajemen Jerinx, namun belum mendapatkan respons.

Bagaimana Pariwisata New Zealand Pasca Penembakan di Masjid?

New Zealand berduka pasca aksi teror penembakan di 2 masjid di Christchurch. Hal itu pun berdampak besar pada pariwisatanya.

Aksi teror tersebut terjadi pada Jumat (15/3) kemarin di di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood . Tercatat, 50 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Tersangka yang diidentifikasi bernama Brenton Tarrant (28), seorang warga Australia, telah ditangkap otoritas Selandia Baru

Dunia berduka dan mengecam aksi teroris itu. Bagi New Zealand sendiri, ini adalah pukulan telak bagi mereka sebab negaranya sudah dikenal sebagai negara paling aman dan tujuan destinasi wisata turis dunia.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Selasa (19/3/2019) kali terakhir kasus penembakan massal di New Zealand terjadi pada tahun 1997. Saat itu, enam orang tewas dan empat lainnya luka-luka di kota Raurimu, North Island.

New Zealand berjuang keras untuk membuat negaranya aman dan damai. Mereka pun tahu, salah satu devisa terbesar negaranya datang dari pariwisata.

"Terorisme berdampak besar pada pariwisata, apa yang terjadi di Christchurch benar-benar membuat New Zealand kehilangan rasa percaya dirinya," kata Dr David Beirman, dosen pariwisata dari University of Technology Sydney kepada News Australia.

"Christchurch adalah kota yang tenang dan cantik. Namun kini, orang-orang yang mau berpergian ke sana akan berpikir dua kali karena faktor keamanannya," sambung Beirman.

Beirman menambahkan, aksi teroris yang menyerang rumah ibadah dapat terjadi di mana saja. Akan tetapi, sulit membayangkan kalau terjadi di New Zealand, yang notabenya negara yang damai.

Dia pun menyangkutpautkan hubungan antara Australia dan New Zealand. Sebagaimana diketahui, Australia merupakan penyumbang turis terbanyak di New Zealand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar