Berbagai kota di belahan dunia turut memperingati Earth Hour. Lampu landmark-landmark dunia pun ikut dimatikan.
Earth Hour adalah kegiatan global yang diinisiasi World Wide Fund for Nature (WWF) untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim. Setiap tahun, Earth Hour diperingati pada Sabtu terakhir di bulan Maret, di mana lampu-lampu akan dimatikan selama 1 jam mulai pukul 20.30 sampai 21.30.
Tahun ini, Earth Hour berlangsung pada Sabtu (30/3). Dilansir detikcom dari Reuters, Minggu (31/3/2019), sekitar 200 landmark populer di seluruh dunia turut serta dalam Earth Hour. Salah satunya Menara Eiffel di Paris, Prancis, yang lampu-lampunya dimatikan selama satu jam. Landmark favorit turis ini pun tampak gelap gulita.
Sebelum cahaya lampu Menara Eiffel dimatikan, diadakan acara diskusi publik mengenai pemanasan global dan penurunan keanekaragaman hayati yang dihadiri pula oleh Wali Kota Paris Anne Hidalgo bersama Menteri Brune Poirson.
Seperti diberitakan Independent dan AFP, beberapa landmark dunia lainnya yang ikut dimatikan lampunya adalah Bradenburg Gate di Berlin, Marina Bay Sands di Singapura, Sydney Opera House di Sydney, Piramida di Mesir, Christ the Redeemer di Rio de Janeiro, Empire State Building di New York, Burj Khalifa di Dubai, Acropolis di Athena dan Kremlin di Moskow.
Sementara di penjuru Britania Raya, ada lebih dari 100 landmark turut serta dalam Earth Hour tahun 2019. Dari Istana Buckingham sampai Kastil Edinburgh, semua mematikan lampu. Para warga dan aktivis juga ikut berkumpul di landmark kota masing-masing untuk memeriahkan Earth Hour.
Traveler! Ada Destinasi Baru yang Ramah Lingkungan di Danau Toba
Traveler zaman now yang gemar berburu tempat wisata instagramable wajib ke Danau Toba. Pasalnya, ada destinasi wisata baru yakni The Kaldera - Toba Nomadic Escape. Uniknya, destinasi wisata ini dibuat dengan konsep eco-friendly alias ramah lingkungan.
Kepala Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasety, mengungkapkan konsep yang dikembangkan destinasi ini tidak merusak lingkungan.
"Kita sangat fokus pada pengembangan nomadic tourism di Danau Toba, tapi kita juga peduli dengan alam di sekitarnya. Oleh karena itu, pembangunan The Kaldera mengusung konsep eco-friendly. Kita mempertahankan pohon-pohon pinus di dalam The Kaldera. Selain itu kita memaksimalkan topografi yang ada. Misalnya Kaldera Amphiteater kita bangun di titik di mana topografinya memang menurun, jadi tinggal kita susun batu saja," ujar Arie dalam keterangan tertulisnya, Minggu (31/3/2019).
Tidak hanya pembangunannya saja yang ramah lingkungan, instalasi listrik yang digunakan sangat ramah lingkungan.
"Konsep eco-friendly yang kita usung, kita terapkan ke semua aspek. Bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga instalasi. Contohnya kabin yang dibangun kita menggunakan panel surya. Gunanya adalah untuk penerangan interior di malam hari. Tanki penampung air juga kita letakkan di titik yang cukup tinggi sehingga sirkulasi air ke toilet tidak memerlukan pompa melainkan memanfaatkan gravitasi," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism Kementerian Pariwisata Waizly Darwin memaparkan konsep dari nomadic tourism ini memiliki nilai yang luar biasa.
"Value proposition dari solusi nomadic amenities antara lain adalah murah, mudah, dan cepat. Secara fisik, pembangunannya memang murah, tapi saat sudah jadi, dijualnya bisa lebih mahal dibanding hotel dan yang pasti, nomadic amenities mudah dioperasikan dibanding hotel. Cepat dibangun dan cepat balik modal," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar