Rabu, 12 Februari 2020

Kebun Anggur di Thailand Ini Mirip di Eropa

Tidak perlu ke Eropa untuk menikmati kebun anggur yang indah. Inilah Silver Lake Vine Yard, kebun anggur ala Eropa di Thailand.

Anggur pada umumnya hanya bisa tumbuh di negara yang memiliki iklim sub-tropis. Namun dengan teknologi pertanian yang maju, di Thailand bisa dikembangkan perkebunan anggur di kawasan Pattaya, yang juga menjadi objek wisata favorit wisatawan bernama Silver Lake Vine Yard.

Silver Lake Vine Yard memiliki luas sekitar 480 hektar, dan saya yakin memerlukan waktu paling tidak satu jam lebih setidaknya untuk puas berkeliling kawasan ini.

Di dalam kebun anggurnya terdapat beberapa objek menarik dan instagramable, salah satunya adalah replika dari kincir angin yang ada di Belanda.

Tidak hanya itu, tempat ini memiliki taman yang sangat indah dan menarik. Banyak juga pengunjung yang sekedar duduk santai dan berfoto di area taman nya.

Walau kawasan ini cukup luas, tidak perlu kuatir, sebab tersedia mobil shuttle untuk berkeliling kawasan. Untuk berkeliling kawasan, pengunjung harus membayar tiket sebesar 180 Baht atau sekitar Rp. 82.000. Armada mobil shuttle nya cukup banyak, sehingga tidak perlu kuatir mengantri lama.

Di Silver Lake Vine Yard juga terdapat souvenir shop yang menjual aneka olahan anggur dan berbagai merchandise menarik.

Namun sayangnya, saat saya bersama rombongan pemenang D’traveller of The Year 2018 sampai di tempat ini, waktu sudah menunjukkan jam 17.15, sehingga tidak dapat lagi mengikuti tour untuk berkeliling kawasan Silver Lake Vine Yard.

Namun demikian, saya dan rombongan cuku beruntung, sebab dari Silver Lake Vine Yard kita bisa menikmati pemandangan sunset yang spektakular. Terlebih cuaca sedang cerah, sehingga kami bisa mengambil foto dengan puas.

Untuk bisa masuk ke kawasan Silveer Lake Vine Yard memang tidak dikenakan biaya, jika memang hanya berfoto dan berbelanja di souvenir shop. Tiket masuk baru akan dikenakan jika pengunjung akan berkeliling kawasan.

Labuan Bajo dan Nomadic Tourism

Dari 4 destinasi super prioritas yang ditetapkan oleh Pemerintah, nama Labuan Bajo ikut di dalamnya. Nomadic Tourism pun dipilih untuk pengembangan pariwisata di sana.

Hal itu pun diungkapkan oleh Menpar Arief Yahya di sela-sela acara Wonderful Startup Academy yang bertempat di atas kapal phinisi Sea Safari Cruises, Labuan Bajo, Senin (25/3/2019). Didampingi oleh Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula, Arief mengatakan kalau dibutuhkan metode khusus yang cepat dan pas untuk membangun pariwisata Labuan Bajo.

"Amenitas, akonodasi pasti lama. Oleh karenanya saya mengambil solusi sementara, namanya nomadic tourism. Poin saya nomadic tourism untuk gerak cepat, supaya masuknya bisa segera dilihat," pungkas Arief.

Berkaca dari Bali yang sudah lebih dulu maju pariwisatanya, Labuan Bajo butuh pendekatan yang sesuai dengan karakteristiknya yang berpulau-pulau. Camping di pulau hingga life on board di atas kapal, jadi beberapa opsi terbaik untuk menarik wisatawan.

"Tadi ke Pulau Saloka (pulau di Labuan Bajo - red), akan dibangun camp dan lain-lain. Akan dibangun 10 homestay, semua selesai di 2019," pungkas Arief.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir salah satu pengelola homestay di Pulau Wingko bernama pak Condo. Telah menggeluti Nomadic Tourism sejak tahun 1995, Condo mengaku sangat mendukung kebijakan Arief Yahya.

"Saya memulai dengan apa yang pak Menteri lakukan dengan homestay. Di tempat saya ada camping, kayaking. Tempat saya di Wingkol," ujar Condo.

Saat ini, Condo tengah membangun sejumlah homestay ramah lingkungan bergaya Manggarai Barat. Kebijakan Nomadic Tourism Arief pun sejalan dengan bentuk usahanya.

Mendukung Arief, Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru, Hiramsyah S Thalib juga punya harapan yang sama untuk Labuan Bajo. Malah, ia ingin agar Labuan Bajo jadi Hub bagi seluruh NTT.

"Meliputi 8 kabupaten di Flores, Labuan Bajo harus jadi main hub untuk pengembangan pariwisata di NTT," ujar Hiramsyah.

Sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan di NTT, pembangunan Labuan Bajo memang tengah diseriusi. Kabar terakhir, sedang ada proses tender untuk mengubah status Bandara Komodo jadi bandara internasional. Pembangunan dermaga dan lainnya juga tengah direncanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar