Jumat, 28 Februari 2020

Kisah Bangunan Cirebon yang Konon Dibangun Sehari Semalam

Wisata di komplek Keraton Kanoman Cirebon, ada sebuah gedung yang menyimpan cerita menarik. Konon gedung itu dibangun dalam waktu sehari.

Pulantara merupakan salah satu bangunan tua di kompleks Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tepatnya di area Kebon Jimat Keraton atau di belakang Museum Pusaka Keraton Kanoman.

Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi menceritakan Pulantara sudah ada sejak era Pakuan tahun 1445, era kepemimpinan Pangeran Cakrabuana. Cerita pembangunan Pulantara pun masih menjadi misteri. Menurut sesepuh keraton, lanjut Arimbi, Pulantara dibangun dalam waktu sehari semalam.

"Kepercayaan sesepuh sini itu, katanya Pulantara dibangun sehari semalam. Pulantara juga memiliki nama lain, yakni Balerangkang," ucapnya saat berbincang dengan detikTravel di Keraton Kanoman di Cirebon, Rabu (13/2/2019).

Bangunan Pulantara terbagi menjadi tiga lantai. Lantai paling atas merupakan ruangan rapat. Dahulu Pulantara sempat digunakan Pangeran Carabuana sebagai tempat dakwah. Namun kemudian dialihfungsikan menjadi tempat prajurit beristirahat.

"Pulantara ini sempat digunakan rapat oleh Pangeran Cakrabuana untuk dakwah Islam, itu sebelum jadi tempat istirahat prajurit," tutur Arimbi.

"Pada zaman kesultanan tahun 1677, Pulantara difungsikan menjadi tempat peristirahatan prajurit perang keraton," imbuhnya.

Arimbi mengaku belum menemukan catatan terkait daya tampung Pulantara. Namun, menurut Arimbi, dilihat dari luas bangunan Pulantara dapat menampung seribuan prajurit perang keraton.

Ia menyebutkan peralihan fungsi Pulantara, dari tempat rapat dakwah menjadi tempat peristirahatan prajurit bisa terjadi karena berbagai sebab. Cirebon saat itu memang menjadi incaran penjajah dan kerajaan lainnya.

"Waktu era kesultanan itu Cirebon jadi rebutan. VOC, Mataram, dan Banten memperebutkan Cirebon. Karena kepentingan politik," ucapnya.

Nah, bangunan yang dulunya tempat peristirahatan prajurit itu kini telah disulap menjadi megah. Sebelum direnovasi pada tahun 2017, bangunan Pulantara hanya tinggal puing-puing.

"Dari dulu itu tinggal puing-puingnya saja, memang bentuknya tiga lantai. Direnovasi juga tetap tiga lantai.

Danau Mati yang Terbentuk dari Hantaman Meteorit

Di Tajikistan terdapat danau mati dengan kandungan garam yang sangat tinggi. Danau ini terbentuk karena hantaman meteorit jutaan tahun lalu.

Dilansir detikTravel dari BBC Travel, Kamis (14/2/2018) danau di Tajikistan ini bernama Danau Karakul. Danau ini berada di ketinggian 4.000 meter dari permukaan dan berada di tengah-tengah Pegunungan Pamir di Tajikistan.

Danau Karakul memiliki luas 380 Km persegi dengan kedalaman mencapai 230 meter. Perairan ini terbentuk karena hantaman sebuah meteroit yang menghantam bumi 25 juta tahun lalu.

Kesan tanpa kehidupan pun menghiasi Danau karakul. Kandungan garam yang sangat tinggi, menyebabkan tak ada satupun mahluk hidup yang mampu bertahan di danau ini. Walau begitu, kawasan di sekitar danau sangatlah indah.

Danau Karakul dikelilingi oleh pegunungan bersalju dan dataran tinggi berupa gurun pasir. Warna air danau yang selalu berubah, membuat danau ini juga menjadi cantik dan menjadi buruan para petualang.

Ini benar-benar berubah warna lho. Sebenarnya sepanjang hari, danau ini berubah warna dari warna pirus dan zambrud menjadi biru kobalt hitam. Fenomena menarik kan? Dan juga karena kandungan garamnya yang tinggi, tidak ada satupun kapal yang mampu berlayar di danau ini. ujung-ujungnya kapal akan tenggelam.

Dulunya kawasan danau digunakan untuk camp tahanan perang Jerman saat Perang Dunia II. Kemudian berubah menjadi kawasan pengembala pagi para perantau Kirgistan untuk menggembala domba dan kambing yang tumbuh pada saat musim panas.

Tidak banyak pemukiman di kawasan danau. Ibaratnya danau mati ini juga dikelilingi kota tak berpenghuni. Hanya ada segelintir masyarakat yang bertahan karena mengelola akomodasi untuk wisatawan yang datang ke kawasan danau.

Pada saat musim panas, cuaca di sini sangat panas. Curah hujan di sini juga sangat rendah, kurang dari 30 mm per tahun. Hanya sedikit penduduk yang mau keluar karena panas yang terik.

Walaupun begitu, danau ini tetaplah populer dan selalu ramai dikunjungi turis dari berbagai negara. Mereka yang penasaran pun mencoba berlayar di danau, walau ujungnya sia-sia saja. Namun kebanyakan mereka juga hunting foto dan menikmati keajaiban alam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar