Kami juga pernah melihat bangkai komodo yang tergeletak di dekat sekolah dengan kondisi perut berdarah. Komodo tersebut mati diduga karena memakan rusa dan tanduknya menancap di perut komodo. Komodo memang sering turun ke desa karena jumlah komodo di kawasan Taman Nasional Komodo sekitar 3012 ekor.
Hal yang unik dari desa ini yaitu masyarakat membiarkan kambing peliharaannya berkeliaran di desa, sehingga saat Komodo turun ke desa tidak akan memakan manusia tetapi akan memakan kambing. Tak jarang saat kita berjalan di desa, banyak kambing yang berlalu lalang dan bermain dengan anak-anak.
Suatu ketika saat saya sedang memasak nasi untuk 15 tim KKN, tiba-tiba kambing masuk dapur dan memakan nasi sekendil, saya sangat shock dan tertawa melihat kejadian lucu ini. Pernah suatu ketika kamping menyeruput kopi milik teman saya dan memakan roti milik saya. Karena jarangnya pepohonan hijau di desa, kambing di desa Komodo tidak hanya mengkonsumsi rumput tetapi mengkonsumsi makanan manusia seperti nasi, ikan, roti dan kopi.
Saat malam hari, banyak babi liar yang berkeliaran di desa, kami dan anak-anak desa sering bermain mengejar babi liar agar pergi dari desa. Saat malam hari anak-anak laki-laki banyak yang memancing ikan di belakang posko dan mendapatkan ikan yang sangat banyak.
Laut di desa Komodo memang kaya, kita dapat dengan mudah mendapatkan ikan, cumi-cumi, kerang dll. Sungguh indah negriku, pulau Komodo memang patut kita banggakan sebagai warisan dunia yang menjadi The New 7 Wonders of Nature.
Selain di desa komodo, tempat wisata yang berada di dekat desa untuk berburu komodo adalah Loh Liang. Loh Liang merupakan kawasan di Komodo National Park. Disana kita akan mengenal komodo lebih dekat karena kita akan diajak menjelajah hutan untuk melihat habitat langsung komodo.
Pertama kali saya ke Loh Liang, saya bersama teman-teman perempuan KKN. Kami sangat senang karena ini adalah liburan pertama kami disela kesibukan program pengabdian di desa. Akan tetapi saat kami menaiki perahu tiba-tiba HP teman saya tercebur ke Laut. Anak-anak SMP dan warga bergotong royong membantu mencari HP.
Akan tetapi setelah beberapa waktu mencari, kami belum menemukan HP. Karena hari semakin siang, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Loh Liang. Meskipun perasaan kami cukup sedih karena HP hilang, perasaan itu sirna ketika melihat Komodo dan mengabadikan foto dengan komodo.
Setelah puas berkeliling di Loh Liang kami pulang ke desa dan alhamdulillah HP teman saya ditemukan. Segera kami berlari menuju posko untuk merendam HP ditumpukan beras. Teman saya sangat sedih, dia menganggap HP nya sudah rusak karena sudah terkorosi air laut selama 4 jam. Tetapi ternyata HP teman saya dapat kembali normal berkat reparasi dari warga desa.
Surga di Padar Island dan Keseruan Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni
Ada seseorang yang bilang Bagai sayur tanpa garam kalau kamu ke Labuan Bajo tanpa berkunjung ke Pulau Padar. Kalimat tersebut terngiang ketika saya berkesempatan untuk dapat mengabdi di Desa Komodo bersama Tim KKN Mandiri UNNES Desa Komodo, kami wajib menginjakkan kaki di pulau Padar. Setelah 45 hari kami mengabdi di desa, liburan menjadi destinasi akhir kami setelah melepas kesibukkan dan kepenatan dalam berkegiatan.
Kami bersama pemuda desa Komodo berlibur ke Pulau Padar. Pagi hari, salah satu tim kami mencari kapal penduduk desa untuk membawa kami ke pulau Padar. Karena kami menunggu beberapa pemuda desa, kami berangkat dari desa Komodo saat sang surya begitu terik sekitar jam 11 siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar