Keseruan Perjalanan dari Semarang sampai Pulau Komodo
Perjalanan ini tak secepat yang kalian bayangkan, kami membutuhkan waktu 4 hari hingga sampai di tempat tujuan. Teriknya sinar mentari diiringi hembusan angin berdebu kota menemani awal perjalanan kami menyusuri kota Semarang-Surabaya menggunakan kereta api.
Sebagai mahasiswa millenial, teknologi memudahkan kita dalam berbagai hal termasuk traveling. Yap, Tiket.com andalanku salah satu Online Travel Agent (OTA) yang menawarkan berbagai promo menarik dengan fitur canggih yang memanjakan pelanggan.
Tiket.com memberi kemudahan kami untuk memesan tiket kereta api dengan mudah, cepat dan murah Thanks Tiket.com #semuaadatiketnya Sesampainya di stasiun Pasar Turi Surabaya kaki kami melangkah menuju pelabuhan untuk mengarungi samudra NTT menggunakan kapal Amarisa selama 2 hari.
Saat di kapal banyak pengalaman tak terlupakan, kami berkesempatan melihat Anjungan kapal atau tempat Nahkoda mengemudi kapal, kami dikenalkan semua peralatan kapal oleh kapten kapal dan tak lupa mengabadikan foto dengan seluruh awak kapal.
Senin 24 September 2018, Kaki kami terhenti di Labuan Bajo, NTT. Sinar jingga keemasan di langit timur menaungi pulau-pulau eksotis di NTT. Deburan ombak, angin sepoi-sepoi diiringi suara mesin kapal nelayan bersatu membentuk kedamaian yang jauh dari ingar bingar keramaian kota.
Tak sabar kami ingin mengeksplore keindahan tanah timur ini. Tim Kami melanjutkan perjalanan menuju desa Komodo menggunakan kapal kecil nelayan. Kami mengarungi lautan sekitar 4 jam dari Labuan Bajo. Sekitar pukul 19.00 WITA kaki kami terhenti di desa tujuan kami yaitu Desa Komodo.
Eloknyanya Desa Komodo, Desa Terpencil dengan Sejuta Keunikan
Desa Komodo merupakan desa terpencil ditengah lautan, di bawah kaki gunung Ara. Desa ini terdiri dari 1500 jiwa. Desa Komodo termasuk desa wisata yang sering dikunjungi turis lokal maupun internasional karena keunikan warganya yang tinggal bersama Komodo.
Tinggal di desa bersama reptil buas komodo selama 45 hari merupakan pengalaman unik yang tak terlupakan. Pengalaman unik yang saya alami di desa komodo yaitu suatu hari ada seekor komodo yang memakan kambing. Satu desa berbondong-bondong untuk melihat kejadian tersebut.
Ini merupakan hal langka dan pertama kali saya lihat seekor komodo yang hampir sama ukurannya dengan kambing dengan ganas memakan kambing. Seorang Guide mendekati komodo dan berusaha untuk menyelamatkan kambing dari Komodo. Tetapi karena keganasan komodo, kambing tak dapat diselamatkan.
Suatu hari saat saya dan teman-teman berbincang-bincang dengan warga, tiba-tiba seorang nenek bercerita bahwa cucunya meninggal di makan komodo. Cucu laki-laki yang berumur sekitar 7 tahun sedang bermain di gunung Ara bersama adiknya, tiba-tiba tak sengaja menginjak komodo yang sedang merayap.
Seketika komodo menggigitnya dan memakan kaki hingga perutnya. Adiknya bergegas lari ke desa dan memberitahukan keluarga. Akhirnya cucu nenek tersebut meninggal, nenek memperlihatkan foto cucunya yang tinggal badan dan kepala saat terakhir sebelum dimakankan.
Melihat cerita tersebut saya sangat tercengang dan merasa kasihan. Meskipun banyak kasus warga desa dimakan komodo, tetapi warga tetap menyayangi komodo. Mereka menganggap bahwa komodo adalah nenek moyang mereka.
Sejarah komodo berasal dari seorang putri Ina Matrea yang melahirkan anak kembar, satu manusia dan satu komodo. Masyarakat sering memanggil komodo dengan sebutan Sebae yang artinya kembaran.
Pengalaman unik lain di desa Komodo yaitu suatu ketika teman KKN saya sedang membersihkan ikan dibelakang posko, tiba-tiba seekor komodo mendekat, dengan terkejut teman saya lari dan komodo mengejarnya. Warga desa berteriak dan segera menggendong anaknya untuk masuk ke rumah. Akhirnya komodo pergi karena diusir oleh Guide.
Komodo juga pernah turun di sekolah, suatu hari saat anak-anak pulang sekolah, tiba-tiba komodo muncul di depan pintu sekolah. Anak-anak heboh sambil berkata Ada Ora...Ora (Komodo dalam bahasa setempat). Akhirnya guru menggiring komodo pergi menggunakan tongkat kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar