Saat bercinta, tiap pasangan pasti memiliki durasi berhubungan seksual yang berbeda-beda. Ada yang hanya beberapa menit bahkan sampai berjam-jam. Terkadang hal ini juga kerap dijadikan patokan performa seksual.
Tapi, berapa sih durasi bercinta yang ideal itu?
Menurut survei yang dilakukan pada anggota Society for Sex Therapy and Research di tahun 2005 lalu, vaginal sex atau seks yang melibatkan penetrasi penis ke dalam vagina biasanya berlangsung selama 3-7 menit.
Jika seks vaginal hanya berlangsung selama 1-2 menit saja, itu terlalu singkat. Bahkan jika seks tersebut sampai memakan waktu 10-30 menit juga terlalu lama.
Terapis seks, Janet Brito PhD, LCSW, CST, mengatakan waktu yang ideal saat berhubungan seks antara 7 hingga 13 menit. Hal ini didasari oleh waktu latensi ejakulasi intravaginal atau intravaginal ejaculation latency time (IELT). IELT ini mengacu pada waktu yang dibutuhkan penis untuk ejakulasi selama melakukan penetrasi pada vagina.
"Tapi ini bukan cara semua orang mendefinisikan seks. Banyak orang menganggap seks berakhir saat kedua pasangan mencapai klimaksnya," jelasnya yang dikutip dari Healthline, Kamis (25/6/2020).
Namun, perlu dicatat IELT ini hanya standar dasar untuk mengetahui waktu ideal saat berhubungan seks vaginal. Brito pun mencatat ada beberapa faktor yang mempengaruhi durasi seks.
1. Usia
Dengan bertambahnya usia, mungkin butuh durasi seks yang lebih lama untuk merasa terangsang sampai mencapai klimaks. Selain itu, hormon juga berkontribusi dan bisa menyebabkan vagina kering hingga penurunan libido.
2. Alat kelamin
Bentuk alat kelamin ternyata juga menjadi faktor yang menentukan durasi berhubungan seks.
3. Adanya disfungsi seksual
Disfungsi seksual salah satunya ejakulasi dini bisa membuat durasi seks berjalan lebih cepat dari yang diinginkan. Ini bisa mempengaruhi kepuasan pasangan dalam bercinta.
"Ejakulasi dini misalnya, ini bisa menyebabkan Anda mencapai klimaks dalam waktu yang lebih cepat dari yang diinginkan," kata Brito.
Unpad-ITB Pamerkan Tiga Produk Inovasi Lawan COVID-19
Tim dari UNPAD dan ITB memamerkan tiga alat pendeteksi COVID-19 yang tengah dikembangkan untuk memerangi wabah di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (25/6/2020). Pertama adalah alat rapid test 2.0 yang menjadi pendeteksi antigen pada COVID-19. Kemudian Ganexpad yang merupakan kolaborasi antara UNPAD dan ITB, serta Vit-PAD-Iceless Transport System (VTM).
Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika UNPAD Muhammad Yusuf mengatakan, untuk rapid tes 20 atau alat Deteksi CePAD tengah memasuki tahap validasi. Dalam sepekan terakhir, alat ini telah menjajal 30 sampel-sampel positif. Pengujian sampel bekerjasama dengan Labkesda Jabar yang selama ini menguji sampel swab test COVID-19.
"Tinggal kita sedang mencari sampel positifnya ini mudah-mudahan bisa dibantu juga. Kendalanya ini mencari sample positif di Jabar sulit. Tapi dari hasil uji yang dilakukan, ada sekitar 30 sampel diujicobakan itu, hasilnya setara. Jadi melalui PCR (swab test) negatif, ini juga negatif. Artinya alat in tidak terganggu alat swab dan lainnya juga," kata Yusuf di Gedung Sate, Kamis (25/6/2020).
Cara kerjanya, berbeda dengan rapid test pada umumnya yang menggunakan sampel darah. Rapid test buatan UNPAD ini mengambil swab di permukaan posterior nasofaring. Kemudian spesimen di masukkan ke dalam tabung berisi buffer sampel, dan kemudian dikocok agar spesimen terlarut dalam buffer dan didiamkan lima menit dalam keadaan tertutup.
Setelah itu, hasil larutan dalam buffer diteteskan ke tes strip. Hasilnya akan muncul 20 menit kemudian.
"Mudah mudahan penanganan covid semakin lebih baik. Yang lebih penting, kita bersyukur, ada hikmahnya, banyak yang bergerak dari akademisi dan industri mengembangkan inovasi," kata Yusuf.
Sementara itu, anggota tim peneliti dari FK UNPAD dan Biokimia ITB Hesti Lina mengatakan, salah satu inovasi lain yang dibuat adalah VTM atau wadah untuk menyimpan sampel untuk laboratorium, tanpa memerlukan boks es. Sampel tidak akan rusak meski disimpan di dalam suhu ruangan selama 10 - 15 hari.
"Misal dari pedesaan yang tidak memiliki ice box, bisa memakai alat ini. Ini memudahkan transportasi sampel dari pelosok ke laboratorium pemeriksaan," kata Hesti.
Produk inovasi yang ketiga adalah Ganexpad yang menjadi alat untuk mengekstrasi RNA sampel. Alat tersebut merupakan kit ekstraksi lokal yang bisa memisahkan RNA sampel dengan biaya yang lebih terjangkau.
"Alat ini juga sedang dalam proses validasi dan mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera dirilis," ujarnya.
https://indomovie28.net/cast/lavinia-postolache/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar