Rabu, 24 Juni 2020

IDI Dorong Kemenkes Ikut WHO Ubah Syarat Akhiri Isolasi Pasien Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah panduan terkait syarat mengakhiri isolasi pasien positif virus Corona COVID-19. Dalam panduan yang terbaru pasien bisa keluar dari isolasi berdasarkan waktu kemunculan gejala, tidak lagi memerlukan dua kali tes PCR dengan hasil negatif.
"Kriteria yang telah diperbarui ini berlandaskan temuan terbaru bahwa ada pasien yang gejalanya sudah sembuh, namun tes PCR-nya masih bisa positif untuk COVID-19 (SARS-CoV-2) selama beberapa minggu. Meski hasilnya masih positif, kemungkinan pasien-pasien ini tidak lagi infeksius dan oleh sebab itu tidak bisa menularkan virus ke orang lain," tulis WHO seperti dikutip dari situs resminya.

Dalam panduan terbaru, WHO menulis pasien positif yang bergejala bisa menjalani masa isolasi minimal selama 10 hari setelah gejala muncul ditambah tiga hari setelah gejala reda. Sementara itu untuk mereka yang asimtomatik atau biasa disebut orang tanpa gejala (OTG), masa isolasinya 10 hari ditambah tiga hari setelah terbukti tes positif.

Terkait hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendorong agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 turut mengubah protokol menggunakan pedoman WHO yang terbaru. Alasannya karena di Indonesia juga ada beberapa pasien yang sudah lama diisolasi, namun tak bisa pulang karena hasil tes PCR-nya terus positif.

"IDI mendesak Kemenkes dan Gugus Tugas untuk merevisi protokol pemulangan pasien COVID-19 di RS. Banyak pasien yang sudah baik secara klinis tapi belum bisa dipulangkan dari RS karena tes PCR masih positif," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI, dr Slamet Budiarto, pada detikcom, Rabu (24/6/2020).

5 Fakta di Balik Hoax Mi Instan yang Pernah Viral

Belakangan heboh soal pria asal Bogor yang divonis dokter tidak bisa makan mi instan seumur hidup. Sebelumnya ia diketahui mampu menghabiskan setengah kardus mi instan dalam sepekan.
Setelahnya, ia mengalami radang kerongkongan hingga muntah darah dan dipantang untuk tidak makan mi instan selama hidupnya. Persoalan terkait mi instan seolah tidak pernah habis karena tidak sedikit yang menyukai mi instan. Ada beberapa mitos yang juga sempat viral terkait mi instan, catat 5 faktanya yang dirangkum detikcom seperti berikut:

Mi instan mengandung lilin
Saat merebus mi instan, air rebusan akan berwarna keruh. Akibatnya, tidak sedikit muncul kekhawatiran bahwa mi instan dilapisi lilin agar tahan lama sehingga saat direbus air yang digunakan akan berubah menjadi keruh. Benarkah begitu?

"Itu mitos, tidak ada bahan lilin. Sebab, proses pembuatan mi instan seperti ibu bikin adonan pasta saja. Cuma memang minya ini digoreng sampai kering (deep fried)," tutur Astri Kurniati S.T, MAppSc dari Nutrifood Research Centre.

Banyak makan mi instan bikin usus buntu
Sempat ramai video yang menunjukkan beberapa orang diduga dokter berusaha mengeluarkan benda berbentuk bulat panjang dari usus pasien. Menurut informasi dari aku pengunggah video ini merupakan contoh kasus yang terjadi ketika seseorang kebanyakan makan mi instan.

"Gara2 kebanyakan makan mie beginilah jadinya,,usus buntu," kata salah satu netizen yang mengunggah video di Facebook pada Senin (11/11/2019) lalu.

Ahli pencernaan dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) beberapa waktu lalu membantah anggapan mi instan dapat menyebabkan radang usus buntu. Menurut dr Ari mengapa orang-orang tidak disarankan makan sering-sering lebih karena mi instan tidak mengandung gizi yang lengkap dan bukan makanan pokok.

Makan mi instan bisa kena tumor payudara
Sempat viral di Twitter soal hoax seseorang terkena tumor payudara akibat konsumsi mi instan. Dalam ceritanya, perempuan pemilik akun mengaku sudah berkonsultasi dengan dokter dan disebutkan bahwa tumor yang diidapnya karena sering makan mi instan.

"2017 tuh gue sering makan junk food ya sama mie instan karena tinggal di asrama jadi nggak ada yang ngontrol. Pernah makan mie semingguan tuh bener-bener ga berhenti pokoknya. Pas bulan November ada benjolan," cuit perempuan tersebut.

Namun, dokter ahli onkologi dari RS Mitra Kelapa Gading, dr Walta Gautama, SpB(K), Onk, mengatakan tidak ada hubungannya rutin makan mie instan dan junk food dengan tumor payudara.

"Nggak ada hubungannya. Jadi mi instan dan junk food ya hubungannya sama kolesterol, jadi nggak ada hubungannya bisa bikin tumor atau kanker. Kalaupun ada, mungkin makanannya memicu kanker (karsinogen) seperti makanan kalengan atau daging merah," jelasnya, Senin (30/9/2019).
https://nonton08.com/inazuma-eleven-episode-19-subtitle-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar