Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tanggal 31 Mei kembali mengingatkan ancaman bahaya rokok. Di tengah situasi pandemi COVID-19, rokok bisa jadi ancaman yang lebih besar.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut Indonesia masih jadi negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia dan peringkat pertama di Asia Tenggara. Jumlah perokok muda usia 10-18 tahun meningkat jadi 9,1 persen dari yang tadinya 7,2 persen berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018.
"Saya mengimbau seluruh stakeholder di pusat dan daerah, para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan seluruh masyarakat untuk berperan aktif mendukung upaya berhenti merokok dengan membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif untuk berhenti merokok," pesan Menkes Budi memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang disiarkan Komnas Pengendalian Tembakau pada Senin (31/5/2021).
Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Profesor Hasbullah Thabrany, mengatakan rokok sebenarnya pandemi yang tak jauh berbahaya dari COVID-19. Kerugian akibat penyakit dan kematian yang ditimbulkan oleh pandemi rokok dalam setahun bisa mengalahkan pandemi COVID-19.
"Bedanya pada pandemi COVID efek ekonominya langsung kelihatan. Tapi pada pandemi rokok efeknya berlansung perlahan-perlahan sehingga banyak orang tak menyadari," ujar Prof Hasbullah.
"Lebih sulit lagi kalau pada pandemi COVID-19 hampir semua orang (komitmen) mengatasi COVID. Tapi (tidak) pada pandemi rokok, karena ada sebagian orang mendapat keuntungan luar biasa dari belanja rokok yang bisa mencapai 500 triliun dari konsumsi 320-350 miliar batang setahun," lanjutnya.
https://indomovie28.net/movies/mad-mad-ghost/
Sudah Ada Vaksin COVID-19 untuk Anak, Kemenkes RI Tunggu Rekomendasi IDAI
Vaksin Corona COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech diklaim aman dan efektif pada usia 12-15 tahun berdasarkan hasil uji klinis terbaru. Meski demikian, Kementerian Kesehatan RI belum mau buru-buru memberikannya pada anak-anak.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak di Indonesia akan menunggu rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), organisasi profesi, dan ITAGI. Hal ini dilakukan untuk melihat vaksin mana yang bisa digunakan untuk anak-anak nantinya.
"Apakah vaksin itu sudah ada di negara kita, artinya jenis vaksinnya itu misalnya Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Novavax, atau harus mencari jenis vaksin baru," jelas dr Nadia dalam diskusi virtual, Senin (31/5/2021).
"Nah kalau harus mencari jenis vaksin baru ya berarti harus negoisasi lagi pemerintah, belum tentu produsen vaksinnya punya stok vaksin, itu yang pertama," sambungnya.
Yang kedua, disebutkan dr Nadia, untuk vaksin yang saat ini digunakan apakah mencukupi pada usia di atas 18 tahun. Nanti akan dilihat lagi apakah menggunakan vaksin yang sudah ada di Indonesia, atau perlu dilakukan pemesanan tambahan.
"Jadi, proses itu nanti kita tunggu saja rekomendasi dari khususnya dari badan POM dan ITAGI, dan IDAI terkait pemilihan vaksinnya," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar