Senin, 31 Mei 2021

Pakar Beberkan Sederet Bahaya Varian 'Ganas' B1617 Asal India

 Para ahli menyebut varian Corona B1617, yang pertama kali ditemukan di India, menjadi semakin dominan di seluruh dunia dan dapat memperburuk pandemi, terutama di negara-negara dengan tingkat vaksinasinya rendah.

"Yang menakutkan adalah kecepatan penyebaran varian ini beredar luas di dalam komunitas, seringkali melebihi kemampuan unit pelacakan kontak untuk melacak dan mengisolasi kontak yang terpapar untuk memutus rantai transmisi," kata Profesor Teo Yik Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Singapura (NUS).


Kepada Strait Times, Profesor Teo mengatakan virus akan terus bermutasi yang berpotensi menimbulkan badai pandemi dan dikhawatirkan lebih besar daripada yang pernah disaksikan dunia sebelumnya.


Varian B1617 telah bermutasi untuk menyebar lebih mudah dari orang ke orang, sehingga bisa saja mengurangi perlindungan yang diberikan oleh vaksin.


Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan bahwa B1617 1,5 hingga dua kali lebih mudah menular daripada jenis yang pertama kali muncul di Wuhan 18 bulan lalu.


Sekarang varian ini sudah muncul di lebih dari 50 negara dan melampaui jenis lain yang menyebabkan infeksi di India, seperti B117.


"Mengenai tingkat keparahan klinis, ini sedikit kurang jelas karena belum ada studi terkontrol yang melihat pasien yang Anda kendalikan untuk beberapa faktor, dan kemudian melihat dampak pada profil klinis," kata Dr Soumya.


Dr Soumya juga mengatakan bahwa bukti anekdotal tampaknya menunjukkan bahwa lebih banyak orang muda di India yang terinfeksi dan menjadi sakit parah.


Ada tiga versi dari varian B1617 yakni B1617.1, B1617.2 dan B1617.3. Versi kedua adalah yang paling banyak ditemukan dan dilaporkan secara global. Versi ketiga, B1617.3, jarang terjadi.


Profesor Dale Fisher, ketua Peringatan dan Respons Wabah Global WHO, mengatakan ini berarti peluang lebih tinggi dari B1617 menyebar ke negara-negara yang sebelumnya memiliki risiko rendah COVID-19.


"Negara-negara ini, seperti Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam, lebih rentan karena tingkat vaksinasi yang rendah, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit yang parah," tambah Prof Fisher.

https://indomovie28.net/movies/demonic-umbrella/


Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Pandemi Rokok Lebih Berbahaya dari COVID-19


 Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tanggal 31 Mei kembali mengingatkan ancaman bahaya rokok. Di tengah situasi pandemi COVID-19, rokok bisa jadi ancaman yang lebih besar.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut Indonesia masih jadi negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia dan peringkat pertama di Asia Tenggara. Jumlah perokok muda usia 10-18 tahun meningkat jadi 9,1 persen dari yang tadinya 7,2 persen berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018.


"Saya mengimbau seluruh stakeholder di pusat dan daerah, para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan seluruh masyarakat untuk berperan aktif mendukung upaya berhenti merokok dengan membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif untuk berhenti merokok," pesan Menkes Budi memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang disiarkan Komnas Pengendalian Tembakau pada Senin (31/5/2021).


Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Profesor Hasbullah Thabrany, mengatakan rokok sebenarnya pandemi yang tak jauh berbahaya dari COVID-19. Kerugian akibat penyakit dan kematian yang ditimbulkan oleh pandemi rokok dalam setahun bisa mengalahkan pandemi COVID-19.


"Bedanya pada pandemi COVID efek ekonominya langsung kelihatan. Tapi pada pandemi rokok efeknya berlansung perlahan-perlahan sehingga banyak orang tak menyadari," ujar Prof Hasbullah.


"Lebih sulit lagi kalau pada pandemi COVID-19 hampir semua orang (komitmen) mengatasi COVID. Tapi (tidak) pada pandemi rokok, karena ada sebagian orang mendapat keuntungan luar biasa dari belanja rokok yang bisa mencapai 500 triliun dari konsumsi 320-350 miliar batang setahun," lanjutnya.

https://indomovie28.net/movies/painted-skin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar